Bisnis.com, JAKARTA - Menjalankan kepemimpinan bukanlah merupakan suatu hal yang mudah dilakukan oleh seorang pemimpin. Apalagi, dalam keadaan situasi kritis. Sosok pemimpin sangat memainkan perannya pada situasi-situasi tersebut. Pada saat itu, kemampuannya memimpin ‘diuji’ melalui sikap, perilaku dan juga kecerdasannya menanggapi situasi tersebut.
Reaksi-reaksi akan sangat bervariasi dari pemimpin dalam menyikapinya. Dan kecenderungan untuk menjadi sosok yang memiliki power akan sangat terlihat dalam keadaan kritis tersebut.
Namun ada juga yang tidak peduli dengan keadaan dan kondisi dari orang-orang yang dipimpinnya. Sehingga perilaku yang ditunjukkan terkesan ‘memaksakan’ kehendak kepada orang-orang yang dipimpinnya. Tindakan ini memunculkan kesan ke’diktatoran’ nya dalam memimpin.
Pemimpin yang memimpin hanya sesuai dengan kehendaknya sendiri dan memimpin dengan semena-mena cenderung menjadikan dirinya seorang pemimpin yang diktator. Pemimpin seperti ini menjadi kendala bagi orang-orang yang dipimpinnya. Hal ini dikarenakan bahwa tidak semua orang yang dipimpin akan merasa nyaman dengan situasi yang terlalu dikendalikan oleh seorang pemimpin.
Oleh karena itu jika hal tersebut dirasakan oleh orang-orang yang dipimpin maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi hal-hal yang akan menghambat tujuan, visi dan misi dari suatu institusi.
Pemimpin yang diktator terkesan sangat keras dan memiliki persepsi negatif bagi orang yang dipimpinnya. Tentulah hal tersebut tidak diinginkan oleh seorang pemimpin. Namun pada kenyataannya, sosok pemimpin ini juga ada dalam lingkungan kerja kita sehari-hari dan mungkin saja telah merasuki dalam manajemen kepemimpinannya.
Sosok pemimpin yang diktator tidak selalu sosok yang terkesan keras dari penampilan, namun juga dapat dimiliki oleh sosok yang terkesan lembut dari penampilan. Oleh karena itu, sosok pemimpin yang diktator dapat terlihat dari beberapa karakateristik yang dimilikinya.
Brenda Wagner (2011) seorang konsultan senior mengemukakan beberapa karakteristik manajemen diktator, diantaranya adalah secretive, egotistical, close-minded, dishonest, inconsistent, lacks focus, has unrealistic expectations, dan does not plan.
Karakteristik-karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Secretive. Seorang pemimpin yang memiliki karakteristik ini menunjukkan bahwa dia akan menyimpan rahasia yang hanya untuk dirinya sendiri sebagai seorang pemimpin daripada disampaikan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Hal ini dilakukannya dengan tujuan kelak akan dipergunakannya untuk menyelamatkan dirinya saat dia terdesak.
Egoistical. Karakteristik pemimpin diktator ini menunjukkan pada ke-egois-annya sebagai seorang pemimpin yang tidak ingin belajar dari orang-orang yang ada disekitarnya. Dia merasa bahwa dirinyalah yang memiliki pengetahuan tentang banyak hal sehingga dia tidak menganggap pendapat orang lain itu sesuatu yang penting atau bermanfaat buat perkembangan dirinya. Sikap ini menjadikannya sosok yang hanya mempedulikan dirinya sendiri tanpa melihat dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang dipimpinnya.
Close-minded. Karakteristik diktator ini menunjukkan bahwa pola pikir seorang pemimpin yang menutup diri dan tidak peduli dengan kata orang lain. Dia merasa bahwa apa yang telah dilakukan sudah benar dan tidak ingin membuang waktunya untuk menanggapi orang lain.
Pemimpin dengan karakteristik ini merasa telah mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh orang-orang yang dipimpinnya. Meskipun belum tentu hal tersebut benar. Ketertutupan terhadap sesuatu yang baru, akan menyebabkan seorang pemimpin tidak tumbuh dan berkembang menjadi sosok pemimpin yang baik.
Tidak Jujur
Dishonest. Pemimpin diktator terkadang memunculkan karakteristik yang tidak sesungguhnya atau tidak jujur. Hal ini bertujuan untuk menutupi ketidakmampuan yang ada dalam dirinya. Ketidakjujuran menjadikannya sebagai pemimpin yang tidak dipercaya oleh orang-orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu pemimpin diktator menjadi pemimpin yang tidak akan dihormati dan tidak disayangi oleh orang-orang yang dipimpinnya.
Inconsistent. Salah satu karakteristik pemimpin diktator adalah tidak konsisten. Ketidak konsistenan pemimpin berdampak tidak baik bagi orang-orang yang dipimpinnya. Hal ini akan menimbulkan kinerja yang tidak optimal dari orang yang dipimpinnya sehingga dapat mempengaruhi produktivitas dari institusi yang dipimpinnya. Pemimpin dengan karakter ini akan memunculkan suatu kebimbangan, kebingungan, ketidakpastian dalam kepemimpinannya.
Lack focus. Karakteristik lain dari pemimpin diktator adalah kurang fokus terhadap apa yang menjadi perhatiannya. Dalam kepemimpinannya, terlalu banyak hal yang diinginkannya namun dia tidak mampu menunjukkan mana yang prioritas utama dan mana yang dapat ditunda.
Hal inilah yang menjadikannya, menjadi sosok yang menginginkan segala sesuatu harus selesai dalam waktu yang bersamaan. Sikap ini dapat menjadikan orang-orang yang dipimpinnya bereaksi negatif terhadap dirinya. Kecenderungan akan terjadi penolakan terhadap perintahnya dapat terjadi hingga menimbulkan konflik antara pemimpin dan orang yang dipimpin.
Has unrealistic expectation. Sejalan dengan kurang fokus terhadap suatu pekerjaan, pemimpin diktator akan mengalihkan harapan pada orang-orang yang dipimpinnya dengan hal yang tidak realistik. Ini dilakukannya karena dia tidak mampu untuk menunjukkan pada orang-orang yang dipimpinnya suatu yang pasti terhadap apa yang diinginkannnya. Keinginan yang tidak realistik ini dapat memicu suatu ketidakseimbangan dalam mewujudkan cita-cita dari suatu institusi.
Does not plan. Karakteristik kepemimpinan diktator lain adalah tidak adanya rencana yang jelas dalam menjalan setiap aktivitas. Selain itu, dalam memimpin cenderung untuk melakukan penundaan terhadap rencana yang telah disusunnya. Hal ini menunjukkan betapa seorang pemimpin tidak mampu dan tidak memiliki strategi dalam menjalankan kepemimpinannya.
Peningkatan kinerja dan produktivitas suatu institusi akan terhambat jika hal tersebut tidak segera dibenahi. Perencanaan dalam setiap tugas adalah hal yang penting agar dapat mewujudkan harapan yang diinginkan.
Sebagai seorang pemimpin, hendaknya perlu melakukan introspeksi terhadap kinerja, kondisi diri dan hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya. Walau hal tersebut tidak mudah, namun perlu dilakukan upaya-upaya untuk ‘menyelamatkan’ institusi dari pemimpin diktator yang bertindak semena-mena dan hanya mementingkan diri sendiri. Oleh karena itu peran dari orang-orang yang ada di sekitarnya diharapkan mampu mengubah kepemimpinan diktator agar menjadi pemimpin yang dapat meminpin secara kondusif, arif dan bijaksana.