Bisnis.com, JAKARTA- Futsal merupakan salah satu olah raga yang populer di kalangan masyarakat. Kendati cara memainkannya mirip dengan sepak bola, olah raga ini memiliki beberapa kelebihan yaitu tak membutuhkan lapangan yang terlampau luas dan arena berada di ruangan tertutup (indoor). Tak heran, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa menggemari olah raga ini.
Seiring makin populernya futsal di mata masyarakat, jumlah lapangan futsal pun tumbuh bak jamur dimusim penghujan. Banyak pelaku usaha membuka pelaku usaha membuka arena futsal di berbagai tempat, mulai dari permukiman padat penduduk, daerah sekitar kampus, hingga kawasan perkantoran.
Tak heran, persaingan di bisnis ini pun kian sengit. Pelaku usaha berlomba-lomba menawarkan fasilitas prima a.l. harga sewa terjangkau, alas lapangan standar tinggi, dan fasilitas home theater. Tujuan sama yakni demi menarik perhatian konsumen.
Joni Asmara dan Henda Rukmantara merupakan pelaku usaha yang terjun ke bisnis ini. Kedua sahabat ini merintis usaha penyewaan lapangan futsal bernama D'Two sejak Januari 2012.
Alasan mereka membuka arena futsal komersial bermula dari aktivitas Joni mengolah si kulit bundar. Selain hobi, ternyata pria berdarah Aceh ini juga berprofesi sebagai pelatih dan atlet futsal profesional. Melihat jumlah masyarakat yang memainkan futsal semakin banyak, mereka berpikir membuka lapangan futsal.
"Dengan membuka tempat futsal, kami bisa mengajak murid dan teman-teman sesama atlet untuk bermain di tempat kami," tutur Joni.
Namun, ide tersebut tak langsung bisa direalisasikan. Mereka terpentok modal. Memang, nilai investasi yang dibutuhkan untuk membangun lapangan futsal tak sedikit. Mereka lantas mengutarakan niat tersebut kepada orang tua. Tak disangka, orang tua Joni dan Henda setuju menggelontorkan dana untuk modal utama.
Joni menuturkan ada beberapa elemen yang harus diperhatikan sebelum membangun lapangan futsal, yaitu tanah, bangunan, dan tipe lapangan. Alih-alih menyewa, dia justru menyarankan untuk membeli tanah.
"Risiko menyewa tanah lebih besar karena tipe bangunan lapangan futsal permanen. Oleh karena itu, saya mencari tanah yang harganya cukup murah. Waktu itu, saya dapat sebidang tanah di daerah Depok, Jawa Barat," ujar lulusan jurusan manajemen ekonomi kampus Bina Sarana Informatika ini.
Dia pun membangun sebidang lapangan futsal dengan luas 600m2. Untuk area futsal dia memilih alas tipe interlock. Selain itu, dia juga membangun fasilitas lain, misalnya tempat parkir, ruang ganti, area penonton, kantin sederhana, dan fasilitas ruang tunggu yang dilengkapi home theater. Semua fasilitas ini dibuat supaya pemain dan penonton merasa nyaman kala berada di D'Two Futsal Sport Center.
Joni memberlakukan biaya sewa bervariasi. Semakin malam, harga sewa pun bertambah. Mulai dari pukul 8.00--14.00 WIB biaya sewa dipatok Rp50.000 per jam. Tarif sewa naik menjadi Rp70.000 mulai pukul 14.00--18.00 WIB dan berubah jadi Rp100.000 pada pukul 18.00--24.00 WIB.
Dia mengklaim harga sewa yang dipatok terbilang murah. Namun demikian, dia tak khawatir tak mendapat keuntungan.
"Keuntungan tak besar tak apa-apa asalkan konsumen banyak yang jadi langganan. Omzet yang kami dapat per bulan berkisar Rp20 juta per bulan," kata Joni.
Joni dan Henda bukanlah satu-satunya pelaku usaha yang menawarkan jasa sewa lapangan futsal. Pelaku usaha lain yang turut memeriahkan bisnis ini adalah Zaidan. Pria berusia 59 tahun ini membuka lapangan futsal di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam sejak 2010 silam.
Berbeda dengan Joni dan Henda, alasan Zaidan terjun ke bisnis ini untuk mengisi masa pensiun. Sebelum pensiun, Zaidan mencari berbagai alternatif bisnis yang bisa digeluti. Ide membuka lapangan futsal tercetus dari sang anak yang bekerja di Jakarta.
"Anak saya bercerita bahwa olah raga futsal sedang naik daun di Jakarta. Saya tertarik terjun ke bisnis ini karena lapangan futsal di Banda Aceh masih sedikit sedangkan masyarakat yang hobi bermain bola banyak," ujar Zaidan.
Berbekal uang tabungan dan penjualan aset, dia membangun lapangan futsal di atas tanah milik keluarga seluas 2000 m2. Untuk kontraktor, dia mencari dari internet karena minimnya jumlah kontraktor lapangan futsal di Banda Aceh.
Dia mengaku butuh waktu 8 bulan untuk membangun arena futsal Arena futsal yang dilengkapi dengan dua lapangan, bangku penonton, ruang ganti, area parkir, dan kantin.
"Biaya pembangunan sudah termasuk lapangan rumput sintetis, jaring, dan gawang. Untuk rangka bangunan, saya pakai baja ringan supaya kokoh dan tahan lama," ujar ayah yang telah dikaruniai 7 orang anak ini.
Senada dengan Joni, Zaidan juga memberlakukan tarif sewa progresif. Dia mematok tarif Rp120.000 per jam pada pagi hari, Rp135.000 per jam pada sore hari, dan Rp200.000 per jam kala malam hari. Tarif di malam hari lebih mahal karena pemakaian listrik untuk penerangan.
Kendati mematok harga cukup tinggi, dia mengklaim nominal tersebut terbilang murah karena tarif tersebut ditanggung bersama-sama. Jika satu tim futsal terdiri dari 10 orang, konsumen hanya merogoh kocek maksimal Rp20.000 per orang.
Seiring berjalannya waktu, usaha penyewaan lapangan futsal milik Zaidan semakin ramai. Meski demikian, ada bulan-bulan tertentu jumlah pengunjung berkurang.
"Karena terletak dekat kampus, lapangan sepi pada musim liburan semester. Hal ini karena banyak mahasiswa yang pulang ke kampung halaman," katanya.