Bisnis.com, JAKARTA – Bila ada memiliki tujuan besar, apakah dituangkan dalam bentuk tulisan atau cukup dalam angan-angan saja?
Ada sebuah penelitian menarik pada era 1950-an yang rasanya masih relevan dengan kondisi saat ini, yaitu untuk menetapkan langkah paling dini dalam mewujudkan sebuah agenda besar.
Dalam penelitisan tersebut, para lulusan Harvard ditanya mengenai berapa banyak dari mereka yang memiliki tujuan. Jawabannya, hampir semua orang punya tujuan.
Lebih penting lagi, mereka kemudian ditanya tentang berapa banyak yang menuangkan tujuan dalam bentuk tulisan. Ternyata hanya 3%!
Setelah mengikuti perkembangan para responden dalam kurun tiga dekade setelahnya, ditemukan bahwa 3% dari kelompok tersebut berpenghasilan jauh lebih besar daripada kombinasi penghasilan 97% lainnya.
Itu sama artinya bahwa hanya 3% orang yang memiliki tujuan tertulis. Kebetulankah? Intinya, sepanjang tujuan itu tetap tertanam di dalam otak Anda, ia hanya sebatas mimpi.
Kebanyakan orang memang tidak membuat keputusan mengenai hal-hal yang mereka inginkan. Namun ingatlah, kesuksesan adalah keputusan. Semua yang harus kita lakukan adalah apa yang kita inginkan, lakukan, dan miliki.
Daripada membuat beberapa pilihan sulit tentang cara menghabiskan waktu, orang yang gagal cenderung menangguhkannya dan berharap dapat mewujudukan semua mimpi yang berputar dalam kepala mereka.
“Hal itu terus berlaku hingga mereka terbangun pada suatu hari dan menyadari bahwa waktu telah habis,” ujar Steve McDermott (2002).
McDermott, seorang pria Inggris, adalah penulis, penyiar, dan pengusaha. Dia juga seorang konsultan, instruktur dan pemacu berbagai organisasi dan korporasi blue chip. Dia menyabet 20 penghargaan periklanan nasional dan internasional untuk kreativitas, terutama tulisannya untuk berbagai iklan radio.
Selama lebih dari 50 tahun berbagai riset, termasuk Neuro Linguistic Programming, membuktikan bahwa memiliki tujuan tertulis akan membawa seseorang pada tingkat 3% teratas.
Bisa saja seseorang lebih ke puncak lagi dengan menjadi 1% teratas. Kuncinya, miliki tujuan tertulis yang memenuhi sejumlah kriteria yang tepat. McDermott menyebutnya dengan SMARTS.
Pertama, specific yaitu mendefinisikan dengan tepat sesuatu yang ingin diselesaikan. Fokuskan dengan tajam hanya pada satu hal saja.
Kedua, measurable (terukur). Hal ini terkait dengan biaya, kuantitas, kualitas, jumlah, hingga persentase. Pikirkan semua cara yang dapat dilakukan untuk mengukur kemajuan.
Ketiga, achievable dan realistis. Pikirkan sesuatu yang berada dalam jangkauan tetapi masih di luar genggaman. Poin ini juga bisa diartikan ‘as if now’ (seolah sekarang).
Dengan menulis tujuan seolah Anda sekarang telah mencapainya maka setiap kali dibaca, berbagai emosi hingga pikiran bawah sadar akan terlibat dalam pelaksanaannya.
Keempat, time (waktu). Tetapkan batas waktu jangan membatasi dengan menetapkan batas waktu terlalu jauh di masa depan. “Bukan berarti tujuan itu tidak riil, melainkan batas waktunya yang tidak nyata,” kata McDermott.
Kelima, step (langkah). Ambil langkah terakhir. Misalnya, tujuan Anda adalah pindah rumah ke luar kota. Apa langkah terakhir untuk itu? Apakah harus ada tanda ‘terjual’ di halaman depan? Atau ada semacam pesta penyambutan di rumah baru?
Akhirnya, jangan membuat perbedaan antara tujuan hasil dan tujuan kinerja. Misalnya dalam atletik, tujuan hasil bisa jadi merebut medali emas. Adapun tujuan kinerja adalah meningkatkan waktu hingga dua detik.
Bila semua tujuan lebih difokuskan pada hasil, sesorang mungkin akan merasa ‘macet’ dan gampang sedih. Jadi, lupakan maksud dari penetapan tujuan untuk merasa termotivasi.
Untuk menikmati proses tersebut bukan hanya semata-mata hasil akhir. Perbedaan besar antara tujuan hasil dan tujuan kinerja adalah bahwa tujuan kinerja berada di dalam kendali Anda.
Anda sudah mengelola tujuan dengan baik?