---- Aspek kepemimpinan, isu politik, dan citra sosial sebenarnya merupakan aspek epistemik yang menjadi dasar untuk memilih--
Bisnis.com, JAKARTA - Pada 2014 merupakan tahun yang menentukan masa depan Indonesia karena akan diselenggarakan pemilihan presiden. Calon-calon definitif sepertinya mulai 2013 sudah melaksanakan kampanye secara tidak langsung untuk menciptakan kesadaran merek bagi para masyarakat sebagai voter atau pemilih.
Kesadaran merek perlu dibangun sejak awal agar pemilih dapat memiliki pengetahuan kognitif untuk mempertimbangkan pilihan presiden. Pengetahuan kognitif ini penting karena akan menentukan aspek afeksi pemilih untuk menyukai kandidat presiden.
Semakin pemilih memiliki preferensi kepada kandidat, semakin kuat voter untuk memilih. Namun terkadang, ketika pemilih sudah menentukan preferensi terhadap calon tertentu, belum tentu pemilih menentukan pilihan pada kandidat tertentu. Aspek situasional sangat berperan memengaruhi putusan untuk memilih.
Selain itu, memilih kandidat presiden merupakan suatu proses berpikir untuk memilih berbagai kandidat yang ada. Pilihan ditentukan oleh karakteristik masing-masing individu.
Dalam melakukan pilihan kandidat, masyarakat sebagai konsumen individual akan melakukan sejumlah pertimbangan sebelum melakukan pilihan. Pilihan ini tentu saja akan dievaluasi nantinya berkaitan kecenderungan kandidat presiden mampu memenuhi kebutuhan individu. Apabila tidak memenuhi kebutuhan, maka yang dilakukan oleh kandidat adalah melancarkan protes atau demonstrasi.
Oleh karena itu, sejumlah atribut perlu dimiliki oleh calon presiden. Deskripsi atribut kandidat presiden ini bisa menjadi informasi penting untuk mengembangkan strategi para kandidat untuk target kelompok atau individu yang akan dituju.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ben and Newman, dengan artikel yang berjudul “Motives, Perceptions and Voting Intention of Voters in the 2000 U.S. Presidential Election” dalam jurnal Psychology & Marketing (2002), aspek kepemimpinan, isu politik, dan citra sosial menjadi atribut penting.
Aspek kepemimpinan, isu politik, dan citra sosial sebenarnya merupakan aspek epistemik yang menjadi dasar untuk memilih. Aspek epistemik ini berkaitan dengan aspek rasionalitas yang ada dalam sisi kognitif voter untuk menentukan pilihan.
Pilihan atribut didasarkan mengenai manfaat atau aspek positif yang dipertimbangkan atas konsekuensi dalam melakukan pemilihan. Voter cenderung menghindari risiko dari kesalahan memilih kandidat.
Risiko ini nantinya dipertimbangkan misalnya kesejahteraan rakyat tidak terjamin, keamanan negara menjadi terancam, kandidat presiden akan melakukan korupsi, dan sebagainya.
Pertama, aspek kepemimpinan. Aspek kepemimpinan menjadi penting karena ini bisa mencerminkan deskripsi diri. Kepemimpinan menciptakan citra positif pemimpin sebagai individu yang bisa memberikan contoh, arahan, dan inspirasi.
Kepemimpinan menjadi penting untuk memberikan gambaran kandidat ideal yang bisa menjadi inspirasi atau panutan tidak hanya kalangan tertentu, tetapi juga semua kalangan. Pemimpin yang dipersepsi mengayomi, memberikan inspirasi, memotivasi, jujur, mementingkan keluarga, mengutamakan care cenderung menjadi idola. Penguatan atribut ini penting dikomunikasikan.
Kedua, isu politik. Pemahaman mengenai isu politik yang diusung oleh para kandidat presiden memberikan deskripsi mengenai muatan komunikasi kepada target yang dituju.
ISU POLITIK
Isu politik merupakan hal penting karena memuat kepentingan dari semua kalangan. Isu politik bisa berupa hal yang cenderung sensitif mengenai pengalaman masa lalu kandidat presiden atau isu-isu yang bisa menjadikan citra positif kandidat.
Isu politik ini bisa menjadi tema kampanye yang mengarahkan kepada target kelompok tertentu. Misalnya, isu menurunkan tingkat kemiskinan, menguatkan sektor pertanian, meningkatkan tingkat pemerataan pendidikan, dan sebagainya.
Ketiga, citra sosial. Citra sosial bisa dijelaskan sebagai bentuk stereotype kandidat presiden yang menarik para voter melalui penciptaan asosiasi antara kandidat dan target yang dipilih.
Konsep ini juga menjelaskan apa yang pemilih persepsikan sebagai kaitan antara kandidat dan kelompok sosial, ekonomi, dan politik. Kandidat presiden merupakan individu yang dikaitkan dengan kelompok atau kelas tertentu. Karakteristik kandidat presiden sebagai individu mewakili dari kelompok tertentu yang membawa aspirasi, visi, misi dan nilai, dan visi.
Berkaitan dengan kandidat presiden, seseorang yang menjadi kandidat presiden akan berusaha untuk mengaitkan diri dengan kelompok tertentu. Selain itu, kandidat presiden juga akan memunculkan identitas yang menunjukkan keterkaitan dengan kelompok tertentu.
Identitas ini bisa digunakan sebagai pembanding dengan kelompok lainnya. Kandidat presiden dari kelompok tertentu akan mengaitkan diri dengan kelompok pendukungnya dengan kuat.
Hal ini bisa ditunjukkan dengan keterikatan dan dukungan dari kelompok itu. Semakin kuat asosiasi yang dibuat oleh kandidat presiden dengan kelompok tertentu, semakin kuat dukungan dari kelompok.
Kekuatan asosiasi ini menjadikan kandidat presiden untuk memunculkan ide-ide yang bisa mewakili aspirasi kelompok tertentu. Dengan demikian, kandidat presiden diharapkan untuk dapat membantu kelompoknya. Hubungan yang timbal balik ini berdampak pada dukungan dari kelompoknya.
Tiga atribut yang bersifat rasional tersebut juga tidak sendirian dalam menentukan pilihan. Aspek emosional yang cenderung subjektif suka atau tidak, ganteng atau tidak bisa juga memengaruhi pilihan. Aspek subjektif ini bisa diatasi dengan penguatan atribut yang bersifat rasional, karena voter di Indonesia cukup pintar untuk menentukan pilihannya.
Ke depannya, strategi yang juga harus dikembangkan adalah bisa berupa pengembangan desain strategi komunikasi. Pesan komunikasi berupa elemen-elemen yang bisa dikembangkan sesuai dengan target yang dituju. Dengan demikian, positioning para kandidat presiden bisa sesuai dengan target.
Positioning ini penting karena para kandidat akan dipersepsi sesuai dengan pesan atau nilai yang disampaikan. Pemilihan media menjadi penting karena setiap kelompok memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik yang berbeda ini berkaitan dengan masalah persepsi, pengetahuan, dan motivasi.