Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, risiko berinvestasi di sektor riil tentunya makin tinggi. Menurunnya daya beli masyarakat menjadi faktor utama yang membuat investor berpikir berulang kali untuk menanamkan modalnya di sektor tersebut.
Namun, bukan berarti investasi di sektor penggerak roda ekonomi itu tak layak untuk dilirik di 2021. Bermodalkan kepiawaian membaca situasi serta menangkap peluang bukan tidak mungkin investasi di sektor riil akan memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan investasi lain yang risikonya juga tak kalah besar, seperti terjun ke pasar modal atau bursa.
Menurut Managing Partner Inventure Yuswohady, bagi Anda yang berencana untuk memulai investasi di sektor riil di 2021, waralaba layak untuk dijadikan pilihan. Waralaba dinilai memiliki risiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan membangun usaha atau merk dari nol.
Namun, ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan Anda sebelum memutuskan untuk membeli lisensi waralaba tertentu tahun ini. Salah satunya adalah adanya kecenderungan masyarakat mengurangi belanja kebutuhan sekunder dan tersier mereka.
“Pilihlah waralaba yang menawarkan produk-produk kebutuhan dasar atau basic needs. Karena kecenderungannya orang-orang tahun ini masih fokus pada saving. Waralaba yang terkait dengan gaya hidup bukan pilihan tepat untuk tahun ini,” katanya ketika dihubungi oleh Bisnis belum lama ini.
Lebih lanjut, Yuswohady menjelaskan waralaba toko kelontong, pasar swalayan, apotek, dan binatu merupakan waralaba yang layak dijadikan pilihan lantaran semuanya terkait dengan kebutuhan dasar. Tentunya, diperlukan pengkajian lebih lanjut untuk menentukan nilai investasi, lokasi, dan faktor-faktor terkait untuk mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh atau meminimalisasi risiko.
Baca Juga
Kedai makanan atau restoran juga layak untuk dipilih dengan beberapa catatan, termasuk diantaranya adalah pemanfaatan teknologi, khususnya platform daring untuk mendongkrak penjualan.
“Makanan dan minuman prospektif, tetapi bukan yang sifatnya lifestyle, lebih ke kebutuhan sehari-hari. Contoh membuka warung nasi akan jauh lebih prospektif dibandingkan kafe-kafe fancy. Cloud kitchen yang sepenuhnya mengandalkan [platform daring] dan minim interaksi, low touch juga bisa dipilih,” tuturnya.
Adapun, untuk waralaba kebutuhan dasar lainnya yang sifatnya tatap muka seperti lembaga kursus, institusi pendidikan, dan klinik kesehatan menurut Yuswohady masih akan prospektif setelah pandemi usai. Namun, lagi-lagi pemanfaatan teknologi menjadi sebuah keharusan untuk mampu bersaing dengan platform daring yang menawarkan hal serupa.
“Pandemi membuat masyarakat mulai terbiasa dengan pendidikan daring, layanan kesehatan atau telemedik yang sifatnya juga daring ini perlu diperhatikan oleh pelaku usaha terkait,” ungkapnya.