Bisnis.com, JAKARTA— Citi Indonesia melalui payung kegiatan kemasyarakatannya Citi Peka (Peduli dan BerKarya) berkolaborasi dengan Indonesia Business Links (IBL), organisasi nirlaba yang mempromosikan good corporate citizen, berupaya mengatasi pengangguran di Indonesia melalui program Skilled Youth sejak Juni 2015.
Program Skilled Youth merupakan program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap menjawab tantangan dunia kerja baik sebagai karyawan maupun wirausaha.
CEO Citi Indonesia mengatakan Batara Sianturi mengatakan sebagai institusi keuangan berskala global, misinya adalah enabling growth and progress, termasuk untuk masyarakat di mana perusahaannya beroperasi.
Di Indonesia, Citi Indonesia menjalankan program kemasyarakatan berkesinambungan yang dititikberatkan pada pemberian dukungan dan kesempatan ekonomi untuk generasi muda.
“Hal ini merupakan bentuk komitmen dan sumbangsih Citi dalam membantu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan serta berkarya di dunia kerja,” ujarnya, Selasa (9/8/2016).
Chairman Board of Petron Indonesia Business Links (IBL) Heru Prasetyo mengatakan, memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), persaingan di bursa tenaga kerja akan semakin ketat. Jika tidak diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, angka pengangguran di Indonesia akan terus bertambah.
“Kami berharap, kolaborasi IBL bersama Citi Indonesia dapat menginspirasi berbagai sektor untuk dapat bersama-sama berupaya mengatasai masalah pengangguran di Indonesia,” katanya.
Selama satu tahun penyelenggaraannya, target peserta dari program ini adalah 250 siswa dari sekolah menengah kejuruan dan atas, termasuk SMK yang berlokasi di Cikarang Barat, Karawang, dan Bekasi. Diharapkan 130 penerima manfaat akan memperoleh pekerjaan yang layak dan 20 peserta akan membuka usaha sendiri.
Country Head Corporate Affairs Citi Indonesia Elvera N. Makki menambahkan, dalam pelaksanaannya, sampai dengan Juni 2016, program ini telah melampaui target yang telah ditetapkan di awal.
“Di mana terdapat 492 siswa mengikuti pelatihan dan pendampingan (197%), jumlah siswa yang telah mendapatkan pekerjaan adalah 170 siswa dari 130 yang ditargetkan (130%), dan jumlah siswa yang telah berkomitmen untuk memulai wirausaha dan sudah memperoleh pendampingan intensif adalah 34 dari 20 yang ditargetkan (170%),” katanya.
Adapun program ini terdiri dari pelatihan soft skill, keterampilan teknis, pendampingan usaha, penyiapan kerja, serta dukungan lainnya yang dibutuhkan oleh para pemuda untuk memperoleh pekerjaan yang layak, atau membuka lapangan perkerjaan bagi diri mereka sendiri dan orang lain, melalui kewirausahaan.
Angka capaian dari program ini mengindikasikan bahwa kegiatan yang dijalankan telah membuahkan hasil. Melalui kolaborasi berbagai pihak dan antar institusi, program pemberian kesempatan ekonomi kepada generasi muda dapat membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Data dari Badan Pusat Statistik hingga 2015 menunjukkan bahwa pengangguran pekerja untuk usia 15 tahun ke atas adalah sebanyak 7,560,822 atau 6,18% (Adapun data Angkatan Kerja usia 15 tahun ke atas adalah 122,380,021). Dengan demikian, perlu dilakukan upaya untuk menggerakkan para pemangku-kepentingan lainnya agar turut aktif berpartisipasi bagi keberlanjutan inisiatif tersebut.
Berdasarkan hasil survei ‘Accelerating Pathways’ yang dilakukan oleh Citi Foundation dan The Economist Intelligence Unit (EIU) pada 2015 di 35 kota besar dunia, Indonesia menempati peringkat ke-lima dengan 87% kaum muda memiliki optimism tinggi akan masa depan perekonomian mereka.
78% kaum muda di Asia Pasifik termasuk Indonesia memiliki minat yang tinggi untuk berwirausaha. Indonesia pun masuk ke dalam kategori emerging, yang berarti sudah berada di jalur yang tepat dan terus bergerak ke arah yang lebih baik lagi, apabila aspirasi kaum mudanya di dukung secara nyata oleh berbagai pihak.
Hasil survey ini pun terbukti dengan tingginya minat siswa yang mengikuti Skilled Youth, di mana jumlah peserta mencapai hampir dua kali lipat dari target awal pembentukan program. Para peserta kemudian diberikan kesempatan memilih konsentrasi program, sesuai minat masing-masing, yaitu employability atau entrepreuner.