Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Bubuk Minuman: Simak Strategi Suksek M. Syakir Kelola Jakarta Powder Drink

Strategi pertama yang dilakukan Syakir yakni giat berinovasi dalam hal rasa. Ayah dua anak ini hanya butuh beberapa jam untuk meracik varian minuman baru.n
Ilustrasi/Jakarta Powder Drink-google plus
Ilustrasi/Jakarta Powder Drink-google plus

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha yang menggeluti bidang bisnis bubuk minuman semakin banyak. Agar mampu memenangi persaingan ada strategi yang harus dilakukan seperti yang diungkapkan Muhammad Syakir, pemilik Jakarta Powder Drink.

Strategi pertama yang dilakukan Syakir yakni giat berinovasi dalam hal rasa. Ayah dua anak ini hanya butuh beberapa jam untuk meracik varian minuman baru.

Sejak berdiri pada awal 2013, dia telah memperkenalkan 43 varian rasa minuman yang banyak digemari pasar seperti teh tarik, Thai tea, green tea atau yang berbahan kopi seperti cappuccino, mochacino, vanilla latte, tiramisu, hazelnut coffee, banana coffee, dan avocado coffee

Selain berinovasi dalam hal rasa, dia juga menggali kelebihan produk yang belum dimiliki produk pesaing.

“Selama ini bahan powder drink hanya untuk es dan enggak semua layak untuk disajikan panas. Keunggulan produk kami, selain dapat disajikan dingin bisa juga diseduh panas, penampilan dan rasanya tetap bagus,” katanya saat berbincang dengan Bisnis di pabriknya yang berlokasi di Perumahan Wisma Mas, Pondok Cabe, Tangerang

Strategi lain, yakni menawarkan harga bersaing. Produknya dibanderol dengan harga Rp65.000 hingga Rp70.000 untuk kemasan satu kilogram.

“Harga yang kami tawarkan cukup murah untuk kualitas produk yang sangat baik. Kalau pesaing rata-rata menawarkan Rp100.000,” kata dia.

Dengan kiat bisnis itu, produksi Syakir terus berkembang pesat. Dalam sebulan, dia mampu memproduksi hingga enam ton bubuk minuman.

Rata-rata konsumen Jakarta Powder Drink adalah pemilik kafe, hotel, pengusaha minuman bubble, hingga pelaku usaha makanan berbasis green tea, cokelat maupun kopi.

Bubuk yang diproduksinya dapat dikombinasikan untuk berbagai usaha, seperti minuman yang pakai cendol, cincau, kolang kaling.

Dia memasarkan produknya lewat distributor yang kini sudah ada di 15 kota seperti di Palembang, Medan, Pekanbaru, Padang, Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, Bandung, Solo, Semarang, Tegal, Yogyakarta, dan Makassar.

Sistem penjualannya beli putus dengan minimal pembelian 500 kilogram.  Meski profit yang diambil dari tiap produk tidak terlalu besar, diakuinya masih cukup menggiurkan karena bermain dalam kuantitas penjualan.

“Omzet penjualannya sekarang  sekitar Rp300 juta dengan profit sekitar 30%,” kata dia. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper