Bisnis.com, JAKARTA – Apakah tahun 2020 akan menjadi masa depan (jangka pendek) yang membawa suka cita? Atau malah 2020 masih merupakan bagian dari dua dekade ekstrim bagi masyarakat dunia?
Prakiraan kedua tampaknya lebih mengena. Pasalnya, tidak sedikit para ahli yang mengatakan seperti itu. Namun bukan berarti tidak ada optimisme dan titik cerah dalam menatap tahun baru dan sekaligus mengarunginya dengan lebih baik.
Yang jelas kondisi dunia yang disebut ekstrim tadi bukan isapan jempol atau penerawangan ala dukun. Perkiraan dari berbagai sudut pandang dan perspektif, sebaga argumen untuk memperkuatnya, sudah diperkenalkan, antara lain oleh seorang bernama James Canton.
Gara-garanya 'sepele'. Ketika itu Juni 2002, Presiden Bush junior mengundang Chairman Institute for Global Futures tersebut dan sejumlah CEO lainnya ke Gedung Putih. Rupanya ada kegentingan. Mereka diminta pemikirannya untuk menjadi semacam insight bagi Pemerintah AS dalam memandang dunia pasca serangan 9/11 yang menghancurkan menara World Trade Center dan Pentagon.
"Kita sadar, kita tidak mempunyai jawaban untuk seluruh masalah ini. Kami memerlukan bantuan Anda semua dalam menyiapkan bangsa ini menyongsong masa depannya." Itulah permintaan yang disampaikan Presiden Bush ketika menyambut Canton dan sejumlah CEO lainnya dari IBM, AT&T dan beberapa korporasi global AS lainnya.
Sebelum lebih jauh, jangan beranggapan agenda tersebut hanya untuk konsumsi politik domestik AS saja. Pesan intinya: Bagaimana memikirkan masa depan dengan cara berbeda?
Singkat cerita, pesan dan resep yang disampaikan Canton dalam forum pertemuan dengan Presiden Bush tersebut diolah menjadi sebuah buku berjudul The Extreme Future, The Top Trends That Will Reshape the World in the Next 20 Years. Terbit perdana 2006.
Futuris global, ilmuwan sosial, penulis dan sekaligus penasihat masa depan bisnis kondang tersebut mengamati bahwa setidaknya terdapat 10 kecenderungan utama masa depan ekstrem, yaitu menyalakan masa depan, inovasi ekonomi, kekuatan buruh masa depan, memperpanjang usia dalam ilmu kedokteran, sains aneh, mengamankan masa depan, masa depan globalisasi (benturan kebudayaan), masa depan perubahan iklim, masa depan individu, dan masa depan Amerika dan China.
Prediksi pakar tersebut mengkristal pada 2002. Artinya akan berlaku hingga 20 tahun berikutnya. Alhasil, berakhir pada 2022. Tiga tahun dari sekarang. Saya berpendapat getaran 'cuaca' ekstrem tersebut masih terasa. Bahkan turbulensinya kian kuat.
Lihat saja poin hubungan AS-China. Bukankah perseteruan Perang Dagang antar kedua raksasa ekonomi itu kian panas? Berdampak luas terhadap denyut ekonomi dan bisnis global, tak terkecuali Indonesia.
Pemikiran Canton menarik disimak. Di bagian awal bukunya itu pembaca langsung disambut dengan judul seram: Selamat Datang di Masa Depan Ekstrem.
Lalu bagaimana solusinya di tataran praktis? Setidaknya ada dua hal yang menantang dari 'pandangan ekstrem' Canton untuk diolah lebih lanjut sebagai jurus jitu dalam menghadapi masa depan bisnis.
Pertama, menerapkan latihan atau simulasi yang disebut 'membunuh masa depan'. Caranya, siapkan skenario masa depan yang masuk akal tetapi sekaligus suram. Artinya bila skenario tadi gagal terlaksana, tamatlah Anda. Anda bisa siapa saja. CEO, korporasi, pemerintahan atau individu.
Canton mengambil skenario FedEx yang telah kehilangan 50% pelanggan karena pindah ke pesaing melalui strategi penurunan harga yang disebut shipthis.com. Para petinggi FedEx mengakui strategi bisnis semacam itu bisa saja terjadi. Kemudian pembicaraan beralih pada masalah kompetisi. Dan selanjutnya munculah sebuah strategi baru.
Keliru Tempat
Apa filosofi dasar dari 'membunuh masa depan'? Perencanaan strategis dalam kewirausahaan global dan pemerintahan tampaknya memang belum memadai. Belum dilakukan dengan pendekatan obyektif dan informasi yang tepat dalam rangka membuat keputusan penting yang akan memengaruhi kehidupan jutaan orang dan dana miliaran dolar.
"Sudah begitu banyak waktu dan uang yang terbuang dalam melakukan pencarian di tempat yang keliru," kata Canton.
Sebaliknya perencanaan masa depan yang didasarkan pada 'Bunuhlah Masa Depan Anda' adalah, demikian Canton, cara yang paling ampuh dalam mengindentifikasi berbagai ancaman yang siap melumat Anda, keluarga, organisasi hingga bahkan bangsa dan negara.
Pada gilirannya cara ini pun akan berujung pada keputusan dan tindakan tindakan yang diperlukan guna memperkecil atau menghilangkan berbagai ancaman tersebut.
Hal menarik lainnya adalah pengembangan sebuah proses yang disebut Pemetaan Masa Depan. Ini adalah bekal untuk memperlihatkan berbagai kesempatan yang tersedia bagi seorang individu, sebuah organisasi, industri, pasar, bangsa atau bahkan peradaban.
Menurut Canton, 'mainan' ini cukup sederhana tetapi terbilang ampuh untuk memvisualisasikan secara lebih baik berbagai tren yang akan membentuk masa depan. Ada empat kemampuan sederhana yang diperlukan untuk bisa mengendalikan masa depan, yaitu Antisipasi, Adaptasi, Evolusi, dan Inovasi.
Tak dinyana, 'peta ajaib' ini terinspirasi dari sang maestro: Leonardo da Vinci (1452-1519). Salah satu kehebatan orang pintar abad pertengahan ini adalah tentang prediksinya mengenai masa depan lewat gambar mesin terbang dan kendaraan airnya yang aneh.
Gambar-gambar tersebut adalah peta-peta visual, semacam ramalan desain yang mengisahkan masa depan. "Dia tahu bagaimana cara melampaui waktu, mengungkap waktu, dan memperkirakan hal ihwal yang sama sekali baru."
Memang terlihat, dan terasa pula adanya semacam disrupsi di segala bidang kehidupan. Salah satunya berkat kemajuan teknologi. Semuanya seolah dihela oleh mesin, aplikasi, dan kecerdasan buatan. Tentu saja berkat internet. Dunia makin bercorak cepat saji. Makin real time. Terkini. Kolaborasi kian menjadi kunci kesuksesan berbisnis.
What's next-nya tergantung bagaimana kita menyikapi era disrupsi ini. Sekadar berubah saja atau just do it tentu tidak cukup. Belum jaminan pula mengikuti skenario permainan 'Membunuh Masa Depan', bisnis yang sudah dirintis sekian lama bakal selamat.
Taruhannya memang nyawa. Telat bertindak berarti maut!