Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kiat Manajemen: Makna Nama Dalam Usaha

---Dengan memunculkan nama unik dan berbeda dari yang lainnya, diharapkan dapat menarik perhatian konsumen dengan cepat dan menggugah keinginan konsumen untuk segera mencoba mengonsumsinya.

---Dengan memunculkan nama unik dan berbeda dari yang lainnya, diharapkan dapat menarik perhatian konsumen dengan cepat dan menggugah keinginan konsumen untuk segera mencoba mengonsumsinya.

Bisnis.com, JAKARTA - Produk-produk kuliner saat ini menjadi tren yang sangat luar biasa sejak Bondan Winarno menjadi  pembawa acara kuliner Kecap Bango di Trans TV.  Kuliner menjadi pilihan para pelaku bisnis untuk mengembangkan strategi bisnis baik bagi pelaku bisnis yang sudah memiliki kemampuan finansial yang kuat maupun bagi pelaku bisnis pemula.

Pilihan berbisnis di bidang kuliner memang menjanjikan karena mengingat kebutuhan konsumen akan kuliner sebagai pangan menjadi tidak bisa dielakkan dan menjadi pemenuhan kebutuhan primer.

Pertumbungan bisnis kuliner cukup fantastis, sehingga menjadikan pelaku bisnis berusaha menampilkan keunikan dalam rasa, lokasi, jenis makanan, bahkan pilihan nama. Keunikan dalam berbagai aspek tersebut dipertimbangkan karena banyak pemain industri kuliner dengan makanan sejenis yang menawarkan produk-produk makanan.

Berbicara mengenai nama menu, saya sebagai konsumen sering berpikir mengenai keunikan nama-nama yang ditawarkan dalam daftar menu. Keunikan nama ini sebenarnya ditujukan untuk membuat konsumen memiliki perhatian yang cukup tinggi karena nama yang unik bisa dikenal di antara sejumlah nama-nama menu  yang ada.

Anda pasti pernah mendengar atau mencoba menu makanan dengan nama-nama yang  unik, menarik, bahkan geli, misalnya Ayam Gebug (Fatmawati), Ayam Penyet Sambel Setan, Sambel Bledhos, Burger Klenger, Rawon Setan, Burger Blenger, Es Pocong, Soto Gebrak, Siomay Gondrong, Bakso Granat, Sup Pengantin, Es Teler, Jus Poligami, dan sebagainya.

Nama-nama makanan yang unik ini membuat konsumen untuk mencoba menu tersebut. Terkadang, rasa makanan juga terasa biasa saja atau bisa dikatakan rasanya memang kurang lebih sama dengan menu sama lainnya.

Yang menjadi perhatian di sini dalam mengemukakan ide nama agar bisa bermakna merupakan pertimbangan beberapa hal dalam strategi bisnis. Pertama, aspek persaingan. Persaingan di bidang industri kuliner tidak bisa dipungkiri lagi, karena memang menjadi prospek bisnis yang menjanjikan karena semua orang sebagai konsumen membutuhkan makanan, baik untuk memenuhi kebutuhan rasa lapar maupun berkeinginan untuk mencari sensasi atau pengalaman sendiri.

Kedua, memunculkan nama dengan sesuatu yang berbeda dan membuat konsumen merasa penasaran untuk mencoba menjadi sebuah strategi awal yang baik, karena informasi yang berlimpah atau overload mengenai menu makanan yang ditawarkan oleh produsen akan menyebabkan konsumen tidak mampu untuk memperhatikan semua informasi menu makanan yang baru.

KONSUMEN

Oleh karena itu, dengan memunculkan nama unik dan berbeda dari yang lainnya, diharapkan dapat menarik perhatian konsumen dengan cepat dan menggugah keinginan konsumen untuk segera mencoba mengonsumsinya.

Ketiga, pelaku bisnis dalam menentukan nama-nama yang dilekatkan pada nama menu makanan paling tidak bisa memperhatikan sejumlah elemen antara lain bisa diingat, memiliki makna, memiliki kemiripan, menyesuaikan dengan tren yang sedang terjadi,danbisa diberikan paten.

Sebuah merek atau nama menu makanan akan menjadi pilihan dengan mudah oleh konsumen. Nama-nama merek atau elemen merek menurut Amanda Baltazar dalam artikel “Silly Brand Names Get Serious Attention” yang diterbitkan pada Brandweek, Desember 2007, nama merek yang aneh atau asing di telinga konsumen akan menjadi perhatian yang lebih intensif.

Nama-nama menu makanan yang menjadi bagian merek makanan itu sendiri atau bagian dari rumah makan atau perusahaan tertentu idealnya memiliki makna. Makna ini penting karena akan mengaitkan dengan hal-hal yang akan dikonsumsinya. Misalnya, Milkuat, artinya begitu kuat dan sehat, sehingga konsumen yang membeli produk tersebut akan mendapatkan manfaat bahwa konsumen akan kuat dan sehat.

Ketika nama merek kuliner misalnya Es Teler, bisa saja dikaitkan dengan aspek yang cenderung negatif. Negatif bisa berkaitan dengan keadaan mabuk kepayang ketika mengonsumsinya. Namun sebenarnya nama merek tersebut hanya sebagai sebuah sensasi atau menjadi sesuatu yang menunjukkan kepada konsumen pada umumnya, bahwa dengan mengonsumsi merek minuman tersebut membuat konsumen menikmati kelezatan yang luar biasa.

Kalau nama merek makanan misalnya Rawon Setan atau Es Pocong, maka tidak lah selalu demikian akan dikaitkan dengan aspek negatif. Tentu saja nama-nama menu kuliner tersebut cukup memiliki aspek negatif yang tentu saja membikin orang mengalami ketakutan.

Namun, nama-nama menu tersebut sekali lagi memang ditujukan untuk mencari perhatian dan membuat konsumen memiliki awareness bahwa nama merek tersebut menimbulkan sensasi ketika mengonsumsinya. Berkaitan dengan elemen merek yaitu memiliki kemiripan, apakah Rawon Setan, memiliki kesamaan dengan “setan” atau makhluk halus lainnya atau seperti apa. Saya yakin, hal ini tidak ada kemiripan sama sekali. Konsumen tentu saja tidak bersedia dikaitkan dengan hal tersebut ketika mengonsumsinya.

Nama-nama menu makanan bisa dikaitkan dengan sesuatu yang sedang menjadi tren dalam bidang kuliner saat ini. Rasa pedas memang rasa favorit dan sudah menjadi budaya dalam masakan-masakan di Indonesia. Selain itu, rasa pedas sepertinya diangkat kembali untuk menjadi menu-menu favorit dalam setiap masakan yang ditawarkan saat ini.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan,  muncul nama-nama menu makanan yang dikaitkan dengan super pedas atau bledos. Ini dikaitkan dengan sensasi dalam  menikmati menu makanan yang disajikan. Nampaknya rasa pedas menjadi rasa yang paling favorit dalam menambah selera untuk mengonsumsi.

Terakhir, yang perlu diperhatikan nama menu makanan dapat menjadi sebuah karya yang bisa diupayakan hak patennya. Nama menu makanan dapat menjadi sesuatu yang berharga sehingga bisa berhak untuk diajukan hak patennya. Dengan demikian, pengusul menu makanan dapat mengelola merek dengan baik. Implikasinya, pemain lain yang akan menirunya, bisa membeli hak paten atau mengajukan menjadi franchisee.

Nama menu makanan sepertinya hanya sebuah nama, namun memiliki makna mendalam dan akan mendatangkan keuntungan yang luar biasa bila dikelola dengan baik dan profesional.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Iin Mayasari, Dosen Program Studi Manajemen Universitas Paramadina Jakarta
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler