Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis sepatu memang berpotensi punya prospek yang cerah. Pasalnya, selain dibutuhkan setiap orang sebagai alas kaki, sepatu juga merupakan salah satu ikon fesyen.
Peluang ini yang ditangkap oleh sejumlah pengusaha tanah air dengan mendirikan pabrik sepatu untuk berlomba dalam memproduksi beragam koleksi sepatu dengan kualitas terbaik dan harga yang terjangkau.
Lantas, siapa saja pengusaha yang memiliki pabrik sepatu ternama di Indonesia? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
1. Charley Seliang dan Freddie Beh
Charley Seliang dan Freddie Beh adalah pemilik dari brand Wakai. Melansir dari laman Facebook perusahaan, melalui Metrox Group, perusahaan lifestyle retail ini membawahi belasan brands, seperti Wakai, The Little Thing She Needs, Crocs, Timberland, Superdry , Keds, dan lain sebagainya.
Melansir dari Bisnis, produk Wakai ini sendiri sudah ekspansi hingga ke berbagai negara di Asia, seperti Malaysia dan Singapura, Vietnam dan Hong Kong.
Baca Juga
2. Budi, Hery dan Ediansyah
Tiga bersaudara ini adalah pendiri dari pabrik sepatu ternama yakni Buccheri. Brand yang berasal dari Makassar dan didirikan pada tahun 1980 oleh PT. Vigano Cipta Perdana ini secara konsisten telah memproduksi koleksi sepatu, sandal, hingga tas kulit.
Sebagai informasi, nama Buccheri berasal dari gabungan nama sang pemilik, yaitu Ediansyah, dengan saudara-saudaranya, yaitu Budi dan Hery.
3. Onnes Kamil Kok
Onnes Kamil Kok merupakan pendiri dari Fladeo Shoes. Melalui PT. Sabang Mandiri Abadi (Grup Fladeo) merek nasional tersebut didirikan pada 8 Agustus, 2000 dan fokus bergerak di bidang retail sepatu.
Melansir dari situs resmi perusahaan, sampai sekarang Fladeo sudah memiliki counter 140 di Sun Department Store, counter 110 di gerai Ramayana dan 55 (showroom) berdiri sendiri. Fladeo adalah merek sepatu paling dicari saat ini di Matahari Department Store dan Ramayana.
Gerai Counter dan Fladeo tersebar di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Palembang, Surabaya, Makassar dan kota-kota lain dari Aceh sampai Jayapura.
4. Djimanto
Djimanto adalah orang dibalik besarnya sepatu merek Piero. Berdiri pada 1999, Piero awalnya diberi nama Urip (Oerip) yang berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti hidup. Dikarenakan nama tersebut kurang menjual, kata Oerip diolah padanan hurufnya menjadi Piero.
5. Suwadji Widjaja
Suwadji Widjaja adalah perintis konglomerasi jaringan bisnis sepatu keluarga PT Wangta Agung, seperti Ardiles, Convers, Diadora, Tommy Hilfiger, O' Neil, Marlboro, Princess, Spalding, Donnay, Gola, Air Pro, Pro Kennex, Profesional, Kelme, Gibor, hingga merek Willow. Perusahaan juga masih memiliki sejumlah merek sepatu lainnya.
Dalam website perusahaan, disebutkan konglomerasi sepatu ini memiliki 10.000 lebih tenaga kerja profesional. Perusahaan juga telah mulai mengekspor produknya ke Amerika Serikat dan Eropa sejak 1987 dan secara rutin melakukan ekspor ke 10 negara.
"Dengan penghasilan US$180 juta per tahun, PT Wangta Agung akan terus meningkatkan kepercayaan konsumen baik dari segi kualitas produksi maupun layanan," tulis perusahaan dalam lamannya yang dilansir pada Kamis (12/1/2023).
6. Kwok Joen Sian
Kwok Joen Sian adalah pemilik dari pabrik sepatu Yongki Komaladi yang dia dirikan pada tahun 1992. Di bawah naungan PT Sumber Kreasi Fumiko, brand ini kian memperluas segmen pasar. Tidak hanya membuat produk untuk wanita saja, Yongki juga mengembangkan bisnis sepatunya mulai dari anak-anak hingga dewasa yang banyak diminati konsumen.
7. Tomas Anna dan Antonin Beta
Bata pada awalnya bukan asli Indonesia. Bata merupakan perusahaan yang didirikan pengusaha bernama Tomas Anna dan Antonin Beta pada 1894 di Zlin, Cekoslowakia.
Dikutip dari situs resmi Bata, gerai ini pertama kali beroperasi di Indonesia pada 1931 oleh PT Sepatu Bata Tbk. Perusahaan kala itu bertindak sebagai importir, lalu pada 1940 mulai produksi secara lokal di Kalibata, Jakarta Selatan.
Kemudian pada 1982, perusahaan mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia. Saat itulah Bata mulai mengembangkan bisnis hingga membuka cabang produksi di Purwakarta pada 1994.
Pada 2004, Bata tercatat memperoleh izin impor dan distribusi umum. Kini, PT Sepatu Bata memegang lisensi untuk merek lainnya selain Bata, seperti North Star, Power, Bubblegummers, Marie-Claire, dan Weinbrenner. “Selain merek-merek yang berfokus pada konsumen, PT Sepatu Bata TBk menjual sepatu Bata Industrials untuk pasar bisnis ke bisnis,” tulis manajemen dalam situs resmi perusahaan.
8. PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk
Perusahaan ini merupakan perintis penjualan sepatu di pasar dalam negeri dengan merk sendiri yaitu “Tomkins”. Sampai saat ini, penjualan sepatu Tomkins telah tersebar ke seluruh Indonesia.
Selain memproduksi dan memasarkan sepatu TOMKINS, Perseroan juga menerima order produksi sepatu merk lain untuk keperluan ekspor, seperti Lonsdale, Dunlop, Firetrap, dan lain-lain.
Sebagai informasi, PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. (“Perseroan”) didirikan pada tahun 1988 dengan nama PT Bintang Kharisma, dengan status Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Pada tahun 1994, Perseroan mencatatkan dan menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta, dan menjadi PT Bintang Kharisma Tbk. Pada tahun 1997, Perseroan mengganti nama dari PT Bintang Kharisma Tbk menjadi PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
9. Rizky Arief Dwi
Rizky adalah founder dari merek NAH Project, di mana brand ini sempat mencuat dikarenakan salah satu produknya telah dipakai Presiden Joko Widodo saat bertemu dengan Elon Musk.
NAH Project memulai bisnisnya pada tahun 2016 dengan nama NAH Indonesia. Mereka kemudian melakukan re-branding dengan nama NAH Project pada 2017. Produsen sepatu ini juga merupakan sister company dari Brodo Group dengan tim awal sebanyak 4 orang.
10. Aji Handoko Purbo
Aji Handoko Purbo adalah sosok dibalik kesuksesan sepatu Compass.
Melansir dari Youtube Isser James, sepatu Compass sebenarnya sudah ada ada sejak tahun 1998. Sepatu ini pada awalnya tidak terlalu populer, di mana pemilik sebelumnya adalah mendiang Gunawan Kahar.
Aji pun dipercaya oleh Gunawan untuk melakukan re-branding dan mengurus ranah kreatif juga bisnis sepatu miliknya itu pada 2017. Lalu, selang satu tahun kemudian, merek ini melakukan re branding yang hasilnya adalah salah satu merek sepatu lokal yang selalu laku di pasaran.
11. PT GF Indonesia
EAGLE adalah merek sepatu olahraga terdepan di Indonesia yang berdiri di bawah naungan PT GF Indonesia dan bagian dari KMK Group, salah satu manufaktur terbesar dari berbagai merek Internasional. Sepatu Eagle pertama produksi di tahun 1986, sempat tenggelam pada awal 2000-an, Eagle lalu bangkit pada 2006 dengan standar Internasional.