Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asia Tenggara Memimpin Tren Buy Now, Pay Later

Buy now, pay later menjadi tren yang terkini di kelompok generasi muda di Asia Tenggara, tetapi ini menjadi tantangan berat bagi perusahaan fintech.
Saat melakukan belanja online, anak muda zaman sekarang lebih memilih buy now, pay later/Istimewa
Saat melakukan belanja online, anak muda zaman sekarang lebih memilih buy now, pay later/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Penggunaan global aplikasi seluler Buy Now, Pay Later (BNPL) atau sistem beli sekarang, bayar nanti melonjak sebesar 162  persen dari 2018-2019.

Di AS, BNPL menyumbang US$24 miliar dalam pembelian tahun lalu. Ketika pandemi dimulai, volume kartu kredit tradisional turun sementara BNPL terus meningkat seiring pertumbuhan e-commerce.

Dilansir melalui Entrepreneur, BNPL diharapkan akan menjadi bentuk transaksi digital dengan pertumbuhan tercepat di tahun-tahun mendatang, dengan transaksi yang diproyeksikan mencapai hampir US US$350 miliar di seluruh dunia pada tahun 2025.

Hingga saat ini, pertumbuhan BNPL dipimpin oleh startup berorientasi negara Barat seperti Klarna, Affirm dan Afterpay — yang masing-masing berbasis di Swedia, AS, dan Australia.

Namun, ada fenomena yang tidak kalah ramai di Asia Tenggara untuk BNPL dengan penetrasi kartu kredit yang rendah, yang berarti persaingan BNPL berkurang.

"Budaya Asia yang anti utang pada saat yang sama merangkul konsep cicilan 'tanpa bunga' yang terasa sama dengan uang tunai," ujar Managing Partner at Golden Gate Ventures Vinnie Lauria, seperti dikutip melalui Entrepreneur, Selasa (23/2/2021).

Itulah sebabnya perusahaan modal ventura Asia Tenggara mengawasi pendatang baru BNPL di 10 negara kawasan Asean.

Di negara berkembang mulai dari Indonesia hingga Vietnam hingga Malaysia, dan Singapura yang kecil namun sangat berkembang, kita melihat pasar yang menghadirkan tantangan, tetapi juga penerimaan yang kuat terhadap manfaat model BNPL.

BNPL mempermudah pedagang baru, tanpa kerumitan pengaturan perbankan tradisional, dan dapat menghasilkan efisiensi operasional juga.

Adapun BNPL juga menanggung lebih banyak risiko dengan tantangan terberat pada proses penyaringan orang-orang yang mengajukan kredit. Sisi positifnya, penggunaan dompet digital di Asean sangat tinggi.

Dompet digital GrabPay dan GoPay sebagai contoh, memiliki basis pengguna yang besar dan terus berkembang di seluruh Asean karena mereka dilahirkan oleh perusahaan yang menyediakan layanan transportasi dan pengiriman populer: Grab, berbasis di Singapura, dan Gojek yang berbasis di Jakarta.

"Mempertimbangkan semua faktor, saya melihat BNPL akan tumbuh secara eksplosif di Asia Tenggara selama lima hingga 10 tahun ke depan," tambah Lauria.

Pemain kunci sedang mengembangkan algoritme dan kumpulan data untuk penilaian risiko yang akan tumbuh lebih berharga dari waktu ke waktu.

Untuk menangani risiko secara proaktif setelah pengguna bergabung, mereka berinovasi di berbagai bidang seperti keterlibatan pelanggan dan penyesuaian jadwal pembayaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper