Bisnis.com, JAKARTA -- Cukup banyak tantangan dalam bisnis lampu hias, di antaranya pemain yang sudah cukup ramai. Apalagi pelaku usaha lokal harus berhadapan dengan dominasi lampu hias impor yang banyak di pasaran.
Agar mampu memasuki pasar dan bersaing, pemain baru harus mampu menemukan strategi, misalnya dalam hal inovasi produk. Hal ini disadari oleh Lumiere, salah satu produsen lampu hias yang baru terjun ke industri ini pada April 2015.
Lumiere didirikan dengan modal Rp50 juta hasil patungan lima orang mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya yakni Andreas Nandiwardhana, Biondy Oscar Setiawan, Christian Putra Raditya, Gemma Pertiwi, dan Gracie Osmond.
Uang hasil tabungan dan pinjaman dari keluarga itu digunakan untuk uji coba pembuatan beberapa desain produk, membeli peralatan produksi dan material yang diperlukan, promosi, membangun website.
Sebagai pemain baru, pemilik Lumiere tertantang untuk melakukan inovasi unggul dengan tidak hanya menekankan pada aspek estetika tetapi juga fungsinya. Konsep yang diusung yakni fungsi ganda, di mana satu produk memiliki dua fungsi yang berbeda.
“Karena pemain sudah ada dan dominasi produk impor sangat tinggi, kami menggunakan strategi fokus pada differentiation dan juga memberikan value yang lebih kepada customer agar bisa bersaing,” kata Biondy, salah satu pendiri.
Konsep itu diwujudkan dalam produk pertama mereka yakni lampu yang berfungsi untuk lampu tidur dan lampu baca. Produk mereka selanjutnya yakni lampu hias yang juga sekaligus menjadi meja.
Ide pengembangan produknya disesuaikan dengan gaya hidup masyarakat yang semakin praktis serta ukuran hunian yang semakin sederhana. Adapun, proses produksi dilakukan dengan menggandeng tiga vendor yang berlokasi di Semarang serta satu orang desainer sebagai konsultan.
Prosesnya yakni Lumiere menentukan konsep rancangan baru, kemudian dikonsultasikan kepada desainer untuk melihat kekuatan, keseimbangan dan 3D dari rancangan. Setelah itu desainer membuat pola yang diserahkan kepada pengrajin untuk dibuat prototype.
Produksi akan dilanjutkan jika prototype sudah diuji dan disetujui oleh tim. Biaya pembuatan produksi bervariasi tergantung variabel rancangan, bahan yang digunakan serta jumlah unit produk yang dibuat.
Semakin banyak komponen yang dibutuhkan untuk merakit lampu hias, biayanya akan makin mahal. Untuk menyiasatinya mereka menambah kuantitas lampu agar bisa menekan biaya produksi sekaligus menambah margin laba.
“Hingga saat ini omset per bulan Lumiere telah mencapai kurang lebih Rp10 juta dengan margin usaha sekitar 40%,” tuturnya.
Konsumen yang diincar yakni kalangan muda dari segmen ekonomi menengah ke atas yang sudah memiliki atau berencana membeli hunian pertamanya. Pada tahap awal pasar yang digarap masih difokuskan di Jabodetabek dan perlahan dikembangkan ke kota-kota besar lainnya.
Sistem pemasaran dilakukan lewat kerjasama dengan beberapa toko lampu hias, misalnya dengan Indah Lighting yang berada di jalan Meruya Ilir dan jalan Fatmawati, Jakarta, serta toko lampu Sigma Lite di Semarang.
Dalam waktu dekat, mereka juga akan mulai kerja sama dengan dengan toko lampu di Solo dan Bali. Selain itu, mereka juga memantaafkan internet untuk promosi lewat website www.lumierelighting-id.com serta akun @lumierelighting.id di Instagram, dan akun lumierelighting di Facebook.