Bisnis.com, JAKARTA - Pusat perbelanjaan Transmart Carrefour milik konglomerat Chairul Tanjung kini menjadi perbincangan hangat, lantaran sepi pengunjung bahkan membuat beberapa gerainya tutup permanen di sejumlah daerah di Indonesia.
Berdasarkan Forbes, Chairul Tanjung merupakan orang kaya ke-enam di Indonesia dengan harta kekayaan diperkirakan sebesar US$5,3 miliar atau Rp78,9 triliun. Hal ini tidaklah mengherankan lantaran CT Corp telah menggurita dan sukses di masing-masing cabangnya.
Meski, julukan 'Si Anak Singkong' sangat melekat pada diri Chairul Tanjung untuk mendeskripsikan orang pinggiran pada masa itu. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa sebagai sosok pemain teater kala itu jiwa bisnisnya mulai terasah saat menempuh studi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Lantas, seperti apa profil Chairul Tanjung? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Kehidupan Awal Chairul Tanjung
Chairul Tanjung lahir pada 18 Juni 1962. Sebagai anak keda dari enam bersaudara, membuat dia bekerja keras mencari celah bisnis apa saja karena merasa punya tanggung jawab demi menambah pendapatan keluarga.
Dia menceritakan, ketika berada di SD kelas 5 dan 6, beragam pekerjaan dirinya pernah lakoni, mulai dari menjual es keliling hingga menjual kacang.
Baca Juga
Meski, hidup serba kekurangan, namun Chairul Tanjung tidak melupakan pendidikan, bahkan bisa dibilang jiwa bisnisnya mulai tumbuh sejak dirinya menjalani studi di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 1987.
Bermula dari biaya kuliah yang harus segera dibayar tepat waktu, menjadi gerbang pembuka dirinya memasuki dunia bisnis.
“Saat itu total yang harus dibayar Rp75.000 dan benar saja, Ibu ada uangnya dan saya terima. Singkat cerita, beberapa hari kemudian saya tahu bahwa uang itu didapat Ibu saya dengan menggadaikan kain halusnya. Dari situ, menjadi trigger saya untuk bisa berusaha agar tidak meminta uang lagi kepada orang tua,” ungkapnya dilansir dari ‘Si Anak Singkong’ Bersama Chairul Tanjung.
Tidak Melanjutkan Profesi Dokter
Selama kuliah, dirinya dikenal sebagai sosok yang pintar memanfaatkan peluang, di mana Chairul melakukan usaha percetakan kecil-kecilan untuk buku-buku literatur yang teman-temannya butuhkan dengan harga murah.
“Saya ingat betul ada teman baik saya yang membantu, mungkin dia melihat saya juga kesulitan. Dari sana, saya bisa meraih uang Rp15.000 pertama saya,” kenangnya.
Berbekal pengalaman, membuat Chairul memberanikan diri untuk membangun sebuah toko peralatan laboratorium kedokteran di bilangan Senen, Jakarta Pusat, meski toko tersebut harus gulung tikar, akan tetapi Chairul Tanjung tidak semata-mata berhenti berjualan.
Dia pun berhasil meraih gelar dokter pada 1987, sayangnya dia memutuskan untuk tidak menjadi dokter gigi, sebab terkendala syarat yang mengharuskan dokter membuka praktik di daerah.
Pasalnya, kala itu kakaknya yang sulung, Chairil Tanjung juga seorang dokter di daerah. Alhasil, Chairul yang otomatis menjadi anak tertua di rumah punya tanggung jawab untuk menghidupi adik-adiknya, sehingga dia memutuskan untuk tinggal di Jakarta.
Walaupun bukan lulusan dari sekolah bisnis, tapi melalui pengalaman praktis, menjadikan Chairul kian tajam dalam menemukan peluang bisnis yang menguntungkan.
Terbukti, setelah lulus kuliah dia kembali membangun usaha bersama tiga rekannya. Bermodalkan pinjaman bank sebesar Rp150 juta, mereka mendirikan PT Pariarti Shindutama yang memproduksi sepatu anak-anak dan berhasil mendapatkan pesanan sebanyak 160.000 pasang sepatu untuk diekspor ke Italia.
Selang beberapa waktu di tahun yang sama pula, dia lalu banting stir dan mulai merintis usaha konglomerasinya Para Group yang fokus pada tiga bisnis inti, yaitu keuangan, properti, dan multimedia.
Pernah jadi Pemain Teater
Bagi Chairul, semua bermula tanpa terduga. Teman SMP-nya yaitu, Prita Kemal Gani yang kini dikenal sebagai pendiri dan pemilik The London School of Public Relations (LSPR) Jakarta kala itu mendorong untuk dirinya untuk bergabung dalam klub teater demi memenangkan pertandingan antar kelas.
“Meski, saya pertama kalinya belajar teater d SMP. Tapi, saya merasa punya ketertarikan. Sehingga, saya lanjutkan Rupanya, belajar SMP. Saya ikut lanjut lagi di tahun 1979,” kenangnya.
Perkembangan Bisnis CT Corp
Kini, Para Group yang telah berganti nama menjadi CT Corp pada tanggal 1 Desember 2011 kian berkembang pesat. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam.
Berdasarkan Forbes, kelompok usahanya juga menguasai franchise Internasional, seperti Wendy's di Indonesia dan memiliki franchise Versace, Mango dan Jimmy Choo. Saham Allo Bank-nya juga melonjak sejak 2021 di tengah kegemaran perbankan digital di Indonesia.