Bisnis.com, JAKARTA — Konsep bisnis ramah lingkungan saat ini menjadi acuan bagi pelaku usaha di dunia. Indonesia kini juga bermunculan merek yang menerapkan bisnis ramah lingkungan.
Namun, pada penerapannya saat ini perkembangan industri masih berbanding lurus dengan permasalahan lingkungan. Semakin tingginya pertumbuhan dan daya beli penduduk berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan jumlah sampah yang dihasilkan.
Ketua HIPMI Jabar, Surya Batara Kartika menyampaikan jika HIPMI Jabar senantiasa mendorong anggotanya dan para pelaku usaha untuk menjalankan bisnis berwawasan lingkungan.
“Dalam penerapan bisnis ramah lingkungan dan berkelanjutan, pelaku usaha tidak harus berinvestasi besar sendiri. Mereka dapat memanfaatkan peluang-peluang kolaboratif, mulai dari proses produksi hingga penjualan," ujarnya pada keterangan resmi yang diterima Bisnis, Senin (12/7/2021).
Menurut Surya tidak perlu ragu memulai bisnis berkelanjutan karena bisnis yang menerapkan sustainability memiliki prospek yang sangat baik ke depan.
Kemudian, banyak investor baik dari dalam dan luar negeri yang ingin berinvestasi di Indonesia dan menjadikan
sustainability sebagai salah satu aspek yang dinilai.
Data terbaru KLHK pada tahun 2020 menunjukkan bahwa produksi sampah di Indonesia sudah mencapai 185.753 ton per hari. Semua pemegang kepentingan, termasuk produsen dan pelaku bisnis, perlu segera mengambil andil dalam menerapkan pola bisnis ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Pada keterangan yang sama, Sustainable Development Leader Decathlon Indonesia, Fiona Diserty Sebayang, mengatakan Covid-19 merupakan salah satu trigger bagi Decathlon untuk mempercepat penerapan circular economy di seluruh rantai operasional bisnis dari hulu ke hilir.
"Terdapat 7 pilar aksi yang terdiri dari suplai berkelanjutan, eco-design, ekologi industri dan kawasan, fungsi ekonomi, konsumsi yang bertanggung jawab, memperpanjang durasi produk, dan daur ulang,” papar Fiona.
Dalam praktiknya, perusahaan ritel olahraga inovatif asal Perancis itu memastikan bahan material produk berasal dari sustainable resources.
Founder & Managing Director Waste4Change, Mohamad Bijaksana Junerosano mengungkapkan jika idealnya semua para pelaku usaha bekerja sama, bahu-membahu untuk mewujudkan target Sustainable Development Goals 2030.
"Dalam penerapan bisnis ramah lingkungan dan berkelanjutan, pengelolaan sampah yang mendukung zero-waste to landfill dan circular economy merupakan aspek penting," saran Sano.
Layanan manajemen sampah Waste4Change yang menyeluruh dari hulu ke hilir dapat mendukung terciptanya bisnis ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selain menyediakan jasa pengangkutan dan daur ulang sampah, layanan Waste4Change juga mencakup konsultasi, riset, dan edukasi.
“Kami percaya mengubah mindset adalah jalan terbaik untuk penyelenggaraan bisnis ramah lingkungan yang berkelanjutan. Kami berkomitmen untuk terus berinovasi demi mendukung semua kebutuhan para pebisnis Indonesia untuk mewujudkan manajemen sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," tutup Sano.