Bisnis.com, JAKARTA - Identitas gender (jenis kelamin) apalagi perihal berganti jenis kelamin biasanya bukan topik yang akrab dibicarakan kalangan eksekutif di Thailand.
Namun, Jakkaphong Jakrajutatip menerangkan bahwa kesediaan untuk membahas soal transisi gendernya justru telah membantu popularitas perusahaan hiburannya melejit sekaligus mendorong pertumbuhan pendapatan.
Chief executive officer JKN Global Media Pcl. itu pun menjadi pesohor. Setelah bolak-balik beredar dalam banyak wawancara media tentang transisi gendernya, popularitas Jakkaphong telah secara substansial melengkapi pertumbuhan bisnis perusahaan.
“Calon-calon pelanggan dan pemasok-pemasok konten jauh lebih bersedia untuk bertemu dengan seorang CEO terkenal,” ujarnya, seperti dilansir Bloomberg.
Bayangkan saja, pendapatan dan laba bersih JKN, yang go public pada November 2017, telah melonjak lebih dari tiga kali lipat sejak tahun 2014.
Koneksi yang dibuat oleh Jakkaphong antara pengungkapan tentang transisi identitas gendernya dengan lonjakan pendapatan dan laba bersih memberi daya tarik untuk perusahaan di dalam maraknya industri hiburan. Hal ini juga membebaskannya untuk fokus pada pengembangan dan ekspansi bisnis.
“(Tanpa transisi gendernya) JKN mungkin tidak akan memiliki kesuksesan dan reputasi seperti ini di Thailand,” kata Jakkaphong dalam sebuah wawancara. Bisa jadi ia satu-satunya CEO transgender sebuah perusahaan publik di Negeri Gajah Putih atau bahkan kawasan itu.
“Reputasi itu telah sangat memudahkan pembicaraan kerjasama kami dengan calon-calon klien dan pemasok,” lanjutnya tanpa ragu.
JKN memegang hak distribusi film-film dan program-program televisi di Thailand untuk banyak perusahaan termasuk Walt Disney Co., CBS Corp., dan Sony Corp.
Beberapa di antara program populernya adalah serial televisi “CSI: Crime Scene Investigation” dan "The Walking Dead", yang pelanggan utamanya adalah jaringan televisi nonberbayar maupun berbayar, menurut situs webnya.
“Dia penuh warna dan keunikan dalam komunitas bisnis Thailand. Itu membantu meningkatkan profil publik perusahaan,” kata Pornsook Amonvadekul, seorang analis di Finansia Syrus Securities Pcl.
Hambatan Pekerjaan
Kaum transgender di Thailand kerap menghadapi hambatan pekerjaan dan pengecualian dari banyak pekerjaan, terutama dalam layanan sipil, menurut riset pada tahun 2015 yang ditugaskan oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO).
Dalam riset itu dijabarkan bahwa banyak transgender di Thailand memiliki pekerjaan stereotip seperti artis dan perias artis ataupun tenaga untuk penjualan kosmetik dan hubungan masyarakat.
Thailand, yang merupakan negara berekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara, belum memiliki undang-undang yang memungkinkan kaum transgender untuk mengubah jenis kelamin mereka dalam dokumentasi resmi.
Ketidakmampuan untuk mengubah dokumen yang secara akurat mencerminkan identitas gender baru mereka tetap menjadi isu yang paling menantang bagi kaum transgender, menurut sebuah laporan PBB pada bulan Mei.
Kaum transgender menghadapi diskriminasi dan pengecualian ketika mereka diminta untuk menggunakan Kartu Identitas Nasional, akta kelahiran, paspor, atau dokumen identitas lainnya yang tidak cocok dengan identitas gender mereka, tulis laporan itu.
Diskriminasi ini mungkin melibatkan ancaman terhadap keselamatan. Individu transgender dapat dikecualikan dari pendidikan, layanan kesehatan, pekerjaan dan perumahan, akses bantuan sosial dan perbankan swasta, ataupun fasilitas kredit atau hipotek.
Jakkaphong, yang memiliki gelar sarjana hubungan internasional dari Bond University of Australia, ingin menjadikan perusahaannya sebagai salah satu distributor teratas untuk film-film, program-program televisi, maupun konten hiburan video berlisensi lainnya di Asia Tenggara.
Setelah menyelesaikan studinya di luar negeri, ia membantu dalam bisnis penyewaan video milik keluarganya. Namun, penjualan merosot seiring dengan menurunnya tren video.
Bisnis keluarga pun menghadapi masalah keuangan. Pada saat yang sama, Jakkaphong berkeinginan untuk mengungkapkan identitas dan transisi gendernya menjadi seorang wanita.
Sebelum berani terbuka tentang identitas gender barunya, Jakkaphong tidak banyak muncul dan menghadiri acara-acara sosial. Dia hampir tidak memiliki teman kecuali saudara perempuannya, yang sekarang menjadi salah satu asistennya di perusahaan.
“Operasi yang dilakukan ekstensif menciptakan pengalaman rasa sakit seperti nyaris mati yang disertai dengan beberapa bulan rehabilitasi,” kenang Jakkaphong.
Pertumbuhan Masa Depan
Saat ini, ujarnya, JKN menargetkan pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar lebih dari 20% yang didorong ekspektasi permintaan lebih tinggi untuk konten televisi.
Laba bersih full year perusahaan naik menjadi 188 juta baht (US$5,7 juta) pada 2017 dari 49 juta baht pada 2014 setelah pendapatan meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi 1,16 miliar baht tahun lalu dari hanya 304 juta baht, menurut situs web perusahaan. Adapun laba pada paruh pertama melonjak 66% dari tahun sebelumnya menjadi 139 juta baht.
“Manajemen JKN telah menunjukkan catatan yang mengesankan dengan memperkuat dominasinya dalam bisnis konten media,” kata Siam Tiyanont, seorang analis di Phillip Securities (Thailand) Pcl.
“Permintaan untuk program-program asing akan tetap kuat karena sebagian besar jaringan televisi domestik memilih konten eksternal yang lebih murah daripada produksi mereka sendiri.”
Menurut Jakkaphong, JKN berinvestasi dengan mitra-mitra di India untuk memproduksi serial televisi berdasarkan adaptasi epik kuno India "Ramayana". Sebagai CEO perusahaan, ia memiliki porsi kepemilikan saham sekitar 52% per Maret.
Saat ini Jakkaphong telah menjadi pendukung komunitas transgender, terutama untuk peluang kerja yang lebih besar. Dia telah memekerjakan seorang wanita transgender dan secara aktif mendorong perusahaan lain untuk terbuka memekerjakan individu transgender.
“Memecahkan hambatan keluarga dan sosial dengan transformasi gender adalah keputusan terberat dalam hidup saya. Itu memberi saya ketegasan dan keteguhan dalam menjalankan perusahaan,” pungkasnya.