Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INSIGHT: Mengatasi Rasa Takut

Saya tak takut akan badai, karena saya sudah belajar berlayar dengan perahu saya. (Louisa May Alcott).
Keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, melainkan kemenangan atas rasa takut. /
Keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, melainkan kemenangan atas rasa takut. /

“Saya tak takut akan badai, karena saya sudah belajar berlayar dengan perahu saya.” (Louisa May Alcott).

Berbincang soal takut, dalam segala aspek dan variasinya, takut akan kematian adalah rasa takut utama yang mungkin paling umum dirasakan oleh manusia.

Untuk soal ini, seorang kawan saya pernah berseloroh, “Manusia ini memang mahluk aneh, ironis.”

Saya tanya, “Mengapa begitu?”

Dia melanjutkan, “Lha ya aneh. Semua orang pada ingin masuk surga, tetapi begitu giliran disuruh berangkat duluan, pada menolak."

“He.. he..,” saya hanya bisa tertawa.

Takut akan kematian adalah suatu topik yang nyata, hanya saja jarang disuarakan. Salah seorang di antara beberapa tokoh yang menyatakan soal kematian dan mengajak untuk tidak takut menghadapinya adalah Maya Angelou. Dia adalah seorang penulis, pemain film, dan penyanyi Amerika.  

Dia menyatakan, “Apa yang kita takutkan dalam hidup? Mungkin itu soal ketakutan yang berlebih akan kematian. Yang penting adalah ambil tanggungjawab penuh atas waktu yang ada dalam tangan Anda. Bila Anda tak tahu apa yang harus Anda lakukan dengan hadir di bumi ini, berbuat baiklah.”

Senafas dengan Maya Angelou, Lao Tzu, filsuf Tiongkok abad keenam SM menyatakan, “Bila Anda menyadari bahwa segala sesuatu itu selalu berubah, Anda tak perlu mencoba untuk menahan segala sesuatunya. Bila Anda tak takut akan kematian, tak ada sesuatu yang tak dapat Anda raih."

Sementara Kurt Cobain, musisi dan pemimpin grup musik rock Nirvana yang meninggal dalam usia sangat muda, 27 tahun, berpandangan, “Bila Anda meninggal, Anda akan bahagia luar biasa dengan roh Anda ada dalam kehidupan lain. Saya tak takut akan kematian."

Nampaknya Kurt adalah seorang yang meyakini adanya reinkarnasi. “Kedamaian total sesudah kematian, menjadi orang lain adalah harapan terbesar saya,” ujarnya.

Sementara itu, Woody Allen, penulis, pemain sekaligus sutradara film berusia 80 tahun, dan yang sering tak serius dalam ucapan-ucapannya mengatakan, “Saya tak takut akan kematian. Saya hanya tak ingin berada di sana pada saat itu berlangsung.”

Soal takut, termasuk dalam menyikapi kematian dan dalam mengarungi hidup, adalah bagian dari pelangi kehidupan manusia. Rasa takut yang dirasakan oleh manusia itu sungguh berjuta rasanya. Tak akan mungkin menyebutkannya satu-persatu.

Kebanyakan orang, misalnya, takut terhadap ular atau macan. Itu hal yang normal-normal saja. Namun jangan heran, ada beberapa orang yang takut terhadap kucing. Anak pertama saya bisa lari tunggang-langgang kalau ada kucing mendekatinya. Sementara itu, anak saya yang lain sangat takut terhadap serangga dan binatang-binatang kecil seperti kecoa.

Banyak orang yang amat takut terhadap kegelapan. Takut terhadap hantu. Takut terhadap perampok. Takut terhadap polisi. Takut terhadap seseorang tertentu dalam hidupnya. Takut terhadap kawan yang jahat. Takut terhadap guru. Takut terhadap atasan. Dan, rasa takut itu benar-benar sejuta rasanya.

Merasakan rasa takut sesungguhnya merupakan suatu penderitaan. Sama sekali bukan hal yang nyaman. Rasa takut itu, pada umumnya bersifat merusak manusia, secara lahir batin. Oleh karena disebabkan rasa takut, dapat saja terjadi seseorang tidak berani pergi keluar rumah. Dapat terjadi seseorang tak mau lagi bekerja karena takut atasan. Dapat terjadi seorang anak tak mau sekolah karena takut di-bully kawannya.

Padahal, sebagaimana dikatakan Dorothy Thompson, “Hanya bila tak lagi memiliki ketakutan, baru kita hidup sesungguhnya.”

Dorothy adalah seorang wartawati dan penyiar radio yang pernah terpilih sebagai wanita paling berpengaruh nomer dua setelah Eleanor Roosevelt.

Mungkinkah menghilangkan rasa takut itu? Nasihat George S. Patton ini layak disimak, “Perang adalah suatu kompetisi paling dahsyat dalam kehidupan kemanusiaan. Semua orang takut dalam peperangan. Pengecut adalah seseorang yang membiarkan ketakutan mengalahkan tanggungjawab. Tanggungjawab adalah esensi kemanusiaan.”

Itu suatu tips, bagaimana dengan senantiasa mengingat tanggungjawab kita masing-masing, kita berani menghadapi dan menundukkan rasa takut.

Ini sesuai ucapan pahlawan anti-apartheid Nelson Mandela yang juga Presiden Afrika Selatan, “Saya belajar bahwasanya keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, melainkan kemenangan atas rasa takut. Orang yang berani bukanlah orang-orang yang tak memiliki rasa takut, tapi mereka adalah orang-orang yang berhasil menundukkan rasa takut.”

Henry Ford, pendiri Ford Motor Company menyatakan dengan antusias, “Penemuan terbesar manusia dan ini biasanya mengejutkan, adalah penemuan bahwa seseorang dapat melakukan sesuatu yang sesungguhnya dia takutkan."

Menindak-lanjuti ucapan Ford, katakanlah, bila Anda takut akan kegelapan, marilah mulai berlatih mengarungi kegelapan. Mulailah dengan saat tidur malam hari, secara berangsur mengurangi derajat penerangan lampu, misalnya.

Bila kemudian Anda ditanya kawan Anda, “Bagaimana kalau tiba-tiba listrik kantor mati total dan genset gagal dinyalakan?"

Anda akan bisa menjawab dengan ceria dan nyaman, “Siapa takut?!"

Penulis:

Pongki Pamungkas

Penulis buku The Answer Is Love

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Pongki Pamungkas
Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Bisnis Indonesia Week End edisi 9/8/2015
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper