Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Piyama Modal Rp1 Juta, Kini Omzet Rp38 Juta per Bulan

Pandemi Covid-19 tidak membuat pelaku UMKM kehabisan ide untuk menghasilkan pendapatan, inovasi yang dilakukan menyesuaikan produk sesuai kebutuhan masyarakat.
Daster busui (ibu menyusui) dari Helopopy./istimewa
Daster busui (ibu menyusui) dari Helopopy./istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Selama masa pandemi, masyarakat lebih banyak melakukan aktivitas di dalam rumah dan membutuhkan pakaian yang nyaman untuk digunakan.

Melihat peluang tersebut brand Helopopy menyediakan baju-baju rumahan dari bahan katun jepang. Bahan ini dikenal sangat bersahabat di kulit, mudah menyerap keringat dan tidak membuat gerah, meskipun dipakai seharian.

Isma dan Laila adalah rekan satu kantor yang memiliki niat menjadi entrepreneur. Pada Desember 2019, mereka mulai berdagang kerudung secara offline dan juga dipasarkan melalui aplikasi belanja online.

Namun, bisnis yang baru saja mereka rintis, langsung terpukul oleh pandemi. Sebab, saat pandemi, banyak aktivitas kantor, instansi, kampus dan sekolah yang dilakukan dari rumah. Ini membuat penjualan jilbab langsung stag.

Kendati begitu, Isma dan Laila tidak habis akal. Bermodal Rp1 juta, mereka membeli barang-barang dari supplier, lalu dijual ulang dan tentunya, mereka menggunakan foto dengan angle yang menarik dan pencahayaan yang cukup.

Isma mengatakan bahwa pengetahuan tentang fashion dan mode sangat terbatas, maka yang terpikirkan adalah kebutuhan pribadi saat work from home (WFH) di masa pandemi.

Lalu, Isma dan Laila mencari bahan kain dan mencari penjahit. Kami hanya bermodal feeling kalau saat pandemi, karena orang butuh baju rumahan yang nyaman dan adem. Ini sebenarnya berangkat dari kebutuhan kami sendiri, karena saat WFH orang ingin pakai baju yang nyaman, agar mood bagus," ungkapnya sambil tertawa.

Pada April 2020, dia menemukan pedagang kain yang murah dan berkualitas. Mereka menginvestasikan modal sebesar Rp10 juta untuk memproduksi baju rumahan, baju ibu menyusui (busui).

Kenapa busui? Karena Isma adalah busui dan selama ini baju busui kebanyakan harganya mahal. Awal jualan pada Juni 2020, Isma mengandalkan promosi di medsos pribadi. Dia mengungkapkan pasar merespons positif produk Helopopy.

kaus kaos busui
kaus kaos busui

Kaos busui, bisa buka kanan dan kiri. Pakaian dirancang khusus untuk perempuan yang  menyusui./istimewa

Saat pandemi, tepatnya pada Juli 2020, kantor tempat Isma dan Laila bekerja melakukan pemotongan gaji, karena tekanan pandemi. Bertepatan juga, penjualan Helopopy dalam tren meningkat dan mereka berkomitmen untuk meningkatkan penjualan dan menggarap dengan serius.

"Harga baju berkisar Rp38 ribu–Rp229 ribu. Penjualan per bulan ribuan potong. Produk yang paling diminati, kaos dan dress busui bukaan menyusui kanan-kiri," ungkapnya. Bila dikalkulasi, maka omzet Helopopy setiap bulan berada di atas Rp38 juta perbulan.

Saat menjalani bisnis pakaian, dia mengaku kesulitan untuk mendapatkan penjahit yang konsisten dari sisi kerapian jahitan. Selain itu, selama PPKM, Isma bercerita sering membeli bahan pakaian melalui online, tetapi terkadang tekstur kain yang dibeli secara online tidak sesuai dengan yang diinginkan. Kini, pemerintah sudah tidak memberlakukan PPKM, maka Isma dan Laila kembali memburu kain di pedagang  besar.

Dia mengatakan permintaan pembeli produk pakaian melalui online cukup besar. Bahkan Isma dan Laila sempat kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar dan berencana untuk menambah modal serta mencairkan KUR.

Penyaluran KUR

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. berkomitmen untuk memberikan kredit usaha rakyat kepada produsen pakaian yang  berdagang secara online. Adapun total alokasi KUR BRI 2022 mencapai Rp373,17 triliun. 

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menuturkan bahwa perseroan optimistis bisa memenuhi target KUR pada tahun ini. Dia optimistis roda ekonomi, khususnya pedagang online masih akan tetap berjalan di tengah pandemi.

Dia mengungkapkan bahwa BRI juga telah merumuskan strategi untuk mengoptimalisasi penyaluran KUR ke sektor unggulan, serta yang memiliki efek berganda dari aktivitas usaha.

Pertama, adalah pelaku usaha di sektor perdagangan dengan rantai pasok yang panjang. Kedua, membidik sektor bisnis yang tahan banting terhadap pandemi Covid-19, seperti sektor pangan. Ketiga, adalah melirik sektor manufaktur karena dinilai terus mengalami perbaikan. Selain itu, sektor produksi juga dibidik perseroan untuk menggenjot penyaluran KUR.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper