Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kiat Manajemen: Ego Pemimpim

Bisnis.com, JAKARTA - Pemimpin yang hanya berfokus pada apa yang ingin dia raih, akan menemukan banyak kendala. Kendala dalam menghadapi orang-orang yang dipimpinnya.

Bisnis.com, JAKARTA - Pemimpin yang hanya berfokus pada apa yang ingin dia raih, akan menemukan banyak kendala. Kendala dalam menghadapi orang-orang yang dipimpinnya.

Ego merupakan istilah yang sering berkonotasi negatif meskipun sesungguhnya tidak selalu bermakna demikian. Namun, istilah yang negatif-lah yang sering kali dipahami oleh orang-orang sekitar kita.

Istilah ego diartikan sebagai sosok yang sombong, hanya mementingkan diri sendiri, tertutup, ataupun defensif. Arti ini dapat memberikan dampak yang tidak baik bagi orang-orang yang ada di lingkungannnya.

Dalam kepemimpinan, ego seorang pemimpin yang dikonotasikan seperti itu tentu akan memberikan pengaruh yang juga tidak baik bagi dirinya. Akibatnya dapat memberikan pengaruh kepada orang-orang yang dipimpinnya dengan cara yang juga tidak diinginkan. Seorang pemimpin yang ego cenderung akan selalu memikirkan diri sendiri tanpa gubris  dengan orang-orang yang dipimpinnya.

David Marcum dan Steven Smith (2007) dalam penelitian terkait dengan cost of ego menemukan bahwa terdapat beberapa fenomena yang dapat memberikan dampak yang tidak baik terkait dengan ego, di antaranya yaitu mendengar, tetapi tidak mendengarkan (hearing, but not listening), orang berfikir “saya dulu, perusahan kedua” (people thinking “me first, company second”), hanya orang-orang “benar” memiliki ide yang baik (only the “right” people have good ideas), dan takut melakukan kesalahan dan mengakuinya ( fear of making mistakes or admitting them).

Fenomena tersebut jika dikaitkan dengan kepemimpinan akan memberikan dampak diantaranya adalah: Hearing, but not listening.  Sosok pemimpin yang hanya “mendengar” saja tetapi tidak “mendengarkan” dapat membuatnya menjadi seorang pemimpin yang tidak memiliki kepedulian terhadap apa yang terjadi di lingkungannya.

Hal itu dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam memberikan persepsi terhadap tugas-tugas yang dia akan berikan. Perbedaan persepsi tersebut tidak akan memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu sebagai pemimpin perlu untuk lebih “mendengarkan”. Artinya tidak hanya dari apa yang diucapkan, tapi juga dari apa yang ‘tampak’ seperti bahasa nonverbal dari orang-orang di sekitarnya.

People thinking “me first, company second”. Fenomena ini menunjukkan karakter seorang pemimpin yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Dalam proses kepemimpinan, tentu akan memberikan pengaruh yang dapat menghambat pada kesuksesan suatu institusi.

Pemimpin yang hanya berfokus pada apa yang ingin dia raih, akan menemukan banyak kendala. Kendala dalam menghadapi orang-orang yang dipimpinnya. Selain itu, juga akan dapat menjadikan institusi yang dipimpinnya akan terbengkalai. Institusi yang dipimpin sosok ego dengan tipe ini dapat menjadikan dirinya bahkan institusinya tidak dapat bertahan atau survive.

Only the “right” people have good ideas.  Sosok pemimpin yang ego akan merasa bahwa dirinya adalah sosok yang paling ‘benar’, sehingga dia berfikir hanya dirinyalah yang pantas memiliki ide yang cemerlang.

PERSEPSI

Persepsi ini akan membawa pemimpin tersebut melakukan sesuatu yang semena-mena dan mengabaikan ide-ide dari orang-orang yang dipimpinnya. Untuk itu, satu hal penting bagi pemimpin yang seperti ini adalah introspeksi terhadap dirinya sendiri. Setiap orang yang dipimpinnya pasti memiliki ide-ide atau strategi yang mungkin saja jauh lebih efektif dari yang dimilikinya.

Fear of making mistakes or admitting them. Satu hal yang juga dimiliki oleh seorang pemimpin ego adalah ketakutan membuat kesalahan dan mengakui kesalahan yang dilakukannya. Fenomena ini dapat memberikan dampak yang tidak baik pada dirinya sebagai pemimin dan dapat me’nular’kannya pada orang-orang yang dipimpinnya.

Pemimpin ini tidak menyadari bahwa kesalahan yang dilakukan oleh seseorang merupakan hal yang wajar. Namun, yang terpenting adalah bagaimana mengantisipasi jika hal tersebut terjadi, dan juga bagaimana menyikapinya bila kesalahan dan menindaklanjuti akibat yang ditimbulkan.

Bukannya menghindari kesalahan dan menyalahkan orang lain atas tindakan yang dilakukannya. Untuk itu, seorang pemimpin perlu mengerti arti dari ego secara dalam dan mencerna setiap perbuatannya kepada orang lain sehingga dia dapat menyadari dan dapat membuat keputusan dan solusi yang bijak.

Terkait dengan fenomena di atas, dapat dipahami bahwa untuk menjadi sosok yang dapat memberikan kesuksesan dan perfoma yang baik diperlukan karakter yang mampu ‘menekan’ egonya. Tidak selamanya ke-ego-an pemimpin itu memberikan sisi yang negatif, tetapi dapat juga menjadi aset bagi suatu institusi yang dipimpinnya.

Setiap pemimpin tentu memiliki ego. Meskipun dari satu sisi seorang pemimpin dapat menjadikan dirinya cenderung dinilai tidak baik akibat dari ego yang dimilikinya. Akan tetapi sosok pemimpin dapat juga memiliki kontribusi yang penting dalam meraih kesuksesan. Kontribusi tersebut diantaranya adalah dapat meningkatkan kepercayaan diri, optimistis dan mendorong pemimpin untuk berhasil dalam menjalankan tugasnya.

Ke-ego-an pemimpin dapat menjadikan dirinya lebih percaya pada dirinya. Hal ini tampak dari cara dia untuk menunjukkan bahwa apa yang dilakukannya merupakan usaha yang memang pantas baginya.

Apabila porsi egonya tepat, maka akan menghasilkan sesuatu yang dapat membuatnya lebih mandiri dan yakin akan kemampuan dirinya. Memang tidak mudah untuk mengukur ke-pantas-an secara objektif. Inilah pentingnya bagi seorang pemimpin untuk memiliki kepekaan dalam menjalankan tugas.

Agar ke-ego-an pemimpin dapat menularkan sisi positif bagi dirinya dan orang lain maka pemimpin perlu memiliki rasa keingintahuan dan kerendahan hati. Seorang pemimpin dengan ke-ego-an yang dimilikinya dapat meningkatkan rasa ingin tahunya terhadap apa yang akan dilakukannya dan juga bagaimana dia mampu mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi pada orang-orang yang dipimpinnya.

Pemimpin yang ego akan dapat mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya apabila dia juga menyadari betapa pentingnya menggunakan cara yang tepat. Sesuatu hal yang lumrah jika pemimpin memiliki ego dan menggunakan kekuatan dalam menjalankan tugasnya.

Namun, ada hal penting juga dalam menggunakan kekuatan dan ego kepemimpinannya, yaitu cara pemimin memperlakukan orang-orang yang dipimpinnya. Cara tersebut harus diselaraskan dengan menunjukkan kerendahan hati yang tulus.

Bila hal tersebut dapat dilakukan oleh seorang pemimpin maka ke-ego-an yang dimilikinya sebagai pemimpin akan dapat menjadikan dia sebagai pemimpin yang disegani sekaligus di’sayang’ oleh orang-orang yang dipimpinnya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Sumber : Fatchiah E Kertamuda, Dosen Psikologi Universitas Paramadina Twitter: @fatchiah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper