Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CIPUTRA WAY: Inovasi, Meniru Dengan Cara Kreatif

BISNIS.COM, INDONESIA--Pilihan seseorang menjadi entrepreneur dapat disebabkan oleh adanya dorongan keinginan menciptakan sesuatu yang baru, yang belum pernah ada dan ingin melakukan sesuatu secara berbeda dari kebanyakan orang.

BISNIS.COM, INDONESIA--Pilihan seseorang menjadi entrepreneur dapat disebabkan oleh adanya dorongan keinginan menciptakan sesuatu yang baru, yang belum pernah ada dan ingin melakukan sesuatu secara berbeda dari kebanyakan orang.

Inilah yang dimaksud dengan peran entrepreneur  sebagai innovator. Pasalnya, inovasi diperlukan bukan hanya karena adanya dorongan yang bersifat idealistik, melainkan juga untuk meraih pangsa pasar.

Dalam persaingan yang ketat dibutuhkan terobosan-terobosan yang menyebabkan sebuah produk atau jasa berbeda dan lebih baik dari lainnya. Tentu saja, meniru yang dimaksudkan Ciputra, bukan dalam konteks mencontek atau seperti memfotokopi.

“Bukan meniru yang ikut-ikutan..” demikian yang dikatakan Ciputra. Namun, meniru dengan menggali kebaikan-kebaikan yang ada pada yang ditiru untuk kemudian ditingkatkan lagi. Peniruan semacam itu dapat membuka kemungkinan terciptanya sebuah inovasi, baik dalam bentuk inovasi produk maupun inovasi proses.

Dalam hal ini, Pak Ci selalu teringat pada cerita tentang gereja di Rusia. Gereja itu merupakan salah satu yang terbesar di sana. Namanya Gereja Juru Selamat. Di zaman komunis, Pemerintah Rusia (waktu itu Uni Soviet) meruntuhkannya untuk membangun sebuah gedung konferensi. Fondasi gereja itu mereka gali dan diganti sama sekali dengan yang baru.

Anehnya, mereka tak pernah berhasil membangun gedung konferensi yang mereka inginkan itu karena fondasi yang mereka bangun selalu runtuh. Mereka gagal bahkan sampai ketika rezim komunis jatuh dan Rusia terpecah belah menjadi beberapa negara yang lebih kecil.

Lalu ketika Rusia menjadi negara demokrasi, pembangunan gedung konferensi itu dihentikan. Pihak swasta kemudian berinisiatif mengumpulkan dana untuk membangun kembali gereja itu. Mereka membangunnya benar-benar meniru yang asli. Mereka menelusuri struktur bangunan, merekareka ulang gambar-gambarnya dengan maksud sepenuhnya ingin mendirikan lagi sebuah gedung gereja yang sama persis dengan yang asli.

Ternyata mereka berhasil. Dan, kalau gereja yang lama dulunya dibangun dalam 40 tahun, gereja baru yang meniru gereja lama itu hanya membutuhkan waktu 5 tahun. Mengapa? Karena pembangunan yang terkemudian ini meniru, tetapi meniru untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dengan menggunakan teknologi mutakhir.

Di Indonesia Ciputra sering dikatakan telah melakukan tujuh inovasi di bidang property/arsitektur. Salah satu inovasinya yang dianggap fenomenal adalah Taman Impian Jaya Ancol yang merupakan taman rekreasi pertama yang menggunakan berbagai tema. Ternyata belakangan ini Taman Impian Jaya Ancol beserta Dunia Fantasi-nya ditiru oleh pengembang lain.

Itu ditiru bukan untuk membuat taman rekreasi, melainkan untuk membuat perumahan dengan berbagai tema rekreatif, seperti yang dapat dilihat di kota-kota lain di Indonesia.

“Itu bagus. Kita ditiru berarti bagus. Dan kita kejar lagi. Kita harus berpikir lagi untuk bikin perubahan, bekerja keras lagi. Sekarang saya sedang membangun cita-cita untuk membuat taman rekreasi dengan tema flora dan fauna yang lima kali lebih besar dari Taman Impian jaya Ancol,” kata Ciputra.

Proses meniru praktik-praktik terbaik, lalu mengambil puncak-puncak pencapaian itu dan meramunya menjadi sesuatu yang lebih baik, bagi Pak Ci dapat digolongkan sebagai sebuah inovasi. Inovasi di sini erarti sesuatu yang baru, berbeda, bernilai lebih, dan lain daripada pendahulunya meskipun mungkin hasil-hasil yang dicapai itu berbasiskan pendahulu yang ditiru dan diramu itu.

Salah satu yang kini sedang ia gagas dan menjadi bagian dari mimpi dan ide bisnis Pak Ci adalah sebuah Taman Wisata Terpadu berskala raksasa, di atas lahan lebih dari 3000 hektar. Taman Wisata itu akan terletak di pegunungan yang modal utamanya adalah adalah gunung, udara yang sejuk, dan pemandangan alam yang asli, flora dan fauna. Semangat Pak Ci untuk mencipta sesuatu yang baru yang lebih bernilai dari yang sudah ada, tampak pada obsesinya untuk mewujudkan taman ini.

“Anda lihat di Thailand, ada kebun benih seluas 300 ha. Itu tempat orang berwisata. Di Bogor juga ada tiga taman obat. Di puncak ada taman buah dan Taman Safari. Namun, terpisah-pisah. Nah, taman wisata yang saya idam-idamkan itu nantinya adalah sebuah taman yang lengkap. Semua unsur alam akan saya jadikan satu. Saya yakin orang-orang pasti akan datang dan berlibur ke sana,” kata Pak Ci.

Proses inovasi Ciputra mungkin lebih jelas dipahami dengan meminjam gagasan Paul Geroski dan Costas Markides. Beberapa waktu yang lalu, dua orang ilmuwan dari London Business School ini meluncurkan sebuah studi di jurnal Strategy Business dengan judul Colonist and Consolidator. Di sini mereka menyitir ada dua pengertian inovasi.

Yang pertama adalah inovasi dalam bentuk invensi atau temuan baru. Ini dapat berarti sebuah penemuan yang menciptakan produk dan jasa yang sebelumnya tidak pernah ada atau dapat juga temuan terhadap suatu teknologi untuk menciptakan atau memproses sesuatu.

Inovasi kedua, menurut Geroski dan Markides adalah proses merealisasikan sebuah temuan baru menjadi produk  komersial yang dapat diterima pasar. Jika jenis inovasi pertama sering kali dicirikan oleh kehadiran temuan itu sebagai menciptakan sesuatu dari yang sebelumnya tidak ada, inovasi jenis kedua lebih karena terdepan dalam mencapai pasar (komersialisasi).

Peran entrepreneur sebagai inovator tampaknya lebih dominan pada jenis inovasi yang kedua. Sedangkan pada inovasi jenis pertama para ilmuwanlah yang jadi penentunya. Menurut Geroski dan Markides, dalam inovasi jenis kedua yang terjadi sesungguhnya adalah proses belajar, baik oleh para entrepreneur sebagai produsen maupun para konsumen sebagai sumber ide bisnis.

Selanjutnya, perkembangan pasar sebagai pendorong inovasi jenis kedua, menurut Geroski dan Markides, berlangsung dalam dua tahap.Tahap pertama adalah fase eksplorasi yang dipenuhi ketidakpastian di mana muncul perusahaan-perusahaan pionir yang dalam istilah Geroski dan Markieds disebut perusahaan kolonis, perusahaan penjelajah ide-ide dan temuan.

Fase kedua adalah ketika perusahaan-perusahaan pionir saling bersaing dengan model bisnis masing-masing sambil belajar dari bertemunya permintaan dan penawaran di pasar yang sedang bertumbuh. Pada tahap ini, perusahaan yang menjadi pemenang adalah perusahaan yang bertipe konsolidator, perusahaan yang mampu mengkonsolidasikan praktik-praktik terbaik untuk menghasilkan produk yang secara komersial terdepan memasuki pasar. Menurut Geroski dan Markides, apa yang dilakukan perusahaan konsolidator ini dapat juga disebut sebagai inovasi.

 Studi Geroski dan Markides ini dengan sendirinya membenarkan pendapat Ciputra bahwa inovasi juga adalah proses meniru dan meramu berbagai praktik-praktik terbaik untuk menghasilkan produk atau jasa yang baru yang lebih baik dan bernilai dari yang ditirunya. Studi Geroski dan Markides memang lebih menggambarkan proses inovasi di kalangan korporasi. Namun, para entrepreneur pun dapat belajar darinya dalam skala dan bisnis yang diminatinya.

“MENIRU ADALAH PROSES INOVATIF JIKA YANG KITA LAKUKAN ADALAH MENIRU PRAKTIK-PRAKTIK TERBAIK, MENGAMBIL PUNCAK-PUNCAK PENCAPAIAN ITU DAN MERAMUNYA MENJADI SESUATU YANG LEBIH BAIK DAN LEBIH BERNILAI SESUAI DENGAN KONTEKS USAHA KITA SENDIRI.” 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Sumber : www.ciputraentrepreneurship.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper