Bisnis.com, JAKARTA--Pelayanan Listrik Nasional (PLN) Batam, anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Nasional (Persero) lambat laun menerapkan nama baru yaitu Bright pada setiap langkah usahanya.
Perubahan tersebut sebagai dorongan untuk mengubah kinerja perusahaan agar tidak mengikuti pemegang saham utama yaitu PLN.
Bright menjadi salah satu anak usaha PLN yang menjadi swasta dan tidak lagi menerima subsidi dari perusahaan holding.
Salah satu terobosan perusahaan ini adalah rencana untuk melantai di bursa (Initial Public Offering/IPO) akhir tahun ini. Bisnis.com mewawancarai Presiden Direktur Bright Dadan Koerniadipoera pada Jumat (6/3) lalu. Berikut petikannya.
Salah satu terobosan anak usaha PLN ini selain IPO adalah menjadi perusahaan energi, apa yang mendorong ke arah itu?
Di anggaran dasar perusahaan sudah disebutkan bahwa kami harus menjadi perusahaan energi. Karena sudah tidak menerima subsidi lagi dai PLN, kami harus berpikir untuk selalu mengembangkan bisnis.
Misi kami selanjutnya ingin di Batam ada terminal gas, SPBG, dan coal terminal. Hal itu untuk mengantisipasi bila suatu saat pasokan habis, pasar masih bisa menjual gas.
Ke depan kami merencanakan mendirikan anak usaha yang bergerak dalam pembangunan pipa gas. Perusahaan tersebut ditujukan untuk menunjang bisnis Bright, sehingga untuk pusat sebagai tulang punggung dan anak perusahaan merupakan perusahaan retail.
Di samping itu, kami juga akan membuka pusat data energi. Bagi kami tidak perlu memikirkan rasio elektrifikasi lagi karena listrik ini sudah diperjual belikan. Misalnya Funtasy Island di Singapura yang membeli listrik dari Bright, semua multimedia dan pasokan dari kami dengan tarif kurang lebih Rp2.400/kwh.
Kenapa Bright ingin melantai di bursa?
Yang penting bagi kami adalah keterbukaan karena saat ini kami sudah menjadi perusahaan swasta meski 90% saham dimiliki holding.
Keterbukaan ini juga bertujuan untuk keuangan perusahaan. Selain itu, tujuan IPO adalah agar di pihak internal lebih profesional mengelola perusahaan. Bright akan menjadi perusahaan listrik yang listing di bursa.
PLN Pusat tak beri subsidi ke Bright yang masih memberikan bagi Pulau Batam, Suatu saat subsidi itu akan dihapus?
Harga listrik yang kami jual sekarang merupakan kesepakatan antara pemerintah kota dan DPRD. Meski tidak ada subsidi, tapi harga listrik untuk rumah tangga lebih murah dibanding harga listrik nasional.
Ini karena di Batam sudah tidak menggunakan bahan bakar minyak (BBM), listrik di sini menggunakan gas dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dari batu bara.
Saat kami IPO nanti, kemungkinan subsidi itu akan dikurangi sama sekali. Pada 2013, kami memberika subsidi listrik sekitar Rp235 miliar untuk rumah tangga, di mana margin kami di atas Rp1 triliun.
Tahun ini, kami akan mulai mengurangi subsidi itu menjadi sekitar Rp80 miliar. Jadi, ada kemungkinan kalau subsidi itu akan dihilangkan untuk ke depannya.
Adakah rencana membangun pembangkit listrik selain menggunakan gas?
Saat ini daya terpasang dari pembangkit di Batam dari kami sekitar 300 MW. Tahun ini akan ada tambahan lagi sekitar 150 MW.
Tambahan tersebut dari PLTG sebanyak 70 MW dan 80 dari PLTGU, kemudian pada 2015 direncanakan akan ada tambahan lagi dari PLTGU sebanyak 40 MW.
Selain itu, pada 2017 akan ada proyek tender PLTU PLN Batam unit 1 dan unit 2. Bright akan menambah PLTU untuk menggantikan PLTG bila ada pemiliharaan sumur gas.
Minimal, di Batam harus ada tiga kali pemadaman dalam setahun karena pemeliharaan sumur ini, sehingga pembangunan PLTU akan memasok listrik tetap berimbang.
Batam sudah tidak menggunakan BBM sejak Agustus 2012. Saat menggunakan BBM untuk pembangkit karena tidak ada aliran gas dan tidak ada PLTU, dalam 3 bulan kami mengalami kerugian hingga Rp48 miliar.
Oleh karena itu, kami akan mengusahakan untuk membangun PLTU dan lebih baik menghentikan penggunaan BBM untuk pembangkit listrik. Meskipun ada, tetapi penggunaan BBM hanya sebagai pemanas mesin.
Apakah Bright tidak akan memanfaatkan energi terbarukan di Batam untuk pembangkit listrik?
Potensi energi terbarukan di pulau ini sangat kecil, bahkan untuk tenaga surya sekalipun. Namun, kami tetap akan mengusahakan mengembangkan pembangkit listrik dari energi terbarukan, agar melengkapi sebagai perusahaan energi.
Dalam 1-2 tahun ini kami akan memanfaatkan sampah kota (landfill) untuk pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).
Kami sudah bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk pembangunan PLTSa berdaya 20 MW.
Nantinya untuk pembangunan akan ditenderkan. Kemudian, kami juga tengah melakukan studi mengenai arus bawah laut yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik.
Untuk sementara pemanfaatan energi terbarukan dari sampah dan ke depannya adalah arus bawah laut.