Bisnis.com, JAKARTA - Masa depan adalah saat ini, digambarkan dengan dimulainya era di mana mobil terbang akan beredar di udara.
Perusahaan taksi udara, Eve Air Mobility, telah menandatangani kontrak untuk menjual 50 kendaraan listrik yang bisa lepas landas dan mendarat vertikal kepada Revo, operator mobilitas udara canggih di Sao Paulo, Brasil, dan perusahaan induknya Helicopters International (OHI).
Dilansir IoT World Today, berdasarkan perjanjian senilai US$250 juta yang ditandatangani di Paris Air Show 2025 minggu ini, Revo akan menjadi operator peluncuran eVTOL di São Paulo mulai 2027.
Revo akan menjalankan layanan mobilitas dari pintu ke pintu dengan layanan helikopter yang menghubungkan lokasi-lokasi utama di Brasil.
Kendaraan udara elektrik tersebut diharapkan dapat digunakan untuk menerbangkan penumpang dari bandara ke kota-kota, seperti yang dimaksudkan untuk penggunaan layanan taksi udara lain yang direncanakan.
Kendaraan Eve, eVTOL, akan menggunakan delapan baling-baling untuk penerbangan vertikal dan sayap tetap untuk terbang di udara, tanpa perubahan posisi komponen untuk penerbangan. Kendaraan ini bisa memiliki jangkauan 60 mil atau sekitar 100 km.
Baca Juga
Mobil terbang eVTOL 100% bertenaga listrik dan desainnya berpusat pada manusia yang memastikan keselamatan, aksesibilitas, dan kenyamanan penumpang, pilot, dan masyarakat dengan meminimalkan kebisingan.
Kendaraan ini akan diujicobakan saat peluncuran, dengan kapasitas empat orang penumpang, dan siap untuk operasi tanpa awak di masa mendatang.
Sosok di Balik Eve Air Mobility
Eve Air Mobility merupakan anak usaha dari Embraer, sebuah perusahaan kedirgantaraan multinasional asal Brasil.
Perusahaan ini mengembangkan dan memproduksi pesawat terbang dan sistem penerbangan, serta menyediakan layanan penyewaan, peralatan, dan dukungan teknis.
Embraer merupakan produsen pesawat terbang sipil terbesar ketiga di dunia setelah Boeing dan Airbus. Perusahaan ini juga memiliki kehadiran yang signifikan dalam penerbangan militer, menempati peringkat di antara 100 kontraktor pertahanan teratas.
Kehadiran Embraer di kancah penerbangan dunia tak lepas dari sosok pendirinya, Ozires Silva.
Pria kelahiran 8 Januari 1931 adalah pendiri Embraer, produsen jet komersial terbesar ketiga di dunia. Silva lahir di negara bagian Bauru–São Paulo.
Dia lulus dari Escola de Aeronáutica do Campo dos Afonsos di Rio de Janeiro sebagai pilot militer. Dia kemudian bertugas di Angkatan Udara Brasil selama empat tahun di wilayah hutan hujan Amazon.
Pada 1962, Silva lulus dari Institut Teknologi Penerbangan sebagai insinyur penerbangan. Dia kemudian memperoleh gelar master dalam bidang teknik kedirgantaraan dari Institut Teknologi California pada 1966.
Setelah itu, dia langsung dipekerjakan oleh Komando Umum Brasil untuk Teknologi Dirgantara, tempat dia menjadi bagian dari Institut Udara dan Antariksa Brasil.
Dia segera menjadi insinyur utama proyek Bandeirante, pesawat turboprop yang dirancang untuk keperluan sipil dan militer.
Selanjutnya, Silva mencoba meyakinkan industri swasta untuk memproduksi Bandeirante namun tidak berhasil. Tak gentar, perannya dalam pengembangan Embraer berlanjut sebagai penemu dan pengusaha.
Dia memimpin tim desain aeronautika yang mengembangkan pesawat angkut regional baru dan membangun prototipe pertama. Pada 1969, ketika dia tidak dapat menemukan perusahaan mapan di Brasil yang bersedia memproduksi pesawat tersebut, dia membujuk pemerintah Brasil untuk mendirikan Embraer dan dia menjabat sebagai CEO perusahaan tersebut hingga 1986.
Selama periode tersebut, perusahaan tersebut merancang, mengembangkan, dan meluncurkan produksi 12 model pesawat militer dan sipil, membangun rantai pasokan global, dan memperoleh sertifikasi internasional serta penerimaan pasar.
Pada 1986 dia diangkat menjadi Presiden Petrobras, perusahaan minyak terbesar di Brasil, dan kemudian, pada 1990 ia bergabung dengan pemerintah sebagai Menteri Negara Infrastruktur, yang meliputi bidang telekomunikasi, energi, transportasi, pertambangan, dan metalurgi.
Selama 15 bulan masa jabatannya, dia menjadi acuan bagi privatisasi pelabuhan laut dan mendukung perusahaan-perusahaan yang meningkatkan logistik distribusi di seluruh Brasil.
Dia kembali ke Embraer sebagai CEO dari 1991 hingga 1995 untuk mengawasi proses privatisasi yang sulit. Dia kemudian menjabat sebagai Presiden dan CEO Varig Airlines dari 2000 hingga 2002.
Dia melanjutkan kariernya di dunia akademis, menjabat sebagai Dekan Unimonte, sebuah universitas swasta di Sao Paulo. Dia juga menjabat di berbagai dewan dan organisasi kepemimpinan. Tak hanya itu, Silva juga menulis lima buku tentang kewirausahaan, pendidikan, dan bisnis penerbangan.