Kelas Shopee dan Kementerian UMKM Buka Peluang Ekspor Kain Tradisional

Lewat pelatihan digital Kemenkop & Shopee, UMKM seperti Dewi sukses naik kelas dan perluas pasar wastra lokal hingga siap ekspor
Foto: Fesyen muslim dengan motif sasirangan
Foto: Fesyen muslim dengan motif sasirangan

Bisnis.com, JAKARTA - Bagi banyak orang, kelas belajar biasanya identik dengan ruangan fisik, papan tulis, dan deretan kursi murid. Namun, kelas kali ini berbeda. Pelatihan bisnis digital yang digelar secara online justru membuka peluang besar bagi pelaku UMKM, termasuk Ibu Dewi Novita Sari (41), pengusaha fesyen asal Martapura, Kalimantan Selatan.

Dewi menekuni bisnis kain tradisional khas daerahnya, yaitu sasirangan. “Kain yang saya gunakan itu sasirangan. Kalau di Jawa, mirip seperti batik,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (11/4/2025).

Kelas Shopee dan Kementerian UMKM Buka Peluang Ekspor Kain Tradisional

Foto: Songket dan tenun dari Nusa Tenggara Barat

Dewi merupakan salah satu peserta yang mengikuti secara intensif kelas online yang digelar Kementerian UMKM dan Shopee. Kegiatan pelatihan diselenggarakan Kementerian UMKM dengan pesan sangat optimis.‘Go Digital, Go Global.’

Sebelum terjun ke dunia fesyen, Dewi sempat bekerja sebagai akuntan profesional di sebuah hotel di Kalimantan. Ia berhenti bekerja setelah menikah atas permintaan suaminya. Ingin tetap produktif, ia mencoba usaha kuliner, namun gagal. Sampai akhirnya ia menyadari, minatnya ada di dunia fesyen.

“Saya kemudian buka rumah jahit awalnya, memberdayakan kelompok jahit para ibu-ibu. Nah waktu akhir-akhir pandemi COVID sekitar akhir 2022, saya kemudian berkenalan dengan beberapa pengusaha yang menjual wastra sasirangan dan akhirnya saya pelajari dan sampai sekarang,” kata dia.

Dewi mengaku, awal menjual kain sasirangan sempat terasa buntu. Meski desainnya sudah ia buat seunik mungkin, hasil penjualannya masih jauh dari harapan. Pameran, bazar, dan berbagai kegiatan promosi sudah dilakukan, tapi pembeli tetap sepi.

Setelah mendengarkan berbagai saran, Dewi pun mencoba langkah baru: menawarkan kain sasirangan rancangannya melalui platform Shopee. Ia juga mulai serius mengikuti serangkaian pelatihan bisnis digital.

“Setelah saya coba taruh di Shopee beberapa bulan kemudian boom (meledak penjualannya). Lebih dari 100 persen kenaikannya. Agak kaget juga. Saya setelah itu, terus sering ikut pelatihan kelas-kelas online di Shopee baik yang digelar bareng pemerintah pusat maupun daerah,” ujarnya.

Kini produk Dewi yang lapaknya dinamai Rumah Jahit DZ atau DIZETbyDZ sudah dikenal luas. Akses pasar platform eCommerce seperti Shopee membuat kain sasirangan tidak hanya dikenal di Kalimantan, bahkan sudah mendapat pesanan dari berbagai daerah di Indonesia.

Lewat DIZETbyDZ pula, produk dari kain sasirangan dikembangkan menjadi berbagai jenis baju perempuan, kemeja pria, jaket dan atasan wanita muslim.

“Awalnya, saya belum terlalu mikirin untung. Karena di awal, waktu produk belum ada yang beli, rasanya gak ada kepuasan batin. Tapi semua berubah ketika akhirnya ada yang beli dan ternyata banyak yang suka. Kepuasannya beda, apalagi saat melihat pasar sasirangan saya mulai meluas,” ucapnya.

“Memang selama ikut pelatihan di Shopee banyak materinya. Mulai dari foto produk, bikin katalog dan segala macam lah,” kata Dewi.

Setelah bisnis kain sasirangan Dewi ‘Naik Kelas’, Rumah Jahit DZ atau DIZETbyDZ pun kini melirik pasar ekspor. Begitu pemesanan barangnya bertambah, pelatihan yang diikuti Dewi pun juga ikutan ‘naik kelas’.

Baru-baru ini Dewi mengikuti secara intensif kelas online yang digelar Kementerian UMKM dan Shopee. Kegiatan pelatihan bagi UMKM tersebut punya pesan sangat optimis.‘Go Digital, Go Global.’

“Saya tengah mengamati pasar seperti Thailand dan Singapura, sebenarnya ada potensi yang besar. Dan di pelatihan kelas, sama (mentor dari) Shopee diperkenalkan cara menawarkan produk dari kita ke halaman Shopee yang di luar negeri. Jadi kita tulis harga, deskripsi produk dengan bahasa Indonesia, nanti otomatis translate ke bahasa Shopee yang kita tuju. Begitu juga interaksi dengan pembeli. Tidak ada deposit segala juga, jadi lebih dimudahkan,” kata dia.

“Mudah dan enaknya itu juga, pendampingannya kan dari Shopee sendiri, kita tanya-tanya dan komunikasi tidak putus. Kalau ada kendala, saya cukup terbantu pendampingan yang tidak berakhir dari awal. Pendampingan memang dari Shopee, bukan pendamping yang di-hire untuk mendampingi UMKM. Jadi solusinya lebih cepat dan akurat,” sambungnya.

Tak hanya Dewi, pengusaha UMKM lainnya juga mulai merasakan manfaat pelatihan digital ini. Salah satunya Ninis Dyah Andiyani (58), pengrajin tenun songket dari Desa Sukarara, Lombok Tengah. Berbeda dari Dewi, Ninis selama ini hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut dan media sosial. Ia ingin belajar lebih banyak soal eCommerce

“Ingin tahu juga cara posting di Shopee (produk saya) supaya bisa dilihat banyak orang dan dibeli. Itu yang saya masih belajar-belajar, apakah ada kiat-kiatnya. Kalau di medsos itu kan hastag, nah saya perlu belajar lagi yang di eCommerce,” kata dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Terpopuler

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler