Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cara UMKM Manfaatkan Layanan Kasir Digital untuk Naik Kelas

pencatatan manajerial bisnis juga sering kali dilakukan secara manual, mulai dari arus kas, pengecekan stok barang hingga operasional inventaris lainnya. Padahal, semua proses pencatatan manajerial tersebut seharusnya dapat dialihkan ke layanan digital.
Kasir Digital
Kasir Digital

Bisnis.com, JAKARTA - Para pelaku usaha mikro kecil memiliki kreatifitas dan daya tahan yang cukup baik dalam mengatasi berbagai krisis, termasuk selama masa pandemi Covid-19. Memang pada awal kemunculannya, banyak pelaku usaha yang tertekan bahkan terpaksa harus gulung tikar.

Namun, di tengah tantangan ekonomi tersebut, UMKM Indonesia sangat berpeluang untuk rebound dari dampak pandemi terurtama di tahun 2021 ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan pelaku usaha untuk tetap bertahan bahkan bertumbuh di masa pandemi ini ialah dengan merapikan manajerial bisnis secara digital.

Pasalnya, tidak sedikit pelaku usaha yang saat ini menggabungkan antara pengeluaran dan pemasukan untuk bisnis dengan kebutuhan sehari-hari sehingga pendapatan bisnis yang sebetulnya bisa digunakan untuk pengembangan usaha, justru digunakan untuk kebutuhan sehar-hari.

Selain itu, pencatatan manajerial bisnis juga sering kali dilakukan secara manual, mulai dari arus kas, pengecekan stok barang hingga operasional inventaris lainnya. Padahal, semua proses pencatatan manajerial tersebut seharusnya dapat dialihkan ke layanan digital.

Apalagi saat ini tidak sedikit startup digital yang membantu menyediakan teknologi kasir digital atau platform layanan point of sales (POS), salah satunya Qasir yang membantu pelaku usaha mikro dan kecil untuk mencatat berbagai transaksi dan pembayaran secara digital.

Termasuk, membantu pencatatan pengisian kembali stok dari supplier terdekat sampai dengan layanan untuk pengembangan usaha seperti pembiayaan dan dukungan brand untuk usahawan mikro, kecil & menengah.

CEO Qasir Michael Williem mengatakan bahwa selama masa pandemi ini, banyak pelaku UMKM yang terus beradaptasi melakukan perubahan bisnis dan harus berjuang untuk mempertahankan usahanya, termasuk dengan memanfaatkan metode pembayaan secara cashless.

Sebagai perusahaan penyedia platform POS untuk usahawan nano dan mikro, Michael mengatakan bahwa para mitra usahawan yang bertahan adalah mereka yang sigap melakukan adaptasi, baik itu adaptasi atas penerapan protokol kesehatan serta mulai beralih ke layanan digital, termasuk dalam hal manajerial pencatatan bisnis.

“Dengan melakukan proses digitalisasi pelaku bisnis dapat fokus pada perencanaan bisnisnya, bahkan mungkin bisa mulai melakukan ekspansi pasar walaupun di tengah kondisi yang serba tidak pasti akibat pandemi Covid-19,” ujarnya.

Proses transformasi digital UMKM dapat dilihat dengan semakin besarnya jumlah pengguna e-commerce di Indonesia. Tercatat bahwa pertumbuhan volume transaksi e-commerce pada September 2020 mengalami peningkatan 79,38 persen secara tahunan (year-on-year/YoY), sebesar 150,16 juta transaksi dengan jumlah UMKM yang berhasil go digital melampaui 9 juta.

Hal ini juga diperkuat dengan jumlah pelaku UMKM yang mulai menggunakan layanan POS untuk memudahkan layanan jual beli mereka secara online. Qasir misalnya, sebagai salah satu penyedia layanan POS, mencatat pertumbuhan usernya yang mencapai 500.000 lebih di tahun yang notabene penuh dengan tekanan tersebut.

Ke depan, Michael berharap, akan lebih banyak usahawan mikro yang tidak ragu lagi untuk memulai adaptasi teknologi dan digitalisasi untuk mempermudah kegiatan operasional dan kebutuhan pencatatan mulai dari mencatat stok, mencatat kasbon, pembelian, penjualan, sampai ke sistem pembayaran nontunai.

“Saya rasa hal ini juga pekerjaan rumah bagi kami pelaku startup, agar terus mem-familiarkan layanan-layanan digital, seperti mPOS dari Qasir, kepada banyak usahawan. Karena kami menyaksikan sendiri, UMKM yang berdaya saing, akan lebih punya daya tahan dari gempuran efek pandemi, ataupun risiko-risiko usaha lainnya,” tegasnya.

Upaya ini mendapat apresiasi dari salah satu pemilik toko kelontong di kawasan Pejaten Timur, Jakarta Selatan, yang telah dua tahun bergabung dalam ekosistem Qasir. Jerry mengatakan, dirinya sudah malang melintang mencoba berbagai jenis usaha.

Dia pun sudah merasakan beberapa kali kalah dalam persaingan, hingga akhirnya memutuskan putar haluan ke toko kelontong sejak tahun 2009 hingga saat ini.

“Saya merasa usaha apapun mudah ditiru modelnya, sehingga saya juga mesti memutar otak agar usaha yang saya jalani sekarang tetap bertahan. Sejak menggunakan Qasir dua tahun lalu, bisnis saya banyak terbantu, karena saya dan karyawan bisa mulai aktif melakukan organisasi sistem yang baik, jelas dan aktual. Monitor stok juga selalu terpantau, sebelum persediaan barang habis,” tutur Jerry.

Semangat Jerry untuk terus mengadopsi teknologi untuk usahanya juga terlihat dari inisiatifnya menjajal penerapan pembayaran nontunai digital di tokonya “Karena belakangan banyak pembeli yang menanyakan apakah bisa bayar nontunai, mau nggak mau kita menyediakan,” tukas Jerry.

Senada dengan Jerry, pemilik usaha toko sembako Jayadi, yang mulai berjualan sejak tahun 1998 di bilangan Ampera, Jakarta Selatan, mengutarakan, usahanya dulu tidak membutuhkan promosi apapun untuk mendapat pelanggan. Seiring berjalannya waktu, dia mulai merasakan tantangan persaingan karena maraknya usaha sejenis yang menawarkan produk lebih banyak dan harga lebih murah.

“Suka tidak suka, saya melihat teknologi sudah menjadi bagian dari pelaku usaha, bahkan kelontong sekalipun. Konsumen sekarang lebih paham sama barang-barang dan promosi lewat banyak (platform) toko modern. Sebelum tergerus lebih dalam dan bangkrut, saya merasa harus melek teknologi,” tuturnya.

Jayadi sendirir telah menjadi pengguna Miqro (dulunya bernama Mitra Qasir) sejak tahun 2018, dan sejak saat itu, ia mulai mengeksplor fitur-fitur tambahan dalam aplikasi, misalnya belanja dengan pembayaran tempo. Fasilitas pembayaran tempo  didapatkan Jayadi merupakan pembiayaan produktif, dengan nominal dan tempo yang menyesuaikan dari behaviour belanja yang tercatat secara otomatis setiap kali Jayadi melakukan pembelanjaan dengan aplikasi Miqro.

“Saya tidak pernah mengira bahwa dari mencatat saja kita bisa mendapatkan begitu banyak kemudahan dalam usaha. Bagi kami pedagang kelontong, mendapatkan pinjaman seperti ini sangat bermanfaat untuk menjaga arus kas dan memastikan stok barang selalu terisi,” tambah Jayadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dewi Andriani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper