Bisnis.com, JAKARTA - Saat ini ekonomi kreatif bukanlah hal baru.
Ekonomi kreatif mencakup kegiatan ekonomi berbasis pengetahuan yang menjadi dasar 'industri kreatif'. Industri tersebut meliputi periklanan, arsitektur, seni dan kerajinan, desain, fashion, film, video, fotografi, musik, seni pertunjukan, penerbitan, penelitian dan pengembangan, perangkat lunak, permainan komputer, penerbitan elektronik, dan TV/radio.
Di Indonesia, pertumbuhan terbesar industri kreatif ada di sisi fashion, kriya, dan kuliner. Kita bisa lihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menggarap data ekonomi kreatif dan pariwisata sejak awal 2019, tercatat kontribusi subsektor ekonomi kreatif pada PDB nasional mencapai Rp1,2 triliun, Tetapi ini didominasi oleh usaha kuliner, fashion, dan kriya.
Jumlahnya mencapai sekitar 8,2 juta usaha kreatif. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, “PDB sebaiknya memang ditumbuhkan oleh ekonomi kreatif dan pariwisata. Karena kedua industri itu bukan berasal dari sumber daya alam, tapi inovasi yang tidak akan habis.” Dia melanjutkan, ”Saat ini pertumbuhannya yang besar ada pada fashion, kriya, dan kuliner. Tetapi ada subsektor yang share-nya ke PDB kecil, tetapi pertumbuhannya besar dan banyak diminati milenial seperti game, dan seni pertunjukan, termasuk musik, film, video dan fotografi.”
Menyikapi hal tersebut, Founder sekaligus CEO Fantastis Anak Bangsa (FAB), Fritz B. Tobing mengatakan para pengusaha kreatif anak bangsa butuh dukungan teknologi, pendampingan, pendanaan, sumberdaya, hingga jaringan bisnis dalam sebuah platform.
"Dengan demikian, akan semakin cepat terbentuk ekosistem bisnis kreatif yang besar dan solid. Tentunya dengan terbentuknya ekosistem yang seperti itu, otomatis dapat mendorong roda perekonomian bangsa,” papar Fritz, pada sesi talkshow ‘IdeaFest’ bertajuk ‘The Young is Not The Future’,.
Baca Juga
IdeaFest sendiri merupakan festival yang menjadi rumah wawasan atas bakat kreatif dari semua keahlian dan pengalaman, yang dapat membantu mendorong ide-ide insan kreatif ke depannya. IdeaFest menghubungkan komunitas dan membangun jaringan kreatif guna menciptakan kolaborasi, yang diharapkan dapat mendorong anak muda untuk berkembang dan menciptakan ide-ide yang kreatif dan inovatif.
Fritz berbagi cerita bahwa platform bisnis kreatif yang dibangunnya adalah untuk menciptakan ekosistem industri kreatif di Indonesia.
Merujuk data terbaru BPS, saat ini, Indonesia masih berada dalam era bonus demografi, yakni dengan jumlah usia produktif yang didominasi Gen Z 27,94% (kelahiran 1997-2012) dan Millennial 25,87% (kelahiran 1981-1996). “Untuk itu, FAB menawarkan solusi berupa platform yang layak bagi kaum muda untuk menumbuhkan aspirasi mereka, termasuk merealisasikan mimpi mereka,” lanjutnya.
Terkait “The Young is Not The Future”pada sesi talkshow “IdeaFest”, ditegaskan Fritz, anak muda bukan lagi sebagai kunci dan penentu masa depan. “Peran mereka itu bukan nanti, tapi sekarang, terutama dalam mendukung kemajuan ekonomi bangsa. Anak muda itu kunci masa kini,” ucapnya.
Perbedaan generasi muda sekarang dibandingkan dengan generasi muda sebelumnya, menurutnya, adalah generasi muda sekarang penuh dengan kemudahan dalam memilih. Termasuk, banyak pilihan edukasi dan profesi. “Mereka diuntungkan dengan banyaknya pilihan dan kesempatan. Tapi pada saat yang bersamaan, mereka diberikan tanggung jawab besar bahwa mereka tidak hanya berperan untuk nanti, tapi saat ini. Oleh karena itu, anak muda perlu didorong ke arah yang benar. Anak muda juga harus punya inistiatif yang tinggi untuk mulai menjadi entrepreneur,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, salah satu Pembina Y sekaligus Co-Founder dan Business Director AmbilHati, Sandru Emil menambahkan, anak muda itu ada untuk masa sekarang, bukan nanti. “Anak muda sekarang berani mengambil resiko atau risk tollerance. Mereka juga optimsitik.Buktinya, banyak startup dan unicorn yang berhasil dipimpin oleh anak muda,” katanya.
Hanya saja, menurut Sandru,masalah terbesar young entrepeneur di Indonesia, mereka tidak tahu bagaimana mengelola bisnis, sementara mereka hanya punya modal ide besar dan semangat. Padahal, ide besar tidak akan menjadi ide besar jika tidak dijalani. “Entrepreneur itu end-to-end, semuanya harus dilakukan,” ujarnya.
Untuk itu, Y program hadir sebagai solusi untuk membantu menjawab masalah tersebut. Y atau Young Creative Entrepreneur Program merupakan program solusi yang tersedia dalam platform FAB untuk Gen-Z dan millennial, yang ingin menjadi young creativepreneur.
“Y diperuntukkan bagi talent kreatif muda yang akan memulai usaha baru, ataupun usaha kreatif yang sudah berjalan, dengan cakupan usia 18 - 30 tahun. Melalui platform Y, mereka akan kami persiapkan sebagai pengusaha muda terbaik di bidang kreatif,” ujar Sandru. “Anak muda harus dapat merealisasikan mimpinya sekarang, bukan nanti. Untuk itu, kami mengajak seluruh talent kreatif muda Indonesia untuk bergabung bersama Y, agar mimpi itu dapat terealisasi saat ini,” kata Sandru lebih lanjut.
Lebih jauh ia menerangkan, Y juga akan memberikan dukungan berupa mentorship atau pendampingan, pengetahuan dalam membangun usaha, dan jaringan usaha yang berada di dalam ekosistem FAB. Y Program membangun initimate mentorship, dengan memberikan sharing pengalaman.
“Kami memberikan fundamental dari sisi finansial serta bagaimana mengelola dan menumbuhkan bisnis mereka,” imbuh Sandru, yang menyebutkan sejak diluncurkan akhir Oktober 2021 lalu, di dalam platform Y sudah bergabung Katch, Basement, BSKSBT, dan Mooilux.
Menurut Sandru, Katch merupakan salah satu contoh mimpi sukses anak muda yang berhasil membangun usaha kreatifnya melalui platform Y. Katch bergabung didalam platform Y, dengan mempunyai keunikan tersendiri, yakni woman driven creative agency. Katch baru berdiri pada tanggal 28 Oktober 2021. Kendati demikian, dua dari tiga orang founder-nya, di antaranya Nabyl dan Novelia, memiliki pengalaman di industri kreatif lebih dari 10 tahun di mutinasional agency dan mereka juga banyak meraih berbagai penghargaan kreatif.
“Di awal bergabung, kami mendapatkan mentorship dan pendampingan, bahwa kami harus mempunyai keunikan ketika membangun agency. Jadi, tujuannya jelas, target kemana, siapa dan sebagainya,” kata Nabyl Farizi, Co-Founder & Creative Director Katch, dalam acara Ideatalks 2021 yang dipandu oleh Adelle Odelia Tanuri, Co-Founder Rahasia Gadis dan Sparks Indonesia.
“Menurut insight yang kami peroleh, perempuan mempunyai peran yang besar terhadap produk atau brand yang akan dipilih, termasuk keputusan pembelian untuk konsumsi keluarga di rumah. Misalnya, suami akan membeli mobil, atau gadget pasti mempertimbangkan pendapat istri. Insight itulah yang kemudian menjadi keunikan didalam agency kami”. tambahnya.
Menurut Nabyl, hanya dalam kurun waktu dua bulan, Katch sudah menangani brand-brand milik Orangtua Group, Enfagrow, dan BurgerKing, tentunya menjadi hal mustahil kalau mereka tidak bergabung didalam platform Y dengan kekuatan jaringan bisnis seperti FAB.
Lebih jauh Nabyl menegaskan, ia menyukai konsep Y, karena ia dan tim dibina dan dan didampingi benar-benar oleh “kakak-kakak pembina”. Contohnya, ia diajari berkenalan dengan klien, dibantu dicarikan jalan keluar ketika menghadapi masalah saat menangani klien. “Di Y, kami bisa bertanya kepada para kakak pembina. Hal lainnya, kami juga dibantu, karena Y mengedepankan kolaborasi. Ini penting, untuk kami yang masih dalam tahap belajar,” tutupnya.