Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Empuknya Laba Bantal Bentuk Boneka

Masyarakat kini memanfaatkan bantal untuk beragam kebutuhan. Pada umumnya, bantal memang dikaitkan untuk mendukung kenyamanan tidur. Namun, saat ini bantal juga digunakan untuk berbagai hal, seperti mainan anak, elemen dekoratif rumah, bahkan hadiah untuk orang tersayang.
Produknya dengan dua cara yaitu onlinewww.jumbajamba.com dan sistem konsinyasi dengan beberapa toko ritel modern di Jakarta, Bandung, dan Bali. /bisnis.com
Produknya dengan dua cara yaitu onlinewww.jumbajamba.com dan sistem konsinyasi dengan beberapa toko ritel modern di Jakarta, Bandung, dan Bali. /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -  Masyarakat kini memanfaatkan bantal untuk beragam kebutuhan. Pada umumnya, bantal memang dikaitkan untuk mendukung kenyamanan tidur. Namun, saat ini bantal juga digunakan untuk berbagai hal, seperti mainan anak, elemen dekoratif rumah, bahkan hadiah untuk orang tersayang.

Para pelaku usaha yang berkecimpung di bisnis ini pun menawarkan berbagai bentuk bantal yang unik. Mereka mengembangkan produk bantal unik merujuk pada bentuk dasar bantal yang berupa kotak yang dimodifikasi. Namun, banyak di antara mereka yang bereksperimen membuat benda nan empuk ini menjadi bentuk-bentuk unik. Tujuannya tentu saja agar konsumen tertarik membeli bahkan mengoleksi bantal-bantal tersebut.  

Salah satu pelaku usaha yang terjun ke bisnis ini adalah Windy Astuti Dhanutirto, 38. Pemilik brand Jumba-Jamba ini memproduksi bantal berbentuk karakter binatang pada 2011. Dia mengaku bisnis bantal boneka ini dia jalankan karena ingin mengisi waktu luang. Dia pun menjahit bantal yang menyerupai burung hantu (owl) dari kain perca. Tak disangka, ada seorang teman yang tertarik memilikinya.

“Awalnya, saya hanya iseng saja bikin bantal burung hantu. Ternyata ada teman yang suka dan ingin membeli. Dari situ, saya melihat ada potensi bisnis yang bisa digarap,” ujar perempuan yang tertarik dengan dunia kerajinan tangan ini.

Wendy memulai bisnis ini dengan modal Rp5 juta. Dari uang tersebut, dia membeli berbagai motif kain katun dan peralatan jahit seperti benang dan jarum. Awalnya, bantal boneka tersebut diproduksi dengan jahitan tangan. Seiring berjalan waktu, dia menggunakan mesin jahit untuk mempermudah pekerjaannya.

Tak hanya mempersiapkan produk bantal boneka unik, dia membuat konsep merek (brand concept) Jumba-Jamba semenarik mungkin. Konsep ini lahir lantaran banyak orang tua yang senang menceritakan kisah kepada buah hatinya sebelum tidur.

“Saya membuat konsep kerajaan binatang dan tiap-tiap boneka bantal Jumba-Jamba adalah anggotanya. Tiap karakter punya nama dan tampilan yang unik,” katanya. Karakter-karakter di Jumba-Jamba a.l. burung hantu, rubah, gajah, ayam, penguin, kupu-kupu, burung, dan ayam.

Selain itu, dia mengaplikasikan konsep adopsi. “Banyak anak menganggap boneka layaknya teman. Mereka membawanya bermain, makan, hingga menjadikan boneka sebagai teman tidur. Saya ingin anak-anak mengadopsi dan menjadikan karakter-karakter di Jumba-Jamba sebagai sahabat.”

Agar terlihat menarik di mata anak-anak, dia mengombinasikan beberapa motif kain perca untuk membuat sebuah boneka bantal. Warna dan motif disesuaikan agar menghasilkan tampilan karakter binatang yang lucu dan menggemaskan. Dia mengisi bagian dalam boneka dengan bahan dakron agar empuk.

Semua desain karakter bantal boneka Jumba-Jamba dibuat sendiri oleh Wendy. Meskipun demikian, dia tetap menerima pesanan khusus dari konsumen. “Desain khusus biasanya dibuat untuk hadiah atau suvenir anak yang berulang tahun,” tambahnya.

Wendy memasarkan produknya dengan dua cara yaitu onlinewww.jumbajamba.com dan sistem konsinyasi dengan beberapa toko ritel modern di Jakarta, Bandung, dan Bali. Selain dua cara ini, dia juga sering mengikuti pameran kerajinan tangan untuk mempromosikan boneka bantal buatannya.

Kendati dia menargetkan ibu dan anak sebagai konsumen utamanya, produk Jumba-Jamba ternyata digemari oleh remaja dan orang dewasa. Karena pasar yang makin luas, dia pun menambah kapasitas produksi boneka bantal tersebut. “Awalnya saya hanya bisa membuat 15 buah boneka tiap bulan. Kini, produksi reguler Jumba-Jamba mencapai 200 buah  dan 20—100  buah untuk pesanan khusus,” ujar Wendy yang kini dibantu oleh ibu dan 3 orang perajin boneka.

Wendy menjual boneka bantal nan lucu tersebut sesuai model dan ukuran. Harga jualnya mulai dari Rp35.000—Rp225.000 per buah. Dari jumlah tersebut, margin keuntungan yang diambil mencapai 40%.

Pasar potensial dan besarnya margin keuntungan yang bisa diambil membuat bisnis boneka bantal makin prospektif. “Banyak anak-anak yang suka dengan tipe boneka ini karena mereka bisa memeluk dan menjadikannya sebagai bantal. Selain itu, orang dewasa juga suka karena bisa dijadikan pajangan atau aksesoris rumah. Makanya, saya yakin bisnis ini akan makin berkembang.”

Pasar Luar Negeri

Pemain lain yang meraih keuntungan dari bantal empuk yang unik adalah Ayu Husodo, 42. Ide ini didapat saat Ayu tinggal di Sidney, Australia pada2007. Terlintas dalam benak Ayu untuk membuat mainan anak yang bisa berfungsi ganda. Ayu pun lantas menjatuhkan pilihan pada pembuatan bantal berbentuk boneka. 

Ayu kembali ke Indonesia pada 2009. Tak lama setelah itu, dia melanjutkan bisnis bantal boneka yang dia namakan Strawberry Patch. Jika di Sydey dia menjahit sendiri, kini dia dibantu 7 orang pekerja. Workshop Strawberry Patch terletak di Cipete, Jakarta Selatan.

Meskipun dibantu oleh perajin, Ayu tetap mendesain bantal bonekanya sendiri. Dia juga dibantu oleh anaknya yang berusia 6 tahun dan 11 tahun. “Anak saya berperan sebagai kurator. Jadi, setelah mendesain boneka, saya selalu kasih lihat ke mereka. Asumsi saya, kalau mereka suka mungkin anak-anak lain akan suka,” ujarnya sambil tertawa.

Saat ini, Ayu sudah membuat 10 model bantal berbentuk boneka, mulai dari burung hantu, boneka matroyshka (boneka khas Rusia), gajah, dan lainnya. Boneka itu berukuran 30cm x 15cm. Dengan ukuran sebesar itu, boneka ini bisa dipakai bantal. Untuk bahan, dia menggunakan katun bermotif dan mengisi boneka dengan serat dakron. Ayu dan perajinnya bisa memproduksi 150 boneka setiap bulan.

Kendati diproduksi di Indonesia, Ayu justru memfokuskan penjualan ke pasar luar negeri. Sekitar 80% boneka bantal Strawberry Patch dikirim ke berbagai negara a.l Amerika Serikat, Australia, Singapura, Italia, Inggris, bahkan Afrika Selatan. “Rata-rata mereka adalah pembeli yang saya kenal sejak saya tinggal di Sydney. Mereka jadi konsumen loyal hingga saat ini.”

Selain membidik pasar luar negeri, Ayu perlahan mulai mengenalkan produk buatannya kepada konsumen lokal. Dia pun membuka toko di sebuah mall di bilangan Kemang, Jakarta Selatan.

Ayu mengaku jumlah pelanggan di dalam negeri belum banyak karena permasalahan harga. Masih banyak konsumen yang menganggap harga boneka bantal cenderung mahal.

Padahal, harga tersebut sebanding dengan kualitas boneka. “Karena ini  boneka untuk anak, saya menggunakan katun berkualitas dan menjahitnya dengan teknik khusus. Saya tak ingin menurunkan kualitas agar anak-anak bisa nyaman dan aman memainkan boneka ini.”

Harga boneka berbentuk bantal tersebut dibandrol mulai dari Rp125.000—Rp225.000 per buah. Ayu bisa mengambil keuntungan 15%—20% untuk setiap boneka yang terjual.

Ketika ditanya tentang prospek pasar, Ayu mengungkapkan peluang bisnis bantal bentuk boneka makin prospektif. “Saya melihat saat ini yang suka bukan cuma anak-anak atau balita, tetapi remaja dan orang dewasa banyak yang membeli. Biasanya mereka menjadikan boneka tersebut sebagai pajangan.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper