Bisnis.com, JAKARTA – Wirausaha sosial masih belum menjadi kegiatan bisnis arus utama. Salah satu tantangan terbesar mendorong wirausaha sosial ini ialah membangun pengetahuan untuk mengatasi permasalahan sosial melalui pendekatan entrepreneur.
Direktur Eksekutif Greeneration Indonesia Mohamad Bijaksana mengatakan untuk mendapatkan esensi dari wirausaha sosial maka dibutuhkan lebih banyak sesi diskusi dan pengetahuan yang lebih luas.
Selain itu, dari sisi ekosistem kewirausahaan sosial juga perlu diperkuat, salah satunya melalui penegakkan aturan. Misalnya, ketika masyarakat dilarang membuang atau membakar sampah sembarangan maka jasa-jasa yang berhubungan dengan pengelolaan sampah akan berkembang.
Kondisi tersebut bisa ditangkap sebagai sebuah peluang usaha, di satu sisi dapat menguntungkan dari ekonomi tetapi di sisi lain juga menyelesaikan persoalan sosial, khususnya terkait masalah sampah.
“Tantangan lain dalam kewirausahaan sosial ialah mekanisme pembiayaan, bagaimana lembaga keuangan perlu melihat hal ini untuk mendukung usaha-usaha sosial,” ujarnya, dalam webinar Katadata Earth Day Forum 2021 dengan tema Kisah Milenial Membangun Usaha Sosial, Kamis (23/4/2021).
Greeneration merupakan salah satu wirausaha yang bergerak di bidang sosial yang memiliki lini usaha dengan menawarkan produk dan jasa terkait dengan pengelolaan sampah. Selain itu, ada pula jasa konsultasi dan solusi penanganan banjir, seperti produk yang dapat menampung air hujan dan membantu serapan air ke dalam tanah.
Baca Juga
Co-Founder HeyStartic Agnes Santoso menilai kesadaran masyarakat akan isu-isu lingkungan semakin baik. Saat ini produk-produk berbahan daur ulang yang ditawarkan HeyStartic juga kian diminati.
“Hanya saja ada perbedaan sudut pandang di manapasar Indonesia masih melihat dari sisi tampilan,s edangkan pasar luar negeri melihat dari sisi nilai. Prinsipnya kita tidak bisa memaksakan untuk cinta lingkungan. Ini masih proses tapi setidaknya kita bisa masuk dari yang mereka suka,” ujarnya.
Menurut perhitungan Global Impact Investing Network (GIIN), total nilai investasi berdampak pada 2019 mencapai US$715 miliar, tumbuh lumayan besar dibandingkan dengan nilai investasi pada 2018, yakni US$502 miliar.
Di Indonesia, potensi investasi berdampak ini juga lumayan besar. Berdasarkan studi yang dilakukan Angel Investment Network Indonesia (ANGIN), setidaknya ada empat sektor yang menjanjikan, yakni sektor pertanian, pengelolaan limbah, investasi berbasis gender (gender lens investment), dan usaha mikro kecil, dan menengah (UMKM).