Bisnis.com, JAKARTA - Blockchain kian merambah luas dan digunakan di berbagai industri, seperti logistik, peternakan, layanan kesehatan, industri hiburan, hingga industri gaming.
Belakangan, kemampuan sumber daya manusia dalam perkembangan teknologi ini juga dihargai sangat tinggi. Hal ini terbukti dari rata-rata gaji pengembang teknologi blockchain di Amerika Serikat yang mencapai US$136.000 atau setara dengan Rp1,8 miliar per tahun.
Dalam perilisan berita terbaru dari LinkedIn, situs jejaring sosial yang menghubungkan para profesional di seluruh dunia, menyatakan bahwa kemampuan paling diminati pada tahun 2020 adalah kemampuan yang terkait dengan Blockchain, mengalahkan kategori lain seperti Artificial Intelligence dan juga Cloud Computing.
Perusahaan teknologi seperti IBM, Oracle, Amazon, Microsoft, dan lainnya menganggap teknologi blockchain sebagai sebuah teknologi transformasional yang dapat mengubah dunia.
Baru-baru ini, Coinvestasi bersama Tezos menyelenggarakan acara Blockchain Developer Fast Track dengan mengajak mahasiswa dan developer bersama-sama belajar dan mengembangkan kemampuan Blockchain untuk menjadi profesional berpenghasilan besar dalam bidang ini.
Acara ini diikuti oleh beberapa universitas di Indonesia dan para developer yang membeikan rangkaian hands-on atau praktik langsung pembuatan smart contract.