Sebagi desainer muda, Fransisca Irene bangga dengan apa yang telah dilakukannya. Terlebih, meski masih terbilang merek baru, produk-produk Stryd sudah banyak dilirik
banyak kalangan.
Pada saat mengikuti Indonesia Fashion Week, misalnya, Gusnaldi, seorang make up artist ternama datang dan meminta Stryd untuk bekerja sama mengenalkan acara televisi bernama The Voice Indonesia. “Ini adalah pengalaman yang sangat berharga ketika karya-karya Stryd dipakai oleh para kontestan dan dilihat oleh pemirsa televisi,” ujarnya.
Arti dari kata Stryd sendiri adalah street yaitu jalan, diambil dari kosa kata negara Wales, di perbatasan selatan Inggris. Bermula dari kata itu gadis yang suka berimajinasi itu ingin menciptakan baju-baju yang bisa mendukung para pencinta fesyen untuk mengekspresikan diri mereka.
Menurutnya, bila ditarik dari sejarah, dari dulu fesyen itu trickle down yang artinya dari karya desainer fesyen ternama diikuti dan menjaditren bagi semua orang. Namun, pada 1960 di mana fesyen tidak lagi berjalan trickle down, tapi sebaliknya menjadi trickle up di mana orang-orang mengekspresikan dirinya sendiri tanpa mengikuti tren yang ada.
“Mereka menciptakan fesyennya sendiri yang kita bisa kenal sebagai hippies, punk, grunge, dan lainnya. Mereka menjadi inspirasi bagi para desainer untuk mendesain koleksinya,” ujar Irene.
Dia menuturkan sehubungan dengan visi Stryd untuk go international, dia berencana untuk mengekspor produk yang telah dihasilkannya maupun desain yang akan dirancang ke depan.
Dia optimistis Stryd saat ini sudah memiliki sumber daya manusia mencukupi, meski jumlah pekerja yang ada saat ini lima orang, yang terdiri dari tiga tukang jahit dan dua tukang payet. Jumlah pekerja ini akan bertambah dengan perkembangan banyaknya permintaan dan juga koleksi yang dihasilkan.
Tidak hanya itu, gadis penggemar buku-buku motivasi juga sedang membangun relasi dengan para fotografer pernikahan untuk membuat pakaian menjelang pernikahan dan gaun, dengan merek Fransisca Irene.
“Ambisi saya selain membuat merek Stryd mendunia, adalah fashion show bersama dengan desainer berkelas internasional.” Tidak hanya itu, dia juga akan menjadi fashion consultant, di mana kliennya dapat mengeluarkan personaliti dan daya tarik mereka melalui cara berpakaian mereka.
Hal itu dilakukan karena berbagai dukungan dari keluarga yang sangat besar, di antaranya memberikan masukan dan selalu ada pada saat dia membutuhkan. Terlebih keluarganya memang bergerak dalam bidang tekstil.
“Selain bidang fesyen, saya juga bergerak di bidang kuliner, yaitu membuka kafé di Bandung bernama DooBeeDoo, yang memiliki tema gaya koboi dengan menu spesial ribs dan steak,” ujarnya.