Bisnis.com, JAKARTA – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama pandemi Covid-19 menggerus penggunaan kartu uang elektronik, salah satunya adalah e-Money yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri.
Perusahaan perbankan pelat merah ini asih menabur keyakinan, e-Money akan tumbuh dan menggantikan kebiasaan transaksi dengan uang kartal. Keyakinan ini bukan tanpa alasan, menurut Corporate Secretary Bank Mandiri Rully Setiawan, sesuai fitur dan fungsinya sebagai alat pembayaran, e-Money sebagai uang elektronik berbasis kartu dibandingkan dengan uang elektronik berbasis server masih menjadi pilihan utama konsumen. Khususnya, bagi konsumen yang aktif menggunakan transportasi publik seperti MRT, Transjakarta, dan LRT, hingga penyebrangan antar pulau.
Terbukti, sampai dengan Agustus 2020 jumlah kartu e-Money yang beredar di masyarakat masih mencapai 21,7 juta kartu dengan jumlah frekuensi pada 2020 sampai dengan Agustus 2020 adalah 486 juta transaksi.
“Hal ini sejalan dengan terus didorongnya pembangunan infrastruktur dan transportasi publik,” ujar Rully kepada Bisnis, Selasa (27/10/2020).
Tercatat, setiap tahunnya, rata-rata frekuensi transaksi Mandiri e-Money setiap tahun masih berada pada kisaran 1,1 miliar transaksi. Namun Rully tak menampik akibat pandemi Covid-19 ini dimana terjadi pembatasan aktivitas pada berbagai sektor khususnya transportasi publik, maka penggunaan e-Money turun sekitar 30 persen (yoy) dibandingkan Agustus 2019.
“Berkurangnya mobilitas masyarakat dan penggunaan transportasi menjadi salah satu faktor utama dari penurunan, tetapi dengan adanya penerapan standar new normal dimana fasilitas publik tetap dapat digunakan secara terbatas, Mandiri e-Money diharapkan akan tetap menjadi pilihan utama di masyarakat,” terangnya.
Baca Juga
Saat ini Mandiri e-Money sudah memiliki akseptansi transaksi yang menjangkau sektor ritel, food and beverages, jalan tol, percepatan pembangunan infrastruktur publik.