Bisnis.com, JAKARTA -- Toge menjadi sayuran yang banyak digunakan masyarakat Indonesia. Selain mudah ditemukan, harga toge juga relatif murah.
Setiap kantong dengan berat seperempat kilogram, dijual dengan harga Rp5.000 oleh pengecer di pasar. Jumlah yang cukup digunakan bagi keluarga kecil untuk dua kali memasak.
Besarnya permintaan toge di tengah masyarakat membuat Heri Kiswanto, (33), memberanikan diri memulai usaha. Pada 2010 dengan modal sendiri ia memulai usaha. Tak berjalan mulus. Hambatan pasar hingga persoalan pemilihan biji yang akan disemai menjadi kendala. Gagal dijual hingga biji yang disemai tak tumbuh.
Meski begitu, dengan ketekunan mengenal jenis biji kacang hijau dan perlakuan khusus untuk masing-masing tipe kacang impor itu, perlahan toge yang disemai semakin baik.
"Untuk pemula, 1 kilogram kacang bisa jadi 5 kilogram toge. Kalau saya [mahir] sekarang bisa 7,5 - 8 kilogram," kata Heri ketika dijumpai di pabriknya di Bogor, Sabtu (15/2/2020).
Toge yang dihasilkan ini kemudian dijual ke pengecer Rp5.500 per kilogram. Heri menyebutkan saat ini importir menjual biji kacang hijau Rp18,700 per kilogram.
Baca Juga
Artinya setiap kilogram kacang ia dapat mengantongi penjualan Rp44.000. Dengan begitu, setelah dikurangi biaya-biaya, Heri mengantongi margin 30 persen sampai 40 persen dalam setiap satu kilogram toge panen.
"Dalam usaha toge, tantangan utama adalah air bersih. Selain itu kacang impor jangan sampai terbeli yang kering oven. Pasti busuk" katanya.
Heri menyebutkan, air yang dibutuhkan untuk usaha toge bersumber dari tanah dalam. Air yang biasanya ditemukan 100 meter lebih di dalam tanah ini memiliki ciri yang bersih dengan tingkat keasaman (PH) stabil.
"Saya sudah 9 kali menggali dan gagal. Sekarang baru ada 1 titik yang sesuai. Setiap meternya dulu Rp400.000, sekarang sekitar Rp500.000," katanya.
Usaha Heri perlahan membesar. Awalnya ia mengandalkan keuntungan usaha untuk meningkatkan bisnisnya. Setelah 7 tahun berusaha Heri mampu memproduksi 1 kuintal kacang (100 kilogram) setiap hari atau 750 kilogram sampai 800 kilogram panen toge.
Ia kemudian mengenal kredit usaha rakyat (KUR) yang digerakan pemerintah. Pada 2017, Berbekal tekad membesarkan usaha, Heri kemudian mengajukan pinjaman Rp500 juta ke PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI). Dana ini digulirkan untuk membesarkan usaha.
Bibit kacang hijau yang biasanya dibeli sesuai kapasitas produksi per 5 hari, ditingkatkan menjadi 8 ton. Jumlah ini setara untuk bahan baku satu bulan produksi. Pasalnya, produksi ditingkatkan menjadi 2 kuintal kacang per hari atau 1,5 ton sampai 1,6 toge per hari.
Peningkatan pembelian bahan baku guna memastikan biaya produksi tidak melonjak tiba-tiba. Dengan bahan baku diimpor maka nilai tukar Rupiah sangat sensitif dengan biaya produksi.
Sementara itu, untuk memastikan produk terserap pedagang, Heri mengembangkan konsep memiliki lapak sendiri di pasar. Ia merekrut keluarganya atau orang dari kampung untuk bekerja di lapak dengan sistem bagi hasil.
"Sekarang ada 21 lapak di sejumlah pasar sekeliling Bogor," katanya.
Lebih lanjut, pria asal asal Jawa Tengah ini menyebutkan kredit usaha rakyat membantu dirinya mengembangkan usaha toge. Program ini memberikan modal kerja dengan bunga murah.
Sementara pilihan ke BNI, menurut Heri karena kemudahan teknologi yang dimiliki oleh bank milik negara ini.
"Pelayanan BNI sangat ramah dan sistem digitalnya memudahkan saya untuk membayarkan cicilan per bulannya," ujar Heri.
Manajemen BNI menyebutkan peningkatan usaha toge yang Heri lakukan menjadi bagian dari penyaluran KUR BNI. Hingga Januari 2020 pihaknya telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp1,6Triliun, atau meningkat 20 persen dibandingkan penyaluran Januari 2019.