Lagu-lagu miliki John Mayer mulai dari judul Daughters, Gravity, Stop This Train, mengalun indah di sebuah ruang kerja berdinding kuning gading di Jl. Pabaki 21 Bandung.
Fransisca Irene, sang pemilik ruangan tampak santai mengenakan atasan berwarna hitam. Desainer berusia 24 tahun ini mengaku dengan mendengarkan lagu, inspirasi menciptakan desain anyar terkadang hadir untuk koleksi-koleksi yang kerap dia buat.
Keterlibatan gadis berambut panjang dalam memulai usahanya itu berawal setelah mengambil jurusan Fashion Business di Lasalle College International Jakarta. Di sana dia belajar bagaimana pentingnya memiliki otak bisnis dan menciptakan produk bagus untuk dijual.
Berawal pada November 2011, saat dia ikut kelas enterprise di Lasalle, dia dan ketiga temannya mendirikan merek Srove dan mendapat kesempatan untuk mengikuti ajang peragaan busana Blueprint di Singapura 2011 dan Indonesia Fashion Week 2012.
Akan tetapi, usaha bersama ini tidak berlanjut. Irene memutuskan untuk membangun clothing line sendiri pada awal Oktober 2012. “Akhirnya saya memberanikan diri untuk membuat merek Stryd,” katanya kepada Bisnis.
Sejauh ini Stryd sudah mengikuti beragam perhelatan fesyen nasional seperti Indonesia Fashion Week 2013 dan fashion show di Indonesia Creative Week 2013. Koleksi baju Stryd sudah dapat ditemukan di Fashion Xchange, Plaza Indonesia.
Irene mengatakan ketertarikannya pada dunia fesyen karena perkembangannya begitu dinamis dan menarik, bahkan bisa melihat personality seseorang dari cara berpakaian.
“Bagi saya fesyen itu sebenarnya untuk diri kita sendiri. Contohnya saya ingin terlihat lebih smart, strong atau lebih feminin, atau tomboi. Itu semua dapat kita ekspresikan melalui gaya berpakaian kita. Be creative with yourself it’s the key to be fashionable,” ujarnya.
FESYEN JALANAN
Dia memaparkan desain produk Stryd terinspirasi dari fashion street style atau fesyen jalanan, terutama London street, di mana orang mengeluarkan personality mereka melalui cara berpakaian yang mix and match dengan baju.
Jenis produk yang dipilih Stryd adalah women’s wear, meskipun saat ini dia sedang melengkapi koleksi men’s wear.
Akan tetapi, produk Stryd tidak hanya terbatas di baju saja, ada juga produk lainnya seperti tas, sepatu, dan aksesori yang juga bisa dilihat di situs www.strydtore.com sebagai ajang promosinya.
Koleksi-koleksi Stryd lebih fokus pada produk outerwear seperti blazer, jaket, vest, dan coat, karena, menurutnya, “Outerwear is the perfect piece to complete the mix and match process.”
Untuk pemilihan warna produk sendiri, ungkapnya, itu tergantung dengan tema per koleksi. Biasanya koleksi Stryd keluar setahun empat kali antara lain Pre-Spring Summer, Spring Summer, Pre-Fall, dan Fall-Winter.
Kelebihan yang dimiliki Stryd adalah pemilihan jenis kain dan konsep desain yang tematik, serta nyaman untuk dipakai. “Setiap style yang dikeluarkan adalah hasil dari fi lterisasi yang ketat, sehingga menghasilkan desain yang menarik,” ujarnya.
Setiap produk yang dikeluarkan cenderung berbeda dalam waktu pengerjaannya, tergantung dari tingkat kesulitan model baju atau terkadang 1 hari bisa jadi 15 pieces, terkadang juga hanya delapan pieces.
Target market koleksi-koleksi Styrd adalah wanita dan pria dari umur 22-35 tahun. Stryd membidik golongan menengah atas dan menengah bawah, dengan range harga sekitar Rp300.000-Rp1,5 juta.
Karier desainernya sebagian terinspirasi oleh perjalanan desainer Nina Nikicio yang sudah go international. Hal tersebut membuka wawasan gadis pelahap Pizza Marzano itu berpendapat bahwa fesyen Indonesia tak mustahil bisa tembus pasar internasional.
“Dan saya mengarahkan diri untuk mencapai hal itu,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
