Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merajut di Kalangan Kaum Muda: Hobi Baru Ladang Bisnis

Merajut tak selalu identik dengan kegiatan orang tua, khususnya nenek-nenek. Lihatlah di banyak kota, aktivitas merajut semakin digandrungi oleh generasi muda, terutama kaum hawa.
Merajut juga bisa melatih otak karena untuk melakukan aktivitas ini membutuhkan konsentrasi dan fokus.
Merajut juga bisa melatih otak karena untuk melakukan aktivitas ini membutuhkan konsentrasi dan fokus.

Bisnis.com, JAKARTA - Merajut tak selalu identik dengan kegiatan orang tua, khususnya nenek-nenek. Lihatlah di banyak kota, aktivitas merajut semakin digandrungi oleh generasi muda, terutama kaum hawa.

Namun, seiring dengan perkembangannya, aktivitas merajut—membuat kain, pakaian atau perlengkapan busana, dan berbagai bentuk lainnya dari benang rajut—tersebut telah menjadi hobi yang digemari, tak terkecuali para pria.

Kendati pria yang merajut kerap dianggap kurang ‘macho’ dan terlalu feminin, beberapa tahun belakangan, merajut sudah menjadi hobi yang uniseksual dan tidak bias gender. Kaum adam pun mulai banyak yang tertarik menggeluti keterampilan itu, bahkan tak jarang menjadikannya sebagai ladang bisnis.

Salah satunya adalah Michael Agustinus, yang bekerja pada salah satu media digital di Jakarta. Pria 27 tahun yang tinggal di Depok tersebut mengaku telah menekuni hobi merajut sejak duduk di bangku sekolah pada 2000.

Baginya, merajut juga memiliki tantangan tersendiri karena membutuhkan mood dan kondisi pikiran yang baik. Apalagi, untuk para pekerja yang selalu disibukkan dengan jadwal bekerja, akan sangat susah menemukan waktu yang tepat untuk merajut. Belum lagi terkait peralatan merajut dengan kualitas bagus juga agak sulit ditemukan.

Namun demikian, menekuni hobi merajut tak hanya sekadar menghabiskan waktu luang, tetapi banyak memberikan manfaat, khususnya dalam melatih kesabaran, ketelitian, dan kreativitas. “Selain itu, ada perasaan puas dan senang ketika saya berhasil menyelesaikan suatu barang rajutan yang saya mulai,” katanya.

Meskipun demikian, tidak sedikit kawan yang meledeknya karena memiliki hobi tersebut, selain banyak juga yang minta dibuatkan barang-barang rajutan. Beragam barang rajutan yang biasa dibuatnya, antara lain, bentuk bunga, boneka binatang, boneka tokoh-tokoh kartun, dan aneka bentuk huruf, serta beberapa perlengkapan rumah.

Tak jauh berbeda dengan Michael, Caecilia Wijayanti sudah menekuni hobi merajut sejak 2012, ketika baru lulus kuliah. Perempuan yang saat ini menjadi peserta program Sosial Kemasyarakatan PSP3 Kemenpora di Singkawang Kalimantan Barat itu, bahkan sukses menjadikan hobinya sebagai sumber penghasilan tambahan.

Saat ini, Caecilia sudah memiliki online shop di Instagram. Dari sekadar hobi yang hanya belajar secara gratis di sebuah toko yang menjual perlengkapan merajut serta melalui berbagai video di Youtube ini, setiap bulannya dia meraup omzet rata-rata Rp700.000.

Beberapa penghobi merajut memang tidak mementingkan soal hasil rajutannya karena tujuannya memang hanya sekadar mengisi waktu luang. Namun, tak sedikit pula yang menyeriusi hobi ini, sehingga menjadi pundi-pundi pendapatan.

Ajeng Galih Sitoresmi pemilik toko POYENG hobby knit shop & custom hand knit, yang menjual berbagai perlengkapan merajut di Yogyakarta ini mengungkapkan sejak belajar merajut pada 2008, dirinya sudah meniatkan hobi tersebut menjadi usaha yang menghasilkan. Kendati masih berstatus sebagai mahasiswi, Ajeng terus mendalaminya sebagai keterampilan.

“Bisnis merajut di Indonesia umumnya dikerjakan secara part time. Banyak mahasiswa, pegawai kantor, atau ibu rumah tangga yang menjalani bisnis merajut dengan cara ini. Sebagian lagi menjadikannya bisnis full time, dan saya hanya salah satu contoh yang dari bagian itu,” katanya.

Sayangnya, respons masyarakat terhadap produk buatan tangan (handmade) seperti barang rajutan masih belum setinggi barang-barang bermerek buatan industri besar atau luar negeri. Itu sebabnya, banyak penghobi merajut yang menjadi kegiatan tersebut hanya sebatas untuk kesenangan pribadi. Padahal, jika dilakukan secara fulltime dan serius, tentu saja bisa dijadikan penopang hidup.

KOMUNITAS

Seiring dengan semakin maraknya hobi merajut di kalangan anak muda, perkembangan komunitasnya pun turut bertumbuh bak cendawan pada musim hujan. Salah satu komunitas merajut terbesar di Indonesia ada di Kota Kembang, yaitu Komunitas Merajut Bandung.

Berawal dari ‘kopi darat’ rutin setiap sebulan sekali, komunitas tersebut kini berkembang menjadi perkumpulan penghobi sebagai sarana untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Menurut humas Komunitas Merajut Bandung Helena Virgayanti, pada awalnya perkumpulan penggemar merajut di Bandung terdiri dari sekumpulan kecil orang-orang yang hobi merajut. Mereka sering berkumpul hingga akhirnya membentuk sebuah komunitas resmi.

Namun, mulai booming itu pada 2011, bersamaan dengan semakin banyaknya komunitas merajut. Komunitas Merajut Bandung pun semakin berkembang karena anggota yang tergabung tidak hanya berasal dari Bandung saja, tetapi ada juga dari daerah-daerah seperti Cibiru. “Ternyata, di Bandung sendiri banyak perajut yang masih muda-muda.”

Hingga kini, sudah ada sekitar 400 orang yang tergabung dalam komunitas tersebut. Rentang usia anggota juga bermacam-macam, mulai dari anak SD usia 8 tahun sampai nenek-nenek, baik laki-laki maupun perempuan. Namun, anggota yang laki-laki kurang aktif jika dibandingkan dengan yang perempuan.

Sejak 2011, komunitas tersebut sudah menggelar Festival Rajut Indonesia untuk tingkat nasional. Sebulan sekali, mereka melakukan kegiatan ‘kopi darat’ dengan tema khusus.

Beberapa produk yang dihasilkan dari komunitas itu, kebanyakan produk fesyen, seperti bolero, tunik, topi, syal, dan kaos kaki. Namun, ada juga produk perlengkapan rumah tangga, seperti taplak, gorden, karpet, selimut, selain ada juga produk amigurumi alias boneka rajut.

Untuk harga produk fesyen rata-rata di atas Rp200.000. Dia menggambarkan rata-rata sebuah rompi menghabiskan empat gulung benang, dengan lama pengerjaan 3 hari—1 pekan, dengan biaya sekitar Rp300.000. Sementara itu, untuk perlengkapan rumah lebih mahal, yakni taplak ukuran 1,5 meter, bisa dijual dengan harga Rp2 juta ke atas.

Pemasarannya sendiri, biasanya melalui festival, tetapi banyak juga anggota yang secara mandiri aktif mengikuti pameran-pameran. Selain sebagai hobi, biasanya mereka menjadikan merajut sebagai sumber penghasilan tambahan.

Apalagi, hobi merajut juga tidak membutuhkan biaya besar serta waktu lama untuk belajar. Untuk merajut dengan jarum atau crochet alias merenda, misalnya, harga jarumnya hanya sekitar Rp2.000, dan benangnya rata-rata Rp15.000/gulung. Ada yang lebih murah dan ada juga yang mahal. Kalau benangnya impor, harganya bisa ratusan ribu per gulung.

Sementara itu, kalau untuk knitting atau merajut dengan dua jarum, biayanya relatif lebih mahal daripada crochet karena harga jarumnya sekitar Rp15.000, sedangkan harga benangnya sama.

Untuk belajar merajut, Gita Tariallo, penghobi, pengajar, dan pemilik toko Gita Galeri Rajut, memaparkan rata-rata dengan tiga kali pertemuan, seseorang sudah bisa mengetahui teknik dasar merajut. Kalau untuk sampai terampil, biasanya membutuhkan waktu selama satu bulan. Biasanya, mereka yang sudah belajar satu bulan, sudah mampu membuat tas dengan sangat rapi, baik dari segi motif maupun ukuran tasnya.

“Biasanya saya mengajarkan untuk membuat rantai [chain] yang menjadi pondasinya. Kemudian, single crochet, double crochet, dan triple crochet. Untuk yang knit, cast on sebagai pondasinya lalu K [Knit] dan P [purl].

PELEPAS STRES

Secara psikologis, psikolog Mira D. Amir mengatakan merajut bisa menjadi terapi stres karena aktivitasnya yang monoton. Dalam merajut, seseorang diharuskan membentuk pola yang berulang. Dengan demikian, otak tidak dituntut untuk memikirkan hal yang rumit sehinga bisa lebih rileks.

Namun demikian, efektivitas merajut untuk mengurangi stres bergantung kepada kepribadian masing-masing, selain tentu juga berkaitan dengan masalah yang dihadapi. “Merajut bisa menenangkan pikiran dan membantu kita untuk berfikir jernih karena bisa dikerjakan sembari santai, juga bisa dikerjakan di mana saja dan kapan saja,” katanya.

Pada dasarnya, kata Mira, merajut merupakan keterampilan motorik halus yang memang tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Hal ini karena tingkat keterampilan tersebut berbeda-beda. Namun, tidak ada salahnya mempelajari teknik merajut jika belum terlalu mahir. Ini juga sekaligus akan melatih otak agar tidak bermasalah.

Sebenarnya mulai dari usia 10 tahun sudah bisa diperkenalkan. Bahkan, di sekolah SD juga sudah diberikan tugas-tugas kerampiran seperti merajut. Aktivitas merajut sebagai pelepas stres bisa dilakukan mulai dari anak-anak hingga lansia. Bagi generasi lanjut, merajut bisa melatih konsentrasi agar tidak cepat pikun.

Dalam kegiatan merajut memang terkadang menimbulkan stres baru jika hasilnya tidak sesuai keinginan. Nah, bagi mereka yang tidak memiliki keterampilan motorik halus dan justru semakin stres dengan hasil rajutannya, Mira menganjurkan untuk mencari hobi lainnya yang sesuai.

Namun demikian, sebenarnya tidak ada teknis khusus merajut yang digunakan untuk terapi pengurang stres. Bahkan, pola rajutan yang sangat sederhana bisa membantu meredakan stres.

Hal itu juga diakui oleh Helena Virgayanti. Dia menceritakan, sebagai pengajar ekstrakurikuler di sebuah sekolah menengah pertama, dia banyak menemukan anak-anak zaman sekarang yang bermasalah dengan kemampuan motoriknya.

“Penyebabnya mungkin karena terlalu sering bermain gadget. Akhirnya, saraf motoriknya jadi kurang terlatih. Nah, hobi merajut itu sangat ampuh untuk melatih motorik seseorang,” katanya.

Selain itu, merajut juga bisa melatih otak karena untuk melakukan aktivitas ini membutuhkan konsentrasi dan fokus, sehingga tidak bisa dilakukan sambil melamun. Untuk merajut pun dibutuhkan perhitungan yang akurat, jadi secara tidak langsung otak akan terlatih untuk berhitung. “Ini sekaligus menjadi latihan mengasah otak, meningkatkan kemampuan motorik, dan tentu saja untuk meredakan stres.” (Wike D. Herlinda, Rezza Aji Pratama, Azizah Nur Alfi, NURBAITI)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (17/1/2016)

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper