Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Pongki Pamungkas

Penulis Buku-buku Life and Management Series

Pongki Pamungkas Penulis Buku-buku Life and Management Series. Dia adalah Chief of Corporate Affairs PT Astra International Tbk.

Lihat artikel saya lainnya

Dancing in The Storm, Bersabar di Tengah Badai Covid-19

Dalam perspektif luas dan panjang itu, pilihan bijak yang bisa kita lakukan adalah mengisi saat-saat menunggu ini dengan berperilaku sebaik-baiknya. Yaitu, sesuai tuntunan-Nya. Bisa jadi memang kita tak akan bisa menikmati lagi kehidupan 'normal' seperti saat-saat lalu. Bisa jadi. Karena mungkin Yang Maha Kuasa memang berkehendak demikian. "Seringkali Anda menunggu orang lain untuk berubah, tetapi Tuhan menunggu kita untuk berubah,"
Dampak Covid/19, Resesi Ekonomi 'Menghantui' Indonesia
Dampak Covid/19, Resesi Ekonomi 'Menghantui' Indonesia

"Belajar bersabar merupakan pengalaman yang sulit, tetapi sekali Anda menguasainya, Anda akan mendapati kehidupan jauh lebih mudah." (Catherine Pulsifer).

Menunggu memang bisa, merupakan saat-saat yang sangat tak nyaman. Bila dalam menunggu sesuatu itu pikiran kita terus berkecamuk dengan membayangkan atau menduga-duga hasil yang kita tunggu, ketidak-nyamanan itu sangatlah mengganggu.

Imajinasi pikiran kita, bila kita tqk pandai mengelolanya, menunggu adalah suatu hal yang meresahkan dan menimbulkan kekhawatiran.

Padahal segala sesuatu di masa mendatang, sesuai kodratnya, tidak akan pernah kita ketahui dengan pasti. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu akan adanya hal2 di masa mendatang.

Menunggu pengumuman hasil ujian sekolah misalnya. Pikiran berkecamuk kesana kemari. Bagaimana ya kalau tidak lulus? Bagaimana kalau angkanya terlalu rendah?

"Kesabaran adalah kebajikan, saya tengah belajar untuk itu. Sungguh2 suatu pembelajaran yang berat," kata Elon Musk.

Menunggu pasangan yang sedang dalam proses melahirkan, sama saja. Pikiran berkecamuk,"Jangan-jangan begini, begitu." Pikiran terbawa ke arah suasana yang campur aduk, senang karena bakal memiliki keturunan, juga ada rasa khawatir.

Duh, semoga persalinannya lancar dan ibu plus sang bayi lahir sehat selamat. Padahal, "Alam semesta penuh dengan hal-hal magis. Kesabaran kita butuhkan, menunggu akal pikir kita untuk berkembang lebih tajam," kata Eden Phillpotts.

Dalam proses Pemilu atau Pilkada, para politisi yang ikut menjadi calon pejabat, khususnya , setelah menggebu-gebu berkampanye, mereka akan menunggu hasil perhitungan suara. Bahkan hasil itu juga ditunggu para konstituennya.

Semua menunggu dalam kondisi pikiran yang bercampur-aduk. Yang optimis bakal menang, mungkin akan rileks saja. Gol sudah dalam genggaman. Yang pesimis lain lagi, galau, resah, khawatir berputar-putar menguasai pikiran.

Kita tak mampu menyangkal bahwa kita saat ini terus menunggu suatu 'keajaiban'. Suatu momen di mana Virus Covid-19 musnah. Atau diketemukannya obat yang efektif untuk menangkal atau menyembuhkan diri dari sakit akibat Covid-19 itu.

Kita berharap dan menunggu kehidupan 'normal' seperti sebelum kehidupan 'new normal'. Kita mendambakan kehidupan yang leluasa, yang memungkinkan kita bepergian kemana pun.
Kehidupan leluasa yang tak memerlukan masker, face shields, hand sanitizer. Kita tak perlu harus melakukan penyemprotan desinfectan ke tempat atau barang-barang yang kita pergunakan.

Kita bisa bebas, tanpa tetek bengek alat dan obat kesehatan itu kemana saja. Ke kantor, ke rumah makan, ke hotel. Naik transportasi umum. Ke Cafe. Nonton ke bioskop. Nonton pertandingan bola di stadion.

Terlebih dari itu, rasa was-was, khawatir bahkan paranoia yang menghantui selama pandemi ini, tiada lagi di benak kita.

Di sini, pertanyaan yang relevan adalah, apakah kita layak menunggu harapan itu terwujud? Apakah mungkin kehidupan 'normal' akan bisa terwujud lagi di seantero jagat raya?

Jawabannya pasti : kita tak tahu persis. Hal itu di luar kuasa kita sebagai mahluk yang fana.

Sejatinya, dalam perspektif luas sebagai mahluk hidup, kita dilahirkan atas perkenan-Nya di dunia ini untuk menunggu. Ya, menunggu untuk dipanggil kembali ke haribaan-Nya.

Dalam proses penantian kita ini, Tuhan Yang Maha Esa memberikan tuntunan untuk mengisi waktu hidup kita dengan akidah-akidah seputar hal-hal yang diperintahkan, menjauhi segala larangan-Nya dan menjalankan segala perintah-Nya.

Advis spiritual ini layak kita simak, "Kesabaran itu tak sesederhana sebagai kemampuan menunggu. Itu menunjukkan bagaimana kita berperilaku pada saat kita menunggu," kata Joyce Meyer.

Dalam perspektif luas dan panjang itu, pilihan bijak yang bisa kita lakukan adalah mengisi saat-saat menunggu ini dengan berperilaku sebaik-baiknya. Yaitu, sesuai tuntunan-Nya. Bisa jadi memang kita tak akan bisa menikmati lagi kehidupan 'normal' seperti saat-saat lalu. Bisa jadi. Karena mungkin Yang Maha Kuasa memang berkehendak demikian. "Seringkali Anda menunggu orang lain untuk berubah, tetapi Tuhan menunggu kita untuk berubah," kata Joel Osteen.

Karena ketidakpastian soal ini, seorang tetua menasehati, "Kehidupan bukanlah soal menunggu berlalunya badai. Kehidupan adalah soal pembelajaran berdansa di tengah hujan badai."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Pongki Pamungkas
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper