Bisnis.com, JAKARTA—LinkedIn, jaringan profesional online dunia mengeluarkan hasil survey bahwa Indonesia paling memperhatikan “image” dibandingkan dengan profesional di 19 negara lain. Satu dari dua (51%) profesional di Indonesia mengaku sangat berhati-hati dalam memilih foto profil.
Managing Director LinkedIn untuk Asia Tenggara, Australia, dan New Zealand Cliff Rosenberg mengatakan studi LinkedIn New Norms @Work menunjukkan para profesional di Indonesia mendapat kesan pertama terhadap seseorang melalui gambar profilnya di media sosial.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sebanyak 42% profesional di Indonesia akan melihat gambar profil seseorang sebelum bertemu dengannya.
“Di era digital di mana media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, maka seorang profesional harus bisa membangun professional brand mereka di dunia online. Lebih dari setengah profesional di Indonesia pun setuju bahwa mempromosikan diri melalui platform media sosial sangat penting,” ucapnya dalam siaran pers kepada Bisnis, Jumat (1/5/2015).
Studi ini, lanjutnya, mengungkap 63% profesional di Indonesia tidak termasuk “yes employees” atau “order takers” (karyawan yang selalu mengerjakan sesuatu seperti apa yang diperintahkan). Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata global yaitu 57%. Hal ini juga didukung dengan data bahwa 76% profesional di Indonesia tidak sungkan untuk menyuarakan pendapat dan memberikan ide.
Jika dilihat dari angka di atas, ucap Rosenberg, secara global para profesional saat ini memang lebih berani bersuara. Ketika ditanya tentang hal apa yang akan mereka lakukan sekarang yang tidak bisa mereka lakukan pada awal karir, lebih dari setengahnya profesional di seluruh dunia menjawab mereka akan lebih berani dalam menyuarakan pendapat dan memberi ide kepada atasan.
“Dengan memanfaatkan berbagai macam pendapat akan memperkuat kualitas pengambilan keputusan dalam organisasi. Selain berbagi pendapat di dalam perusahaan atau team, para pekerja profesional juga bisa menyuarakan pemikirannya di berbagai platform seperti LinkedIn agar dapat menjangkau cakupan yang lebih luas baik secara lokal maupun global,” kata Rosenberg.
Fakta menarik lain, ungkapnya, dari hasil studi LinkedIn New Norms @Work seperti hampir setengah (48%) dari profesional di Indonesia yang disurvei selain terkoneksi di jaringan profesional juga berteman dengan kolega kerjanya di berbagai platform media sosial non-profesional. Lalu, 77% profesional di Indonesia memisahkan antara pakaian kerja dengan pakaian santai.
Selain itu, paparnya, kejujuran nampaknya menjadi suatu nilai yang dipegang teguh oleh profesional di Indonesia. Nyatanya, meski mereka pernah dipecat dari perusahaan sebelumnya, hampir setengah dari mereka mengaku akan jujur tentang hal tersebut. Di Malaysia hanya 35% profesional akan berkata jujur tentang ini, sedangkan di Singapura hanya 31%.