Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku UMKM yang punya impian menembus pasar mancanegara, haruslah rajin mengikuti forum diskusi, meningkatkan kompetensi, serta bersosialisasi alias berjejaring, demi meningkatkan kepercayaan diri.
Hal ini diungkap Yulianah, Owner Jakarta Candle, produsen lilin hias yang merupakan salah satu UMKM lulusan Program Khusus Rintisan Eksportir Baru (Coaching Program for New Exporters/CPNE) Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) alias Indonesia Eximbank.
Yuli mengungkap bahwa hadirnya forum bersama teman-teman UMKM lain untuk bertemu dan bertukar informasi, merupakan salah satu bekal Jakarta Candle alias JC bisa terus bertahan, sejak pertama kali dibuatnya bersama suami pada 2011.
"Ketika itu lilin aromaterapi dan lilin hias masih belum banyak dikenal di Indonesia. Kami itu keliling bawa produk ke Kementerian Koperasi & UKM, Kementerian Perindustrian, sampai akhirnya dikenalkan dengan LPEI," ujarnya ketika ditemui dalam bincang-bincang santai bersama Bisnis dan LPEI, dikutip Rabu (27/4/2022).
Wanita kelahiran Jakarta 27 Juli 1979 ini menggambarkan bahwa pada awalnya memulai JC bersama suami, modal awal yang dirogoh hanya sekitar Rp5 juta. Lilin dibalut hiasan kayu manis menjadi karya JC yang paling dikenal di awal kemunculan.
Namun, Yuli mengungkap produk JC baru mulai meledak di pasaran pada era 2014-2015, seiring awal kemunculan platform dagang-el dan media sosial. Mulai dari sini, lilin aromaterapi dan lilin hias di Tanah Air mulai lumrah sebagai suvenir, hadiah, dan berbagai dekorasi acara, seperti pernikahan sampai candle light dinner.
Baca Juga
"Awalnya JC itu cuma dua orang, saya bersama suami. Waktu ramai itu sudah mulai ada pesanan suvenir dari korporasi, ada yang 500 pcs sampai 11.000 pcs. Jadi JC dibantu dua orang pekerja, dan saat packaging itu bisa merekrut tenaga lepas dari tetangga-tetangga, terutama para ibu. Sejak saat itu, saya semakin membulatkan niat dan tekad bisa memperluas pasar, bahkan sampai ke luar negeri," jelas Yuli.
Akhirnya, Yuli makin rajin membawa Jakarta Candle mengikuti serangkaian program dan acara LPEI sejak kisaran 2017. Seperti CPNE, Trade Expo Indonesia, Business Matching Program, sampai Marketing Handholding Program.
Atas segala pendampingan ini, Yuli mengaku mendapatkan banyak kesempatan bertemu rekan-rekan UMKM lain, sekaligus belajar dan menyerap pengalaman sebanyak-banyaknya untuk mempersiapkan realisasi niatnya menembus pasar internasional.
Menurutnya, salah satu isi pelatihan yang paling berkesan, yaitu praktik terkait cara presentasi dengan para stakeholder luar negeri, sampai peningkatan awareness soal aspek legalitas dan biaya-biaya terkait ekspor.
"Alhamdulillah, sekarang Jakarta Candle sudah sampai ke luar negeri, paling banyak ke Australia, kebanyakan pemesan bergiat dekorator wedding, ada juga florist yang ikut menjual produk kami sebagai hadiah atau home dekor. Kami juga kirim ke Malaysia, Filipina, dan Singapura. Dubai juga pernah sekali," jelasnya.
Saat ini, JC telah mengekspor berbagai produk, bukan hanya lilin kayu manis, namun juga lilin bermotif batik, lilin pilar untuk meja restoran, dan lain sebagainya, dengan harga mulai Rp26.000 sampai Rp150.000. Dalam setahun, JC kini telah memiliki omzet lebih dari Rp550 juta.