Bisnis.com, JAKARTA – Baru hitungan hari menjabat, CEO Avast Ondrej Vlcek sudah membuat heboh di mana-mana setelah dinyatakan hanya akan menerima gaji sebesar US$1 atau tidak sampai Rp20.000 per tahun.
Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Avast pada Selasa (2/7/2019), sehari setelah Vlcek resmi mengambil alih kepemimpinan perusahaan keamanan siber kelas dunia yang berbasis di Praha, Rep. Ceko, ini.
Gaji Vlcek yang aslinya bernilai US$100.000 (Rp1,4 miliar, asumsi Rp14.100 per dolar AS) per tahun dinyatakan akan didonasikan untuk tujuan amal.
“Ia memangkas gaji tahunannya secara keseluruhan menjadi US$1 untuk waktu yang tidak ditentukan dan mengatakan akan mendonasikan gaji tahunannya dalam dewan direksi sebesar US$100.000 untuk amal,” jelas pihak perusahaan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari Bloomberg.
Dewan Direksi perusahaan sendiri telah meninjau dan menerima rencana Vlcek untuk melepaskan gaji dan bonus tahunannya. Langkah ini dinilai mengisyaratkan kepercayaannya pada performa perusahaan penghasil software itu.
“Kami menghormati dan memuji keputusannya. Ini merupakan bukti kepercayaannya pada potensi penciptaan nilai jangka panjang Avast,” ujar Ulf Claesson, Chairman Komite Remunerasi Avast, dalam pernyataan itu.
Vlcek saat ini memegang 2 persen kepemilikan saham dan akan terus memperoleh insentif dengan saham di bawah rencana insentif jangka panjang perusahaan.
"Dia [Vlcek] akan terus diberi insentif dengan tepat melalui pengaturan insentif berbasis ekuitas jangka panjang yang ada dan melalui kepemilikan sahamnya sebesar 2 persen di Avast,” tambah Claesson, dikutip dari Reuters.
Saus Rahasia
Berawal sebagai seorang developer di Avast pada 1995, karier Vlcek dalam perusahaan menanjak dengan menciptakan dampak yang signifikan pada kinerja perusahaan.
Ia turut berperan mengantar Avast menjadi perusahaan publik di London Stock Exchange. Pria kelahiran 42 tahun lalu ini juga memimpin integrasi bisnis konsumen setelah perusahaan itu mengakuisi pengembang aplikasi keamanan perangkat lunak AVG Technologies pada 2016.
Di bawah kepemimpinan CEO sebelumnya, Vince Steckler, Avast telah mendiversifikasi pendapatannya mulai dari produk antivirus hingga layanan untuk e-commerce, browsing, periklanan, dan analitik dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, setelah berhasil mengarahkan ekspansi global Avast dan menjadikan perusahaan itu publik dalam IPO bersejarah di London pada Mei 2018, Steckler memutuskan pensiun sebagai bos Avast.
Pada pertengahan Maret 2019, Avast mengumumkan telah menunjuk Vlcek untuk menggantikan Steckler sebagai CEO, yang mengundurkan diri per akhir Juni 2019.
Diam-diam, Vlcek ternyata sudah bertahun-tahun 'ditraining' untuk menjadi CEO perusahaan sebagai bagian dari rencana suksesi informal perusahaan.
“Terkadang Ondrej agak misterius, tetapi Ondrej menjadi semacam saus rahasia bagi perusahaan,” ungkap Steckler, seperti dilansir dari CRN.
Siap Memimpin Avast
Setelah meraih gelar di bidang matematika dari Czech Technical University di Praha, Vlcek langsung memulai kariernya di Avast. Dia memimpin tim yang mengembangkan salah satu program antivirus pertama untuk Windows.
Perlahan tapi pasti, ia kemudian dipromosikan menjadi CTO (chief technology officer) pada 2007. Sebagai CTO, ia merancang jaringan keamanan berbasis cloud Avast untuk solusi keamanan Internet of Things (IoT).
Vlcek kemudian dipromosikan menjadi COO (chief operating officer) yang mengawasi operasi harian. Setelah berperan dalam akuisisi AVG bernilai US$1,3 miliar tiga tahun lalu, Vlcek mengambil alih bisnis keamanan desktop dan PC gabungan untuk perusahaan.
Ia pun memimpin transformasi teknologi Avast dari vendor antivirus PC tradisional menjadi penyedia global terkemuka untuk solusi keamanan berbasis kecerdasan buatan (AI).
Tahun lalu, ia diangkat sebagai presiden dari seluruh bisnis konsumen untuk Avast. Di posisinya ini, Vlcek telah menciptakan pertumbuhan dramatis melalui strategi dan visinya, dengan menemukan kembali bagaimana Avast dapat memberikan perlindungan secara online.
“Dia telah menjalankan antara 80-90 persen bisnis selama bertahun-tahun, dan dia siap mengambil alih perusahaan,” ujar Steckler.
Dengan dukungan suara bulat, Vlcek pun terpilih dan ditunjuk oleh dewan direksi perusahaan untuk menduduki posisi CEO per 1 Juli.
Avast dinilai telah memenangkan pelanggan di tengah ketatnya persaingan pasar keamanan siber selama ini. Oleh karenanya, Vlcek harus memastikan untuk merangkul mitra-mitra seiring dengan upaya perusahaan berkembang ke usaha kecil menengah (UKM).
“Sebagian besar UKM yang melakukan upgrade dari software gratis Avast akan menjangkau dan bertransaksi dengan penasihat keamanan tepercaya seperti kami. Sangat penting bagi Avast untuk menjalin hubungan yang kuat dengan mitra-mitra seperti kami,” tutur Goldstein.
Avast di Masa Depan
Saat ini Avast dipandang memiliki sekitar 15 persen dari pangsa pasar keamanan siber konsumen. Sebagai CEO baru, Vlcek tentu saja ingin melihat angka itu terus tumbuh.
“Kami mendapatkan pangsa pasar dari para pesaing kami, dan itu sesuatu yang menginspirasi. Kami harus terus menggerakkan momentum itu,” ujar Vlcek dalam suatu wawancara, seperti dikutip dari laman blog perusahaan.
Yang lebih penting lagi, Avast harus memanfaatkan peluang-peluang besar secara budaya dan operasional yang tercipta ketika IoT berkembang.
“Kami tidak ingin hanya ikut-ikutan. Perusahaan manapun dapat melakukan itu, tetapi bukan itu cara Anda tumbuh dan sukses secara eksponensial. Kita perlu melihat peluang datang dan siap menyambutnya,” jelas pengagum musisi Sting ini.
Salah satu peluang besar yang dapat mengubah alur permainan untuk melindungi jaringan konsumen, bukan hanya peralatan yang mereka miliki, sudah tercipta.
Namun di sisi lain, Vlcek juga mengakui tantangan untuk menjelaskan kepada para konsumen mengenai rentannya peralatan yang digunakan mereka sehari-hari dari peretasan dan pentingnya melakukan langkah-langkah keamanan.
“Perlindungan bagi masyarakat adalah misi kami. Integritas, transparansi, dan keterbukaan adalah beberapa nilai yang akan saya bawakan segera sebagai CEO,” janjinya.