Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KIAT MANAJEMEN: Gemilang dengan Keterbatasan

---- Handry Satriago membalik keterbatasan menjadi kelebihan, tantangan menjadi peluang. Ia yang mengendalikan keadaan, bukan keadaan yang mengombang-ambingkan dirinya.

---- Handry Satriago membalik keterbatasan menjadi kelebihan, tantangan menjadi peluang. Ia yang mengendalikan keadaan, bukan keadaan yang mengombang-ambingkan dirinya.

 

Ballroom hotel JW Marriott Jakarta dibalut oleh temaram cahaya. Panggung utama sedikit terang dengan hiasan dekor bertuliskan penggalan kata nan magis “Menjadi Indonesia.” Seseorang duduk di atas kursi roda membacakan surat yang ditulisnya untuk para kaum muda, pemimpin Indonesia masa depan.

 

Kata-kata dalam surat yang bernas ditambah suara bariton yang jernih, membuat hadirin yang memenuhi ballroom hotel terpukau. Sang penulis sekaligus pembaca surat tak lain adalah Handry Satriago, CEO GE (General Electric) Indonesia. Ia menjadi salah satu penulis surat yang dikemas dalam acara “Menjadi Indonesia-Surat untuk Para Pemimpin kepada Calon Pemimpin.”

 

Pencapaian Handry Satriago yang menawan memang pantas apabila ia membagi kiat menjadi pemimpin kepada generasi berikut. Sebagai CEO salah satu perusahaan terbesar di kolong langit dan semua kejadian ia lalui di atas kursi roda membuktikan bahwa dirinya tidak bisa ditaklukkan oleh aneka tantangan.

 

Diterima bekerja menjadi karyawan GE Indonesia, sebuah penaklukan yang menawan. Diangkat menjadi CEO, ini penaklukan yang layak disebut luar biasa. Mendongkrak kinerja GE Indonesia menjadi salah satu cabang terbaik dari jaringan GE internasional, kalau ini sudah pantas dinamakan istimewa. Itulah Handry Satriago.

 

Manusia berprestasi oleh penulis buku-buku best seller dunia Malcolm Gladwell, ia sebut sebagai outliers. Para outlier ini menjadi minoritas dalam kumpulan manusia-manusia yang berprestasi biasa. Ia keluar dari kerumunan manusia biasa untuk menciptakan karya luar biasa, yang tidak saja berguna untuk dirinya sendiri namun juga orang lain. Para outlier terus-menerus mencetak kesuksesan dengan atau tanpa  fasilitas memadai. Mereka berkarya, terus berkarya dan tetap berkarya. Mereka manusia paripurna.

 

Menjadi outliers oleh Malcolm Gladwell apabila ia memiliki enam faktor yakni; bakat, kecerdasan, dukungan lingkungan, kegigihan, kerja keras dan kesiapan untuk beruntung.Dua faktor pertama – bakat dan kecerdasan – merupakan hak prerogratif yang dimiliki Tuhan dan tidak bisa dipilih manusia.

 

Dukungan lingkungan bersifat netral. Artinya manusia bisa memilihnya, namun tidak tertutup kemungkinan ia tidak bisa memilih. Sementara kegigihan dan kerja keras merupakan pilihan manusia. Kesiapan untuk beruntung tak lain akibat dari kegigihan dan kerja keras. Manusia berprestasi merupakan gabungan dari keenam faktor tersebut. Menjadi menarik ternyata apabila ia hanya memiliki bakat dan kecerdasan rata-rata, tetap saja ia mampu berprestasi asalkan dengan kegigihan dan kerja keras diluar batas rata-rata.

 

Beruntung Handry Satriago memiliki keenam faktor itu. Sebagai pemegang gelar doktor manajemen, jelas ia dianugerahi kecerdasan nan cemerlang. Bakat kepemimpinan dimilikinya sejak usia belia dimana ia selalu didaulat menjadi pemimpin kelompok dimanapun ia berada. Entah dalam aktivitas sosial maupun sekolah formal. Kecerdasan dan bakat yang ada dalam dirinya semakin terasah ketika lingkungan terkecilnya (keluarga) memberi dukungan yang optimal.

 

Kerja Keras

 

Risalah cerdas Malcolm Gladwell menitikberatkan pada faktor kegigihan dan kerja keras dalam menjelaskan manusia berprestasi. Melihat prestasi gemilang Handry Satriago tak salah apabila kegigihan dan kerja kerasnya menarik untuk dielaborasi lebih luas. Ketika berusia 17 tahun, ia divonis menderita kanker yang mana mengharuskan ia menjalani perawatan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya. Diteruskan dari satu kemoterapi ke kemoterasi lainnya. Ujungnya tunggal: kanker lenyap dengan anugerah ia tak bisa lagi berjalan. Kursi roda kemudian menjadi sahabat terbaiknya untuk mengantar dirinya dari satu tempat ke tempat lain.

 

Dalam keterbatasan fisik, ketika kuliah ia harus mendaki empat lantai gedung kampus guna mengikuti praktik laboratorium. Dari atas kursi roda ia harus bersaing dengan ribuan pendaftar yang melamar di GE Indonesia. Melalui kursi roda pula aktivitas kerjanya bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dari sebuah strategi ke strategi lainnya. Jenjang karir dilalui setapak demi setapak. Hingga akhirnya GE yang berpusat di Amerika Serikat memberinya tanggungjawab menjadi pemimpin tertinggi GE Indonesia.

 

Semua pencapaian ini lebih pada campuran antara kegigihan dan kerja keras ketimbang kecerdasan dan bakat. Kesiapan untuk beruntung diperoleh Handry Satriago akibat dari kegigihan dan kerja kerasnya. Dia membalik keterbatasan menjadi kelebihan, tantangan menjadi peluang. Ia yang mengendalikan keadaan, bukan keadaan yang mengombang-ambingkan dirinya. Semangat, gairah, spirit atau apalah namanya menjadi panglima ketika ia memimpin dirinya ataupun memimpin orang lain.

 

Sang kampiun bisnis terbesar dunia Jack Welch yang tak lain mantan atasannya di GE kantor pusat, memberi formula apabila seseorang ingin menjadi pemimpin besar harus memiliki 4E, yakni energy, energize, execution dan edge. Energy merupakan gairah atau semangat yang dimiliki seseorang untuk menggerakkan dirinya dan orang lain.

 

Mengikuti petuah Jack Welch, terlihat bahwa Handry Satriago selalu menyalakan energy yang ada dalam dirinya. Semangat yang membara membuat ia leluasa untuk bergerak dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Motivasi yang terus menerus terjaga membuat dirinya selalu terpacu untuk melahirkan karya baru yang semakin baik dibanding karya terdahulu. Spirit yang meluap-luap menjadikan dirinya terlihat segar, optimis dan yakin menatap masa depan.

 

Energy yang dimiliki Handry Satriago ini yang kemudian meng-energize orang lain (anak buah). Gairah, semangat dan spirit yang oleh Dahlan Iskan disebut antusias yang ada dalam diri Handry Satriago menular kepada anak buah. Terlebih anak buah yang berhubungan dengan dirinya. Antusias ini yang menjadi pondasi kokoh bagi anak buahnya untuk bekerja dengan gembira guna menghasilkan kinerja luar biasa. Bukan itu saja. Antusias nan tinggi akan membuat anak buah saling terhubung dengan visi yang sama. Itulah yang disebut dengan kerjasama tim.

 

Memakai kajian Malcolm Gladwell, sosok Handry Satriago sudah menjadi outliers. Ia sukses dalam meniti karir sekaligus menjadi saluran kesuksesan bagi anak buahnya. Ia memiliki energi yang meluap-luap dan energi ini menular kepada anak buahnya. Antusiasnya menjadi antusias anak buahnya dan berujung pada antusias perusahaannya. Tak salah apabila GE Indonesia mendaulatnya menjadi kepala suku tertinggi. Mari kita lihat gebrakan barunya pada 2013 ini.(msb)

 

*Trainer bisnis. Mitra pengelola LA Learning

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Editor : Others
Sumber : A.M. Lilik Agung

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper