Banyak kasus dialami karyawan di sejumlah perusahaan. Terutama yang terkait dengan kepemimpinan. Persoalannya, jawaban yang diberikan jika menghadapi ‘ketidaksesuaian’ dengan pimpinan, adalah mengundurkan diri.
Padahal, dalam dunia kerja, kita tidak akan pernah lepas dari persoalan atau ketidaksesuaian dengan pimpinan. Perbedaan ‘kelas’ antara yang dipimpin dan dipimpin akan terus melahirkan ‘gesekan’. Dendam, marah, benci, mengundurkan diri secara emosional bukanlah jawaban yang arif.
Namun, untuk menjadi arif, terkadang sulit. Kita cenderung menganggap diri kita atau pendapat kita adalah yang terbaik dan benar. Kita sering memaksa diri terhapda apa yang menjadi kehendak kita. Padahal, di atas langit, masih ada langit. Dan, kita lupa akan hal itu. Akhirnya, ego kita, membuat kita tidak jarang justru seperti katak di bawah tempurung.
Tidak ada yang salah, guna menghindari konflik dengan pimpinan, kita pahami saja. Memahami, bukan berarti kalah. Dari sisi target atau beban tugas yang diemban sang pimpinan dari para owner.
Sikap mencoba memahami, justru di situ terlihat kebesaran jiwa kita. Tentu, pengertian untuk memahami dalam tataran kerja yang benar, bukan terhadap sikap pemimpin yang korup. Itulah mengapa, kita harus memahami, bahwa banyak tipe kepemimpinan.
Setidaknya, menurut teori Employee Oriented and Task Oriented Leadership - Leadership style matrix. Teori ini memaparkan bahwa dua orientasi kepemimpinan.
Pertama, kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan dimana perilaku pemimpinnya dalam penyelesaiannya tugasnya memberikan tugas, mengatur pelaksanaan, mengawasi dan mengevaluasi kinerja bawahan sebagai hasil pelaksanaan tugas.
Kedua, kepemimpinan yang berorientasi pada pegawai akan ditandai dengan perilaku pemimpinnya yang memandang penting hubungan baik dan manusiawi dengan bawahannya.
Semenatara itu, Robert House dalam Abi Sujak, (1990:18), ada sejumlah tipe kepemimpinan:
Pertama, kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi. Pemimpin ini mengharapkan bawahannya mencapai tujuan seoptimal mungkin.
Kedua, kepemimpinan direktif (directive leadership). Pemimpin ini memberi kesempatan kepada bawahannya untuk mengetahui apa yang menjadi harapan pemimpinnya, dan pemimpin itu menyatakan kepada bawahannya tentang bagaimana untuk dapat melaksanakan suatu tugas. Gaya ini berorientasi pada hasil.
Ketiga, kepemimpinan partisipatif (participative leadership). pemimpin ini berkonsultasi dengan bawahannya dan bertanya untuk mendapatkan masukan - masukan dan saran — saran dalam rangka pengambilan keputusan.
Keempat, kepemimpinan suportif (suportive leadership). Pemimpin ini mendekatkan diri dan bersikap ramah serta menyenangkan perasaan bawahannya.
Kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan. Gaya kepemimpinan yang baik juga akan mendukung terciptanya ikiim kerja yang menyenangkan bagi para karyawan, sehingga motivasi kerja karyawan akan meningkat. Peningkatan motivasi kerja pada akhimya akan meningkatkan prestasi kerja karyawan, sehingga perusahaan dapat mencapai target.
Begitulah beberapa karakter kepemimpinan yang ada. Dengan memahami itu, kita pun tentu akan berupaya untuk mengambil sikap saat berada daam situasi yang kurang menyenangkan.