Bisnis.com, JAKARTA -- Berapa tahun lagi Indonesia bisa menjadi masyarakat non-tunai?
Menurut survei yang dilakukan oleh Visa, penyedia teknologi pembayaran global, 54% responden dari Indonesia merasa bahwa kita dapat menjadi masyarakat non-tunai dalam dua hingga lima tahun ke depan.
Bahkan, 11% mengatakan Indonesia hanya butuh satu tahun untuk menjadi masyarakat non-tunai.
Kepercayaan diri dan optimisme ini tentu disambut baik, namun ada jalan panjang yang harus dilalui sebelum Indonesia betul-betul siap untuk memasuki era baru dengan sepenuhnya meninggalkan uang tunai.
"Lebih akurat kalau kita sebut dengan less-cash society. Untuk menjadi cashless, sama sekali tidak menggunakan uang tunai, sepertinya masih butuh waktu lebih lama," ujar Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia Riko Abdurrahman, kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Meski demikian, ini artinya orang Indonesia cukup percaya diri, melihat tren metode pembayaran sehari-hari yang dilakukan secara non-tunai marak dilakukan.
Apalagi pembayaran non tunai ini dianggap lebih efisien, aman dan nyaman oleh sebagian masyarakat.
Konsumen Indonesia tentu sebenarnya sudah siap dengan metode pembayaran digital.
Sementara uang tunai masih mendominasi, penggunaan metode ini lebih rendah dari tahun sebelumnya, dari 95% pada 2018 menjadi 86% pada 2019.
Kartu tradisional seperti kredit dan debit banyak digunakan untuk pengeluaran sehari-hari yang mewakili sekitar 71% dari total transaksi.
Di antara konsumen yang lebih menyukai metode non-tunai, 71% adalah Generasi Y, sementara 59% lainnya adalah Generasi X, di mana 77% dari mereka berasal dari kelompok mapan (affluent).
Bertepatan dengan menghadapi kenormalan baru, survei yang melibatkan konsumen dari 40 negara di seluruh dunia ini juga menunjukkan bawah sekitar enam dari sepuluh responden Indonesia (62%) mulai membentuk kebiasaan non-tunai.
Keterbatasan beraktivitas di luar selama pandemi membuat konsumen beralih untuk melakukan pembayaran secara digital menggunakan kartu debit, kartu kredit atau aplikasi mobile.
Dengan persentase yang sama, para konsumen juga mengatakan bahwa di era kenormalan baru mereka akan tetap menggunakan metode pembayaran non tunai.
"Angkanya memang lebih rendah dari 75% responden di Asia Pasifik dan 66% responden seluruh dunia, tapi ini adalah awal yang baik menuju masyarakat non-tunai," kata Riko.