Bisnis.com, JAKARTA -- Ada banyak ide bisnis yang dapat dilakukan dari sepotong pelepah pisang atau yang biasa disebut gedebog dalam bahasa Jawa mulai dari membuat aneka produk yang bernilai tinggi hingga membuka lapangan bisnis dengan menggelar workshop pembuatan kertas dari bahan pelepah pisang.
Hal ini seperti dialami Niken Ayu Respati yang juga mendapat inspirasi berkarya dengan memanfaatkan kertas dari bahan batang dan pelepah pisang di bawah bendera Panen Paper Paper & Craft yang berpusat di Jakarta.
Perempuan kelahiran Yogyakarta, 28 Februari 1974, ini awalnya melihat peluang usaha tersebut karena didorong kecemasannya terhadap kerusakan hutan. Kerusakan ini, menurut dia, adalah imbas tingginya permintaan konsumsi terhadap tisu dan kertas.
Niken yang awalnya adalah aktivis lingkungan di NGO seperti Greenpeace dan Walhi mulai mencari cara mengurangi kerusakan lingkungan dengan menemukan alternative kertas tanpa harus menebang pohon kayu.
Pada 2010 dia pun mencoba-coba bereksperimen dengan menggunakan bahan serat alami dengan modal Rp50 juta. Modal itu antara lain untuk membeli peralatan mesin, biaya eksperimen hingga belajar ke Thailand dan Bhutan, Himalaya.
Dia mendatangi dua negara yang yang sudah lebih dulu sukses menerapkan teknologi pembuatan kertas dari bahan ranting dan semak itu untuk mencari tahu teknik pembuatannya.
Setelah kembali ke tanah air, Niken mulai uji coba membuat kertas alami dari limbah batang pohon pisang. Terkadang bahannya diganti dengan serat lain seperti ampas tebu, serabut kelapa, daun nenas dan serat alami lain non kayu.
“Di lingkungan saya banyak pohon pisang dan setelah buahnya ditebang, biasanya batangnya dibuang begitu saja. Tukang sampah juga tidak mau mengangkut karena berat,” katanya.
Akhirnya dia berhasil membuat kertas natural pertamanya pada Februari 2011 yang lantas dia olah menjadi aneka pernak-pernik dengan konsep bunga. Hasil produk yang dia unggah ke media sosial ternyata membuat beberapa orang penasaran dan ingin membeli.
“Bahkan ada satu perusahaan yang menjual scrapbook menghubungi saya karena tertarik dengan bunga yang saya buat. Mereka langsung mengajukan kontrak untuk pembuatan bunga dalam berbagai ukuran,” katanya.
Singkat cerita, Niken menjalin kerja sama dengan perusahaan tersebut karena saat itu belum ada pemain lokal yang membuat produk sama. Produk yang beredar di pasaran adalah produk tempelan seni scrapbook yang di impor dari Thailand.
Harga produknya jauh lebih murah, yakni sekitar Rp17.000 per kemasan sehingga rekanannya masih bisa memasarkan dengan harga di atas Rp30.000. Sementara saat itu produk Scrapbook asal Thailand berkisar Rp60.000 per kemasan.
Kerja sama itu masih berlanjut sampai sekarang sehingga membuat produknya kini sudah dipasarkan di 16 toko milik mitranya yang ada di berbagai daerah di Indonesia.
Bisnis Panen Paper & Craft bergerak mulai dari pengolahan bahan baku menjadi kertas natural dan kertas daur ulang serta produk turunannya.
Proses membuat kertas bisa memakan waktu hingga 10 hari, mulai dari mencincang batang pisang, merendamnya selama sekitar seminggu, mencuci dan mengolahnya menjadi pulp hingga mencetak dan menjemurnya.
Dalam sehari, Niken dibantu 6 orang karyawannya bisa membuat sekitar 100 lembar kertas ukuran A2 dan A3. Dulu kertas-kertas itu dijualnya, tetapi sekarang kebanyakan dia gunakan untuk mensuplai kebutuhan produksi sendiri.
Dari kertas olahan pelepah pisang, dia mebentuk produk turunan seperti bunga, tempelan seni scrapbook, kartu ucapan, buku hias buatan tangan, aksesoris jilbab dan bando, serta tempat tisu dan kotak hias.
“Awalnya saya buat ready stock, tetapi sekarang mulai kewalahan karena makin banyakan pesanan. Saya lebih banyak made by order sebab ini kan semuanya handmade bukan buatan mesin,” katanya.
Kapasitas produk Panen Paper & Craft mencapai 500 pack scrapbook per bulan. Harganya dibanderol sekitar Rp40.000 untuk pembeli ritel dan Rp20.000 kepada mitranya. Di luar itu dia juga masih meladeni pembuatan pernak pernik lain seperti manik-manik atau bunga rangkai dari bahan kertas.
“Sebulan kurang lebih omzet dari produksi mencapai Rp30 juta- Rp50 juta, tergantung musim. Paling ramai kalau momen jelang Natal dan Valentine,” ucapnya.
Selain menjual produk, Niken masih memiliki sumber penerimaan lain dari workshop pembuatan paper & craft. Pesertanya kebanyakan anak-anak sekolah yang rutin datang untuk belajar minimal 20-30 orang satu sesi dengan biaya Rp50.000 per anak.
Melihat bisnisnya yang sukses, beberapa tetangga Niken mulai menyadari bahwa pelepah dan batang pisang bisa jadi komoditas menghasilkan uang.
Mereka pun diserapnya menjadi tenaga kerja, ada yang keryawan tetap ada yang berperan untuk menjadi reseller saja. Dia juga memberikan kesempatan kerja bagi anak-anak diffable seperti tuna rungu.
Dia mengaku senang, karena niatnya untuk penyelamatan lingkungan hidup kini bisa berdampak luas dan justru memberikan kesempatan untuk beraksi pada lingkungan sosial. Dia pun sering membagikan ilmunya dengan menjadi pembicara pada seminar-seminar di luar kota Jakarta.
“Target saya tidak boleh melenceng dari tujuan saya untuk lingkungan. Kalau ini sekarang jadi laku saya anggap bonus. Makanya saya tidak terlalu memikirkan tentang persaingannya, dan setahu saya belum ada pemain domestik yang membuat produk yang benar-benar sama,” tuturnya.