Bisnis.com, JAKARTA - Seperti apa sajakah jenis perusahaan di Indonesia? Sesungguhnya, jenis-jenis perusahaan dapat dibayangkan sebagai titik-titik di dalam sebuah spektrum panjang yang menunjukkan derajat dampak negatif dan positif yang dihasilkan kepada lingkungan sekitar.
Semakin ke kanan, dampak positif kepada lingkungan dan sosial semakin tinggi dihasilkan; sebaliknya semakin kiri, semakin kecil dampak positif, tetapi semakin besar dampak negatif yang yang dihasilkan perusahaan.
Di ujung paling kiri terdapat irresponsible companies– perusahaan yang hanya semata-mata memikirkan keuntungan bagi para pemilik sahamnya. Sementara itu, di ujung sebelah kanan ada social enterprise – perusahaan yang tidak hanya menghasilkan dampak positif kepada lingkungan sekitar, namun juga menangani hal-hal yang terabaikan (neglected).
IRRESPONSIBLE COMPANIES
Tipe perusahaan yang demikian, pada dasarnya hanya memikirkan keuntungan semata-mata bagi pemiliknya. Irresponsible companies tidak akan ragu-ragu untuk melanggar hukum, etika, dan prinsip-prinsip fairness untuk mengakumulasi keuntungan. Ada cukup banyak perusahaan yang kini berada di domain ini; pada umumnya mereka beranggapan bahwa kompetisi yang cukup berat memaksa mereka untuk potong kompas – “lebih baik curang terlebih dahulu daripadai dicurangi”.
Perusahaan yang berada dalam tipologi ini tidak memperhatikan dampak lingkungan dan sosial yang dari aktivitasnya. Mereka tidak memperdulikan limbah yang dihasilkan dan menekan upah buruh dan tenaga kerja. Irresponsible companies bahkan tidak ragu-ragu
untuk “menipu” konsumen, mencoba untuk mengeruk uang konsumen sebanyak-banyaknya demi keuntungan perusahaan.
Irresponsible companies memiliki dampak negatif sepanjang value chain yang besar; hampir bisa dikatakan perusahaan yang berada dalam kategori ini tidak memiliki dampak positif bagi masyarakat dan lingkungannya. Keberadaan mereka di dalam bisnis seringkali karena adanya monopoli dan kartel.
RESPONSIBLE COMPANIES
Perusahaan yang berada pada tipologi ini memiliki kesadaran yang tinggi untuk melakukan mitigasi dari dampak negatif lingkungan dan sosial yang dihasilkan dari operasi perusahaannya.
Termasuk dalam kategori ini adalah perusahaan yang menjual produk yang merusak masyarakat – seperti rokok dan alkohol – yang sangat taat dan patuh terhadap hukum dan aturan yang berlaku; perusahaan ini pun juga menerapkan aturan-aturan sendiri yang ditujukan untuk mencegah halhal negatif yang muncul dari aktivitas bisnisnya.
Responsible companies sangat memperhatikan dampak negatif yang mungkin muncul dari aktivitas perusahaannya. Berbagai aktivitas internal maupun eksternal dilakukan untuk mencegah hal ini.
Beberapa perusahaan responsible memastikan bahwa limbah yang dihasilkan dari aktivitasnya diolah sehingga tidak meracuni lingkungan sekitar. Intinya, responsible companies memiliki inisiatif untuk memastikan bahwa aktivitas perusahaan sepanjang value chain tidak menghasilkan dampak negatif yang merugikan masyarakat dan alam.
Biasanya inisiatif ini datang dari shareholder dan manajemen yang memiliki kesadaran yang cukup tinggi untuk memastikan bahwa perusahaannya memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Pada kenyataannya, mungkin ada banyak perusahaan yang berada di antara spektrum irresponsible companies dan responsible companies. Di salah satu aspek value chain, mitigasi dampak negatif dilakukan dengan baik, namun di aspek yang lain dampak negatif dibiarkan.
Misalnya, ada perusahaan yang memilki mekanisme pengolahan limbah yang baik, tetapi mempekerjakan buruh dengan upah dibawah UMP/UMR. CSV (CREATING SHARED VALUES) COMPANIES
Perusahaan dalam kategori ini tidak hanya memperhatikan dampak negatif sosial dan lingkungan yang dihasilkan dari aktivitasnya, tetapi juga memperhatikan dampak positif yang bisa dihasilkan dari aktivitas perusahaannya.
Artinya, dalam beroperasi perusahaan juga menghasilkan dampak positif yang pada akhirnya dapat memperbesar kue kekayaan (wealth cake) wilayah di mana perusahaan tersebut beroperasi; dengan demikian, kesejahteraan diperoleh bersama, hubungan dengan lingkungan alam dan sosial sekitar sifatnya tidak diametrikal (bertolak-belakang), tetapi justru saling berjalin-pilin dan sinergis.
Dalam mengembangkan model bisnisnya, setidaknya perusahaan CSV mengadopsi tiga prinsip: pertama, mereka mencoba untuk mengembangkan produk dan jasanya untuk pasar bottom of the pyramid.
Dengan mengembangkan produk dan jasa untuk segmen ini, perusahaan CSV dapat memberikan layanan yang sebelumnya absen untuk mereka yang berpenghasilan di bawah US$2 setiap harinya.
Kedua, memastikan dampak positif pada setiap proses bisnisnya. Perusahaan CSV bisa mengembangkan skema dan mekanisme yang memastikan bahwa aktivitas bisnisnya tidak hanya tanpa dampak negatif, tetapi juga menghasilkan dampak positif.
Misalnya, selain memikirkan tentang pengurangan emisi karbon dari proses produksi, perusahaan CSV bisa mengajak dan menciptakan enabling environment agar semua vendor dan mitranya juga melakukan hal yang sama. Ketiga, perusahaan CSV berwawasan lokal dan berusaha untuk mengembangkan kluster industri di tempat ia beroperasi.
SOCIAL ENTERPRISE
Perusahaan yang berada di spektrum paling kanan ini sebetulnya - secara operasional - tidak jauh berbeda dengan perusahaan lainnya. Yang membedakan secara mendasar ada dua hal: pertama, misi sosialnya. Social enterprise didirikan memang untuk menyelesaikan masalah sosial yang ada di tempat ia didirikan.
Dia berbeda dengan LSM dan NGO lainnya karena social enterprise menggunakan market-based approach untuk menyelesaikan masalah sosial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aspek inovasi merupakan hal yang utama di dalam social enterprise. Kesuksesan social enterprise bersumber dari kemampuannya untuk berinovasi di dua sisi yang berbeda. Mereka sanggup untuk menerapkan inovasi pada aspek sosial (social innovation) dan memberikan solusi baru untuk menyelesaikan masalah sosial secara efektif.
Namun, pada saat yang bersamaan, mereka juga mengkaitkan inovasi sosial ini dengan inovasi untuk mendapatkan revenue yang stabil (market-based innovation). Kedua, yang membedakan social enterprise dengan organisasi lainnya adalah fokusnya pada masalah sosial dan lingkungan yang terabaikan.
Masalah yang tidak disentuh oleh pemerintah - karena skala yang kecil atau masalah yang terlihat “sepele” - dan tidak bisa juga ditangani oleh sektor swasta - karena tidak memberikan keuntungan.
TANTANGAN
Tantangannya sekarang adalah menggeser sebanyak mungkin perusahaan yang berada di spektrum irresponsible companies ke arah responsible companies. Perlu kesadaran berbagai pihak untuk mewujudkan hal ini.
Tidak hanya shareholder, tetapi juga customer dan stakeholder lain untuk memberikan tekanan (pressures) agar perusahaan dapat lebih bertanggung jawab. Pesan utamanya: jika tidak bisa memberikan dampak positif, apalagi menangani masalah yang terabaikan, setidaknya jadilah perusahaan yang bertanggung jawab!