Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BISNIS WARALABA: Menang di Pasar Lokal, Menjadi Pemain Global

Indonesia memiliki banyak produk bagus mulai dari makanan hingga fashion yang laris menarik pasar dalam negeri, sayangnya, sangat sedikit merek lokal yang berhasil ketika di bawa ke luar negeri.

Indonesia memiliki banyak produk bagus mulai dari makanan hingga fashion yang laris menarik pasar dalam negeri, sayangnya, sangat sedikit merek lokal yang berhasil ketika di bawa ke luar negeri.

 

Coba bandingkan dengan Singapura. Berbagai brand asal negara tersebut sukses eksis di pasaran internasional, termasuk Indonesia. Sebut saja mulai dari Bonia, Skin Inc, Berrylite Frozen Yogurt, The Soup Spoon, BreadTalk, hingga Charles & Keith.

 

“Banyak dari perusahaan tersebut merupakan usaha menengah kecil di Singapura, tetapi mereka sukses membentuk brand dan mengirimkan pesan dari brand tersebut kepada konsumen, tidak hanya di Singapura saja,” ujar Luke Lim, CEO dan pendiri A.S. Louken Group Pte Ltd.

 

A.S. Louken sebagai perusahaan konsultan brand dan waralaba berdiri 12 tahun lalu dengan tujan menciptakan lebih banyak merek yang terkenal di Asia, apa pun bidang industrinya, membantu klien meningkatkan nilai brand mereka, dan membawanya ke negara lain melalui konsep waralaba.

 

Selama 12 tahun berdiri, tidak hanya brand asal Singapura yang telah mereka bawa ke luar negeri, banyak juga brand asal negara Asia lainnya berhasil mereka perkenalkan di negara lain.

 

Perusahaan ini pertama kali berhubungan dengan Indonesia saat membawa BreadTalk ke sini pada 2002 dan bertemu dengan Johnny Andrean. Keduanya bekerja sama mempersiapkan merek BreadTalk hingga pembukaan toko pertama pada 2003.

 

Bersama A.S Louken, BreadTalk berhasil memiliki 400 outlet di 15 negara.

 

Melihat potensi Indonesia, A.S. Louken pun membuka kantor di Indonesia, bernama A.S. Louken Indonesia sejak akhir 2011. Pembukaan kantor tersebut bukan hanya bertujuan membawa merek luar ke sini, tetapi bagaimana membantu pengusaha Indonesia sukses di luar negeri.

 

Banyak merek lokal terkenal di Indonesia, mulai dari industri fashion, makanan dan minuman, hingga penerbangan. Sayangnya, ketika mereka berencana membuka sayap di luar negeri, kesuksesan yang diraih jauh dari harapan.

 

Luke Lim menjelaskan setiap merek harus mengetahui sejauh mana kondisi brand mereka di mata konsumen, kompetitor, serta menyiapkan strategi untuk memperkuat posisi merek tersebut.

 

Membangun atau memperbaiki sebuah brand memerlukan waktu 6 bulan—1 tahun, tergantung dari kompleksitas sebuah merek. Pengusaha perlu mengetahui tiga poin penting, keunikan brand yang dimiliki, keuntungan merek tersebut bagi pelanggan, dan kegiatan apa yang harus dilakukan untuk memperkuatnya.

 

Country Manager A.S. Louken Indonesia, Danny Anthonius, mengatakan tidak hanya mendatangkan merek asing masuk ke Indonesia, pihaknya juga menargetkan dalam beberapa waktu ke depan akan membawa merek Indonesia untuk go international.

 

“Potensi Indonesia sangat besar. Dalam 5—10 tahun ke depan kami optimistis bisa membawa 500 brand lokal keluar negeri. Saat ini salah satu patner kami adalah Columbia Kredit,” ujarnya.

 

Columbia sebagai perusahaan telah bertahan di pasar selama 30 tahun, dan kini sedang memperkuat karakteristik mereka, tidak hanya sebagai merek lokal, juga merek internasional sesuai dengan standar internasional.

 

Dalam 5 tahun ke depan, merek ini diharapkan tidak hanya semakin berkembang menjawab tantangan dari kompetitor di pasar Indonesia, tetapi sudah siap dipasarkan ke negara lain melalui konsep waralaba.

 

Masalah mental

 

Luke Lim menegaskan sebuah perusahaan atau merek tidak perlu menjadi luar biasa besar sebelum ekspansi keluar negeri. Buktinya, banyak UKM di Singapura sukses ekspansi ke negara lain.

 

“Merek yang sudah eksis di negara lain, akan lebih dihargai di negaranya sendiri. Nilai mereka akan meningkat hingga 10 kali lebih kuat karena munculnya image perusahaan global, sukses go internasional,” ujarnya.

 

Dia mengakui masih ada beberapa permasalahan yang menghambat perusahaan asal Indonesia sukses ekspansi di luar negeri. Banyak merek di Indonesia yang memiliki nilai budaya tinggi dengan kualitas sangat baik.

 

Salah satu contohnya produk batik yang memiliki nilai budaya sangat dekat dengan mayoritas masyarakat Indonesia. Sayangnya, ketika di bawa keluar negeri, nilai budaya tersebut tidak diperkenalkan dengan baik sehingga kurang diterima.

 

Masalah lainnya, banyak perusahaan sukses di Indonesia tidak mau melihat pasar negara lain. Mereka sudah cukup puas dengan pasar lokal yang sudah sangat besar potensinya. Strategi komunikasi juga berbeda.

 

“Potensi Indonesia besar, spa dari Bali sangat menarik di bawa keluar negeri, furniture, hingga desain batik,” ujarnya.

 

 

Dominasi asing

 

Pasar Indonesia yang sangat besar juga memanjakan para pengusaha lokal, ketika mereka keluar negeri bukan untuk membesarkan usaha dan sukses, tetapi kabanyakan hanya sekedar sarana belajar, melihat bagaimana di luar negeri, bukan mengambil hati konsumen.

 

Banyak juga merek lokal yang belum siap dengan standar yang berlaku internasional sehingga merasa kesulitan.

 

Salah satu pengusaha waralaba asing mengungkapkan ketertarikan untuk merambah pasar Indonesia. Alvin Chee, Direktur C House, perusahaan Yang bergerak dalam bidang Food and Beverages.

 

“Saya pikir Indonesia bagus, dan katanya untuk menjalankan bisnis disini sangat baik,” ujarnya.

 

Direktur perusahaan coffee shop ini mengungkapkan walaupun bervariasi untuk pasar Indonesia dia memperkirakan total investasi rata-rata Sin$200.000.

 

Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi Kadin Indonesia Amir Karamoy mengatakan bisnis waralaba di Indonesia bakal didominasi pelaku asing hingga akhir 2012. Dibandingkan dengan waralaba lokal, bisnis waralaba asing mengalami pertumbuhan lebih pesat.

 

“Persentase pertumbuhan waralaba asing diperkirakan akan berada di atas waralaba lokal. Sampai sekarang 15%, lokal. Kalau yang asing sekitar 20%, sampai akhir 2012,” ujarnya. (msb)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Sumber : Fita Indah Maulani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper