Cristina Martinez, seorang karyawan Reckitt Benckiser baru kali pertama menginjakkan kakinya ke Indonesia, pekan lalu. Kedatangan wanita berambut keriting itu bukan untuk pindah kerja atau pelesiran. Namun, dia dan ke-60 karyawan lainnya sengaja datang untuk menjadi relawan kemanusiaan.
“Ini merupakan sebuah kesempatan baik bagi saya. Biasanya saya bekerja untuk perusahaan dan menghasilkan uang, kini saya ingin melihat bagaimana uang itu dikumpulkan, dari mana saja dan tentunya dari hasil keringat sendiri,” katanya dalam Media Briefing Reckitt Benckiser dan Save the Children Gelar Global Challenge di Indonesia, di Jakarta.
Apa yang dilontarkan wanita berkebangsaaan Amerika Serikat itu untuk mengikuti sebuah program perusahaan terkemuka dunia dengan produk-produk antara lain Dettol, Veet, Strepsils, dan Durex yang dinamakan Global Challenge.
Tugas Cristina dan ke-60 yang mewakili 38.000 karyawan lainnya adalah mengumpulkan sejumlah uang sebesar Rp4 miliar yang akan diberikan kepada Yayasan Save the Children.
Uang penggalangan digunakan untuk membangun Posyandu dan Pondok Bersalin Desa (Polindes) di Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari dan merenovasi Polindes (Pondok Bersalin Desa) di Desa Sukarame Kecematan Pacet Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Nantinya Polindes itu akan melayani sekitar 3.000 jiwa di area tersebut.
Ratanjit Das, Presiden Direktur Reckitt Benckiser Indonesia mengatakan Indonesia menjadi tuan rumah program Global Challenge yang diselenggarakan pada 30 Mei- 7 Juni 2013.
“Cara penggalangan dana dilakukan berbeda-beda. Sepanjang tahun mereka mengumpulkan dana mulai dari berjualan kue, mengadakan konser, hingga merogoh kocek dari saku pribadi untuk diberikan kepada Save the Children,” katanya.
Program ini terbagi dua. Ke-61 karyawan Reckitt Benckiser yang diambil dari 29 negara itu sebagian terlibat dalam kegiatan mendaki Gunung Rinjani di Lombok selama 4 hari dan kegiatan sosial merenovasi klinik kesehatan di Kabupaten Bandung selama 5 hari.
Para karyawan yang akan menjadi sukarelawan bersama-sama turun ke lapangan untuk membangun dan mengecat dinding Posyandu dan Polindes, memasang tempat cuci tangan, merenovasi taman bermain serta ruangan yang tidak terpakai.
Das menjelaskan, program sosial Reckitt Benckiser diciptakan guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan gaya hidup sehat dan bersih dengan cara sederhana.
“Atau dengan kata lain, dengan upaya minimal semoga memberikan dampak yang maksimal. Selain itu, program ini diharapkan mendukung rencana pemerintah dalam mengurangi angka kematian ibu dan balita,” ujarnya.
John Lundine, Direktur Program Save the Children Indonesia mengatakan dipilihnya lokasi Kabupaten Bandung, Jawa Barat karena di kawasan tersebut memiliki jumlah sekitar 3,2 juta penduduk. Menurutnya, angka kematian ibu dan anak tertinggi di Indonesia salah satunya di pulau Jawa.
ANGKA KEMATIAN
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2012, angka kematian ibu dan bayi di Jawa Barat telah mencapai angka 30 dan 38 kematian per 1.000 kelahiran, tetapi angka kematian anak di Bandung, Jawa Barat masih dapat dicegah.
“Kami berharap inisiatif ini dapat membantu pemerintah Indonesia untuk menekan angka sesuai yang ditargetkan yakni 22 dan 32 kematian per 1.000 kelahiran,” ujarnya.
Reckitt Benckiser sendiri sudah lebih lima tahun mendukung gerakan kemanusiaan Save the Childen sebesar 1.280.000 pound sterling atau lebih dari Rp18 miliar di wilayah Bandung termasuk Kecamatan Kertasari, Ciparay, Pacet dan Majalaya.
Program ini juga, lanjutnya akan meningkatkan kualitas kesehatan, kebersihan dan kebiasaan cuci tangan diantara karyawan di fasilitas kesehatan, bidan, dan masyarakat.
Minimal, lanjutnya meningkatkan kesadaran bagaimana langkah sederhana dapat berdampak luar biasa. Program ini tentunya akan bermanfaat bagi 35.000 bayi, 25.000 ibu, dan 400.000 warga masyarakat di sana.