Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MAMADE MAKARONI: Modal Rp2 Juta, Omzet Capai Rp250 Juta

Kebiasaan banyak masyarakat Indonesia untuk mengisi waktu luangnya dengan menikmati makanan ringan, membuat bisnis camilan tak pernah kehilangan pasar. Mulai dari tren keripik super pedas, hingga sekarang muncul makaroni goreng aneka rasa.nn
Mamade Makaroni. /Bisnis.com
Mamade Makaroni. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Kebiasaan banyak masyarakat Indonesia untuk mengisi waktu luangnya dengan menikmati makanan ringan, membuat bisnis camilan tak pernah kehilangan pasar. Mulai dari tren keripik super pedas, hingga sekarang muncul makaroni goreng aneka rasa.

Makaroni merupakan salah satu pasta yang terbuat dari tepung terigu  dan berbentuk silinder melengkung. Biasanya diolah dengan saus krim dan kacang polong. Namun, sekarang makaroni hadir dengan bentuk baru, sehingga bisa langsung dinikmati tanpa perlu repot mengolahnya.

Rasa yang gurih dan tekstur yang renyah, membuat makaroni banyak diminati para penggemar camilan. Permintaannya juga tidak pernah turun, bahkan ada beberapa produsen yang menerapkan sistem pre-order agar bisa melayani pemesanan dari konsumen.

Besarnya pasar makanan ringan tersebut membuat peluang bisnis terbuka lebar. Tak heran, akhir-akhir ini mulai bermunculan produsen makaroni yang menawarkan berbagai variasi makaroni goreng dengan beragam keunggulan.

Salah satu pemain yang sudah cukup lama bergerak di bisnis makaroni goreng adalah Mamade Makaroni yang saat ini dikelola Vicky Arif Setiawan.

Bisnis makaroni goreng yang dimulai sejak 2004 itu diinisasi dari ide Sang Ibu yang terinpirasi untuk membuat hidangan makaroni baru saat mengikui pertemuan memasak makaroni. Ide tersebut kemudian ditangkap Ayah Vicky dan dimodifikasi hingga muncul makaroni goreng dengan merek Mamade.

Saat mengawali bisnis tersebut, modal yang dikucurkan keluarganya tidak mencapai Rp2 juta, yang digunakan untuk membeli bahan baku, kompor dan bumbu. Ayah dan Ibu Vicky kemudian mengemas produknya dalam plastik kecil berukuran 25 gram dan dijual eceran seharga Rp500.

Pemasarannya pun masih sangat konvensional, dengan sistem titip jual ke kantin-kantin di sekolah di bilangan Jakarta Barat. Awalnya, respons masyarakat terhadap produk ini dinilai kurang baik, sehingga banyak yang tidak terjual dan harus dikembalikan.

“Tapi kami terus mencoba untuk memperbaiki kemasan dan terus memasarkan ke sekolah-sekolah, hingga mulai diterima dengan baik,” kenangnya.

Akhirnya, pada 2011, Vicky fokus membantu kedua orangtuanya untuk memasarkan produk makaroni goreng tersebut, dengan menggunakan merek Mamade dan memasarkannya secara online melalui situs mamademakaroni.com.

Saat ini, Mamade bisa memproduksi rutin hingga 2.000 bungkus makaroni goreng dengan ukuran 190 gr per hari. Sedangkan pesanan yang datang bisa mencapai 50.000 bungkus dalam satu bulan.

Jika ada pemesanan yang melebihi kapasitas produksi, Mamade menerapkan sitem waiting list. Siapa yang pertama melakukan pemesanan dan pembayaran, akan mendapatkan produk terlebih dulu.

“Kebanyakan pesanan datang dari Jawa, Sumatra, Bali dan kalimantan. Mereka mendapatkan informasi produksi makaroni secara online,” katanya.

Sebagai pelopor snack makaroni goreng berjenis fusilli, atau makaroni kecil berbentuk spiral, Mamade mengklaim memiliki kelebihan tersendiri. Selain menggunakan bahan baku pesanan khusus yang tidak dijual di pasaran, Mamade juga menggunakan bumbu khusus yang diracik sendiri.

“Mamade juga sudah lulus uji dan mendapatkan sertifikasi P-IRT karena memiliki kompetensi untuk membuat produk yang aman dikonsumsi.” paparnya.

Mamade Makaroni menyajikan delapan varian rasa yang bisa dipilih oleh konsumen. Kedelapan rasa tersebut adalah balado, keju, jagung bakar, bebek asap, kari ayam, ayam bawang, oriental dan original.

Semua produk Mamade dijual dengan harga mulai dari Rp18.000 di luar ongkos kirim. Dari harga tersebut, Vicky dapat mengantongi margin keuntungan sekitar 30% dengan omzet per bulan mencapai Rp250 juta.

Selain memasarkan produk melalui media sosial dan online, Mamade juga menerapkan konsep keagenan. Mamade akan mendistribusikan barang kepada agen-agen di berbagai daerah, kemudian agen tersebut akan memasarkannya kepada reseller maupun toko-toko.

Bagi konsumen yang berada dalam kawasan agen Mamade, maka proses pemesanan akan dilayani oleh agen. Sedangkan untuk pemesanan dari wilayah yang belum terjangkau oleh agen, maka produk akan langsung dikirim dari pusat.

“Harga di daerah bisa beragam, tergantung besarnya ongkos kirim kepada agen dan reseller. Apalagi, besarnya ongkos kirim ke daerah di luar Jawa merupakan salah satu kendala yang kami alami saat ini,” katanya.

Untuk menyiasati ongkos kirim yang tergolong besar, apalagi menggunakan jasa ekspedisi melalui pesawat udara, maka Mamade lebih memilih pengiriman melalui kapal laut. Meskipun waktu tempuhnya lebih lama, tetapi kualitas produk diklaim tetap dalam kondisi baik.

Sementara itu, agar bisa bertahan dalam persaingan bisnis makaroni goreng, Mamade tidak pernah kompromi dalam urusan rasa. Vicky meyakini rasa merupakan hal nomor satu dalam industri makanan.

“Apabila konsumen sudah cocok dengan rasa produk Mamade, mereka pasti akan terus memberli produk makaroni goreng kami,” katanya. Vicky menambahkan saat ini merek Mamade tak hanya dikenal oleh penikmat camilan di tanah air, melainkan mulai dikenal juga di negara tetangga seperti Australia.

“Dengan brand yang cukup kuat dan banyak dikenal, kami optimistis bisnis Mamade masih memiliki prospek yang cerah, dan akan tetap digemari masyarakat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper