Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan dimenangkan. /bisnis.com
Hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan dimenangkan. /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Mulutmu harimaumu. Ungkapan lama ini menjadi relevan di kala situasi politik sedang hangat seperti sekarang ini. Tidak hanya para politikus yang mengumbar komentar, khalayak umum pun ikut terbawa emosi adu argumentasi. Media massa menjadi saksi bahwa mereka sedang mempertaruhkan harga dirinya.

Namun, budaya di Indonesia sebenarnya tidak cukup permisif untuk melakukan debat secara frontal. Ada rasa ragu-ragu untuk bermusuhan. Akhirnya, kita menjadi menghindari obrolan-obrolan sensitif. Di tempat kerja, masih saja ada rasa enggan untuk menegur orang lain yang melanggar peraturan. Bahkan kalau pun itu seorang bos kepada bawahannya. Alasannya sederhana, kita tidak ingin menjadi sosok yang digambarkan antagonis.

Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh VitalSmarts, lembaga pelatihan manajemen dari Amerika Serikat, menunjukkan, ada orang-orang yang memang ‘diberkati’ untuk bisa menegur orang lain tanpa menyakiti hati. Mereka ini disebut sebagai para penyimpang positif (positive deviants).

Kemungkinan besar Anda pernah bertemu orang-orang seperti ini. Sekarang, coba Anda perhatikan karir orang-orang seperti ini. Biasanya mereka tergolong sebagai sosok yang dipercaya dalam pekerjaannya. Kalau pun dia seorang pemimpin, ia menjadi pemimpin idola bagi anak buahnya.

Bila dia seorang anggota tim, orang ini bisa menjadi jembatan komunikasi antara anggota tim dan atasannya atau ke pihak manajemen. Di dunia politik, orang-orang seperti ini memiliki peran sebagai pelobi. Mereka bisa membicarakan ke pihak yang berseberangan tanpa merasa terintimidasi.  Mereka lah orang-orang di balik koalisi-koalisi politik.

Sebenarnya, penelitian yang dilakukan oleh VitalSmarts itu berawal bukan dari bagaimana para penyimpang positif itu bertingkah laku. Penelitian bermula dari pencarian teknik yang dilakukan orang-orang untuk bekerja efektif. Teknik itu dipelajari lalu diadaptasi untuk diterapkan.

Pada awalnya, para peneliti seperti menemukan orang-orang yang biasa saja. Ruang kerja yang biasa. Cara bertingkah laku biasa. Mereka ‘hanya’ tampak populer di lingkungan kerjanya. Sampai pada titik ketika para peneliti menemukan, orang-orang yang dianggap ‘populer’ itu adalah orang-orang yang bisa menyelesaikan percakapan krusial.

Percakapan yang memiliki potensi untuk merusak hubungan dengan risiko tinggi. Mereka tahu kapan waktunya memulai berbicara, bagaimana memulainya, dan menyelesaikannya seperti apa. Penemuan demi penemuan berlanjut dari temuan sederhana itu.

Sebagai contoh, coba Anda perhatikan Joko Widodo. Gubernur DKI Jakarta itu dikenal memiliki cara tersendiri dalam menyelesaikan beberapa kasus krusial. Yang paling terkenal adalah ketika dia berhasil merelokasi pasar saat masih menjabat walikota Solo. Tidak ada demo. Tidak ada perlawanan mendasar dari para pedagang.

Menengok sejarah Indonesia, ada sosok Suttan Sjahrir. Orang-orang Belanda bahkan sempat mengakui, mereka lebih takut kepada Sjahrir daripada Soekarno. Perdana Menteri pertama di Indonesia ini dikenal orang sebagai sosok murah senyum dan pandai bernegosiasi.

Dalam dua surat saat diasingkan di Digul, ia mengutip sajak dari Friedrich Schiller, yang maknanya kurang lebih, “hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan dimenangkan.” Hal  ini menyiratkan, pembicaraan krusial itu bukan untuk dihindari. Itu adalah sesuatu yang dipertaruhkan dan pantas untuk dimenangkan. Robby (Susatyo, Dunamis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (11/5/2014)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper