Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daftar Miliarder China di Balik Kendaraan Listrik yang Beredar di Indonesia

Deretan miliarder dari sektor EV di Asia yang mengedarankan produknya di Indonesia
Wang Chuanfu/reuters
Wang Chuanfu/reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah booming kendaraan listrik di seluruh dunia, termasuk Indonesia, ada perusahaan kendaraan listrik yang terpaksa tumbang karena persaingan di kala yang lainnya semakin berjaya.

Salah satunya adalah produsen mobil listrik (electric vehicle/EV) asal China, PT Neta Auto Indonesia yang resmi menutup operasional dealernya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara secara permanen pada April 2025.

Padahal, dealer mobil listrik pertama Neta di Indonesia itu belum genap berusia 2 tahun, usai diresmikan pada 9 November 2023.

Di balik perusahaan tersebut, ada pendirinya Fang Yunzhou, yang mendirikan perusahaan kendaraan listrik tersebut sejak 2014.

Fang menjabat sebagai CEO pada Desember 2024 setelah mantan CEO sebelumnya Zhang Yong pindah peran menjadi penasihat. 

Sejak saat itu, perusahaan telah menerapkan langkah-langkah pemotongan biaya yang agresif, termasuk menutup sebagian besar ruang pamer yang dioperasikan sendiri, mengurangi staf, memangkas R&D pada teknologi self-driving, dan beralih dari pabrik luar negeri yang sepenuhnya dimiliki menjadi usaha patungan.

Di sisi lain, ada brand yang bisa berjaya, seperti BYD yang menjadi paling laris di Indonesia, dan bahkan mengalahkan pasar Tesla di China.

Tak sedikit pula pengusaha di bidang EV membawa mereka menjadi miliarder.

Mengutip Forbes, berikut ini daftar miliarder pengusaha EV di China yang mengalirkan produknya ke Indonesia:

1. Wang Chuanfu

Pendiri dan CEO BYD

Kekayaan: US$25,9 miliar

Wang Chuanfu adalah ketua dan CEO BYD dan telah memimpinnya menjadi salah satu perusahaan EV terbesar di dunia.

Lahir di sebuah desa pertanian di salah satu provinsi termiskin di China pada 1966, Wang menjadi yatim piatu saat remaja dan dibesarkan oleh kakak laki-laki dan perempuannya.

Namun, karena prestasinya dia berhasil masuk perguruan tinggi, unggul saat dia memfokuskan perhatiannya pada teknologi baterai. Wang mendirikan BYD sebagai perusahaan baterai isi ulang pada 1995.

2. Eric Li

Founder Geely

Kekayaan: US$15,7 miliar

Eric Li, yang juga dikenal sebagai Li Shufu, adalah ketua Geely Automobile Holdings, salah satu produsen mobil terbesar di China dan salah satu dari sedikit yang tidak dikendalikan oleh negara.

Geely telah berekspansi secara global sejak 2010, ketika mengakuisisi merek mobil Swedia Volvo.

Perusahaan ini juga telah membeli saham di produsen mobil sport mewah Inggris Aston Martin dan produsen kendaraan listrik Lotus Technology.

Pada Mei 2024, unit mobil listrik Geely Zeekr Intelligent Technology Holding mengumpulkan US$441 juta dalam IPO di Bursa Efek New York.

3. He Xiaopeng

Founder XPeng

Kekayaan: US$3,3 miliar

He Xiaopeng adalah salah satu pendiri dan ketua Xpeng, produsen kendaraan listrik yang terdaftar di bursa saham New York dan Hong Kong.

Produsen mobil asal Jerman Volkswagen mengumumkan pada Juli 2023 bahwa mereka akan mengakuisisi 4,99% saham di Xpeng melalui peningkatan modal sebesar US$700 juta, dan selanjutnya memperoleh kursi pengamat di dewan direksinya.

Pada Agustus 2023, Xpeng mengakuisisi divisi pengembangan mobil pintar milik platform pemesanan tumpangan Didi dalam kesepakatan saham senilai US$744 juta yang akan diselesaikan secara bertahap, dengan Didi akhirnya memiliki 3,25% saham.

Sebelum berkiprah di Xpeng, maestro tersebut mendirikan peramban UCWeb, yang diakuisisi oleh Alibaba pada 2014.

4. Pham Nhat Vuong

CEO Vingroup

Kekayaan: US$8,3 miliar 

Pham Nhat Vuong belajar di Rusia dan memulai bisnis mi instan yang populer di Ukraina pada 1990-an sebelum pindah kembali ke Vietnam.

Saat ini dia adalah ketua Vingroup, salah satu konglomerat terbesar di Vietnam yang memiliki minat di bidang real estat, ritel, dan perawatan kesehatan.

Unit utama grup tersebut meliputi pembuat kendaraan listrik VinFast, pengembang properti Vinhomes, dan jaringan hotel Vinpearl.

Pada 2023, dia membawa VinFast ke publik melalui pencatatan SPAC di Nasdaq. Vinpearl juga mengajukan IPO di Bursa Efek Ho Chi Minh pada Maret 2025. 

Operator stasiun pengisian daya V-Green dipisahkan dari VinFast pada 2024, dan berinvestasi lebih dari US$400 juta selama dua tahun ke depan untuk membangun infrastruktur pengisian daya di seluruh Vietnam.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper