Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Erling Persson, Anak Petani yang Sukses Kembangkan Brand Fesyen H&M

Erling Persson, adalah mantan salesman yang menjadi founder brand ritel fesyen H&M.
Erling Persson/erlingperssonfoundation
Erling Persson/erlingperssonfoundation

Bisnis.com, JAKARTA - H&M kini menjadi sorotan publik, usai perusahaan mode asal Swedia tersebut merumahkan para pekerjanya secara besar-besaran.

Sebanyak 1.500 karyawan di PHK massal akibat permintaan pasar yang melemah saat para konsumen menghadapi inflasi yang melonjak. 

Dalam siaran persnya, diketahui pada bulan September, H&M meluncurkan rencana untuk menghemat sekitar US$190 juta per tahun. 

Namun, dibalik keputusan besar perusahaan H&M tersebut, diketahui ada sosok Erling Persson sebagai pendirinya yang sekaligus ayah dari Stefan Persson yang kini menjabat sebagai Chairperson of H&M.

Lantas, seperti apa sosok mendiang Erling Persson yang mampu mewarisi perusahaan fesyen dan mendominasi pasar secara global hingga mampu mempekerjakan sekitar 155.000 orang? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya. 

Melansir dari The Independent pada Kamis (1/12/2022), Erling Persson adalah pendiri perusahaan ritel mode Hennes & Mauritz atau biasa dikenal dengan H&M. 

Sebagai anak dari orang tua petani yang dibesarkan di pedesaan dengan sedikit pendidikan formal, membuat dirinya segera pindah ke Stockholm untuk bisa mendapatkan pekerjaan, di mana kesuksesan Persson diawali dari kariernya sebagai salesman.

Terinspirasi oleh perjalanan ke Amerika Serikat setelah Perang Dunia Kedua, di mana toko-toko bervolume tinggi berkembang pesat, pada tahun 1947 Persson mendirikan toko pertamanya, bernama Hennes (artinya "miliknya" dalam bahasa Swedia), di Vaesteraas, sebelah barat Stockholm.

Misinya saat itu adalah memberikan pengalaman terbaik dalam berbelanja, di tengah penghematan Swedia pascaperang dengan suasana senyaman mungkin. Alhasil, dia mendapatkan ide untuk menjadi pengecer pertama yang meniru tren berupa salinan pakaian catwalk dari desainer ternama dengan harga murah kepada publik.

Erling Persson, Anak Petani yang Sukses Kembangkan Brand Fesyen H&M

Persson menangkap imajinasi konsumen dan rantai tersebut terus berkembang selama tahun 1950-an dan 1960-an, pembukaan cabang Stockholm pertama pada tahun 1950, dengan Persson mengumumkan bahwa dia menjual pakaian kepada anak perempuan "yang tidak ingin terlihat seperti ibu mereka". 

Sama seperti pendiri Ikea, Ingvar Kamprad, konsep H&M berasal dari keinginan untuk menjual barang dagangan tanpa embel-embel yang dirancang dengan cerdik dengan harga yang terjangkau. 

Untuk terus mengembangkan bisnisnya, dia pun mendesain logonya sendiri dan memasang iklan berwarna satu halaman penuh di surat kabar dan majalah agar bisa dikenali orang. 

Lalu, pada tahun 1968 seiring respon pasar yang positif pada produknya, membuat Persson memutuskan untuk mendalami fashion pria dan anak-anak juga. Alhasil, dia pun melakukan akuisisi Mauritz Widforss, sebuah toko berburu dan senjata dengan koleksi pakaian pria.

Jelas, dengan perluasan target pasar, nama ‘Hennes’ sudah tidak relevan lagi, sehingga Persson memutuskan untuk mengubah nama itu menjadi Hennes dan Mauritz.

Baru pada tahun 1974 Hennes & Mauritz akhirnya mempersingkat nama mereka menjadi H&M yang lebih menarik (dan lebih akrab). Setelah merek tersebut menyingkat namanya, mereka melanjutkan untuk mengubah citra semua toko mereka dan memperluasnya ke luar wilayah Skandinavia mereka. Toko AS pertama akhirnya membuka pintunya pada tahun 2000 di Fifth Avenue, New York, akhirnya berkembang menjadi fenomena ritel global yang kita kenal dengan baik hari ini.

Erling Persson sendiri pensiun pada tahun 1982, dia menyerahkan kendali kepada putranya, Stefan, di mana saat itu terdapat lebih dari 800 toko H&M di 14 negara, dengan lebih dari 34.000 karyawan. 

Sebagai informasi, Persson pun meninggal pada Oktober 2002, di mana usianya saat itu menginjak ke-85 tahun.

Total Kekayaan Keluarga Persson

Stefan Persson pun masuk sebagai CEO. Di bawah manajemen baru ini, H&M memasuki era yang sukses. Stefan mulai menggunakan supermodel dunia untuk iklan produknya seperti Cindy Crawford, Naomi Campbell, dan Linda Evangelista. 

Meskipun analis keuangan menganggap bisnis ini adalah sebuah pertarungan besar karena harus bersaing dengan Zara, tapi H&M membuktikan bahwa para skeptis itu salah. Selama 1980-an dan 1990-an, Financial Times menyebut perusahaan itu telah menjadi market leader dalam memberikan pakaian catwalk dengan harga terjangkau.

Stefan kini menjadi orang terkaya di Swedia. Meski, dia telah mengundurkan diri sebagai CEO H&M tetapi Stefan masih menjadi Chairman dengan kepemilikan saham sebesar 40 persen. 

Melansir dari Forbes per Desember 2022, kekayaan Stefan mencapai US$15,2 miliar atau setara dengan Rp237 triliun.

Erling Persson, Anak Petani yang Sukses Kembangkan Brand Fesyen H&M

Stefan juga telah memperluas bisnisnya ke bidang properti ritel di seluruh Eropa dan AS. Dia memiliki 3 orang anak, yakni Karl-Johan, yang menggantikannya sebagai CEO, Charlotte Söderström, dan Tom Persson..

Selain itu, Stefan juga berinvestasi sebagian besar di real estat, di Oxford Street, London, Champs-Elysee, Paris, dan Fifth Avenue, New York bahkan hingga di lahan pertanian seluas 8.700 hektar di Savernake Estate, yang terdiri dari 31 pondok dan rumah serta membangun rumah besar berlantai tiga, dengan sembilan kamar tidur di Ramsbury Estates. Total luas lahannya mencapai 780 hektar.

Erling Persson, Anak Petani yang Sukses Kembangkan Brand Fesyen H&M

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper