Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis budidaya tambak udang memang sering dikenal dengan hasil panen yang cukup menggoda.
Tentunya untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal kembali, produktivitas menjadi hal yang perlu diperhatikan. Hal ini seperti dengan memanfaatkan teknologi.
Dalam budidaya tambak udang, terdapat empat permasalahan yakni manajemen tambak, manajemen operasional, manajemen konstruksi tambak, dan manajemen alam.
Baru-baru ini, terdapat teknologi bernama Recirculating Aquaculture System (RAS), dengan konsep kolam petak untuk sistem budaya secara insentif, dengan memanfaatkan penggunaan air terus menerus.
Teknologi ini membantu dalam permasalahan manajemen tambak yang kemudian diikuti dalam membantu mengatasi permasalahan lainnya.
Pemanfaatan tersebut dapat membuat kolam utama tetap terjaga kualitasnya dan dapat menghemat penggunaan air dan biaya penggunaan air.
Baca Juga
“Konsep RAS serupa dengan akuarium, air kolam tidak dibuang tetapi disaring terus menerus. Jadi ide besarnya adalah bagaimana air yang ada ini dapat dikonservasi dan dipakai berkesinambungan dengan sistem filtrasi yang FisTx kembangkan” Ucap COO FisTx Rico Wibisono, yakni FisTx adalah startup teknologi yang mengembangkan konsep ini.
Rico Wibisono kemudian menjelaskan bahwa sistem ini sudah cukup aman dikarenakan telah menerapkan sistem diinfeksi yakni Mobile Water Sterilizer yang dilengkapi dengan teknologi UV dan teknologi ozone untuk mengurangi penggunaan bahan kimia. Mobile Water Sterilizer juga dapat digunakan sebagai water treatment unit.
Perusahaan yang telah menerapkan konsep RAS ini adalah PT Nayottama Kelola Laut Indonesia (NKLI). PT NKLI menggunakan teknologi existing Aqua Input sejak 2021 dan telah mengalami peningkatan hasil tambak secara berkala dari 18 ton hingga 51 ton per hektar atau kenaikan hampir tiga kali lipat.
Diketahui bahwa teknologi RAS ini dapat meningkatkan produktivitas, meminimalisir permasalahan udang mati dini, dan hemat hingga 30 persen jika dibandingkan dengan pemakaian kimia seperti kaporit.