Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BISNIS MAKANAN: Fulus Mengalir dari Kombinasi Cabe Teri dan Bawang

Inspirasi bisnis bisa datang dari mana saja. Termasuk kebiasaan yang dilakukan oleh anggota keluarga di rumah. Hal ini dirasakan oleh Didan Husein. Tak disangka, bisnis yang digelutinya saat ini ternyata bermula dari hobi sang nenek membuat bawang goreng
 Produk Cabe Terbang
Produk Cabe Terbang

Bisnis.com, JAKARTA- Inspirasi bisnis bisa datang dari mana saja. Termasuk kebiasaan yang dilakukan oleh anggota keluarga di rumah. Hal ini dirasakan oleh Didan Husein. Tak disangka, bisnis yang digelutinya saat ini ternyata bermula dari hobi sang nenek membuat bawang goreng.

Didan mengaku neneknya tak hanya suka menggoreng bawang, tetapi juga mengajarkan proses pembuatan kepada anak dan cucunya. Setelah sang nenek meninggal dunia, dia dan keluarganya mencoba mempertahankan tradisi.

Tak hanya mempertahankan resep, Didan dan keluarganya mencoba berinovasi dengan bawang goreng.

“Kami menambahkan ikan teri dan cabe. Ternyata, rasanya enak juga,” kata pria usia 35 tahun itu.

Dia pun mulai memasak resep baru tersebut untuk konsumsi keluarga.

Seiring berjalannya waktu, dia melihat potensi dari makanan yang dia buat. Hal ini karena dia yakin rasa makanan buatannya enak dan cocok dengan selera masyarakat Indonesia. Bukan itu saja, konsep produk keringan ini praktis dan bisa disantap kapan saja.

Tanpa pikir panjang, dia bersama beberapa anggota keluarga memutuskan untuk membangun bisnis berbasis olahan bawang goreng.

Produk tersebut dia namakan Cabe Terbang yang merupakan singkatan dari cabe, teri, dan bawang. Pria asal Bandung ini memulai bisnis dengan modal Rp10 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli bahan baku misalnya, bawang goreng, ikan teri, cabe, dan minyak goreng.

Kendati makanan yang diproduksi terbilang sederhana, dia tetap menjaga kualitas rasa. Salah satunya adalah dengan membeli bahan baku berkualitas tinggi.

“Kami gunakan bawang merah asal Sumenep. Sedangkan ikan teri saya beli dari nelayan yang ada di luar Pulau Jawa,” katanya.

Strategi ini membuahkan hasil. Rasa lauk kering siap saji ala Cabe Terbang disukai oleh konsumen. Bahkan, kini dia memiliki beberapa pelanggan tetap yang tinggal di luar Bandung.

Namun demikian, Didan mengaku bisnisnya tak lepas dari kendala. Bahkan, dia sempat berhenti produksi karena harga bawang goreng yang meroket hingga Rp50.000 per kilogram pada 2012.

“Waktu harga bawang melonjak naik, saya tidak produksi Cabe Terbang selama tujuh bulan,” katanya.

Setelah kejadian tersebut, Didan pun mulai menata bisnisnya kembali. Seiring berjalannya waktu, dia berusaha untuk menambah kapasitas produksi. Kini, kapasitas produksi Cabe Terbang menembus 200 kemasan per hari.

Produk Cabe Terbang ditawarkan dalam dua kemasan, yaitu toples 200 gram yang dijual Rp50.000 dan plastik 120 gram seharga Rp35.000. Margin keuntungan yang didapat mencapai 30%—40%.

Ketika ditanya soal target, dia bercita-cita untuk membesarkan merek Cabe Terbang. Salah satu cara yang tengah dijajaki adalah dengan membuka outlet makanan yang tak menyediakan sajian dengan bahan baku Cabe Terbang.

“Kami sedang mencari klien untuk merealisasikan rencana ini. Nantinya saya ingin konsumen bisa merasakan menu Nasi Cabe Terbang, Sushi Cabe Terbang.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper