Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengintip Bangunan Ruko Bersejarah Milik Prajogo Pangestu di Singapura Senilai Rp328,6 Miliar

Prajogo Pangestu pemilik Barito Pacific Timber berkewarganegaraan Indonesia, membeli rumah toko bersejarah di Singapura dengan nilai transaksi Rp328,6 miliar.
Shophouse Singapore/Reuters
Shophouse Singapore/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Meski investasi properti mewah dianggap lumrah di dunia properti, namun hal ini tetap menjadi sorotan publik. 

Banyak orang kaya di seluruh dunia, termasuk beberapa konglomerat Indonesia yang memandang properti residensial sebagai kelas aset paling aman.

Salah satunya, Prajogo Pangestu, orang kaya nomor lima yang gemar membeli shophouse alias rumah toko di Singapura yang kaya akan sejarah dan arsitektur dengan nilai tinggi. 

Mengintip Bangunan Ruko Bersejarah Milik Prajogo Pangestu di Singapura Senilai Rp328,6 Miliar

Melalui ANB Investment, pihaknya membawahi berbagai investasi keluarga Pangestu, termasuk properti di Singapura. 

Investasi yang dilakukan terdiversifikasi antara real estate, private equity, public equity dan fixed income dengan fokus investasi yang global. 

Bagi keluarga Prajogo, investasi properti merupakan bagian dari upaya diversifikasi aset guna memastikan keberlangsungan bisnis dan kekayaan keluarga di masa depan.

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, Prajogo Pangestu memang membeli sepasang bangunan toko yang bergandengan di Teo Hong Road yang terletak di daerah Tanjong Pagar, Bukit Pasoh Conservation Area seharga hampir US$22 juta pada 2018 silam atau yang saat ini seharga Rp328,6 miliar. 

Salah satu dari bangunan toko tersebut kabarnya dijual oleh Lim Chun Shuang, putra dari Lim Hock San, Presiden dan CEO United Industrial Corporation.

Menurut Clemence Lee, Associate Director Capital Markets dari JLL yang mengurus transaksi tersebut, bangunan toko tersebut memiliki luas sekitar 11.000 kaki persegi.

No. 13 dan 15 Teo Hong Road, masing-masing berukuran 3 setengah lantai, terletak di lahan yang berbeda.

Mengutip dari Singapore Centre, kawasan ruko yang dibeli Prajogo menjadi distrik pusat kehidupan Singapura sejak tahun 1819, dan kesuksesannya berkat imigran-imigran awal yang membantu menjadikan Tanjong Pagar sebagai pusat perdagangan dan komersial yang penting di bawah pemerintahan Inggris. 

Saat ini, area ini masih menjadi titik fokus penting di Asia, dengan memiliki pusat pengiriman trans terpadat di dunia dan menjadi pusat keuangan yang penting dengan beberapa bank regional dan internasional yang berkantor pusat di sana.

Melansir dari Singapore Heritage Society, bangunan nomor 13 yang kosong, dulunya menjadi rumah pijat di lantai dasar dan kantor di lantai atas.

Sementara, lantai dasar No. 15 disewakan ke toko yang menjual barang-barang kulit. Ada penyewa kantor di lantai dua dan sisanya kosong.

Direktur pelaksana ANB Investment Nancy Pangestu sendiri mengatakan renovasi bangunan shophouse ini dilakukan secara substansial, termasuk menghilangkan dinding antara kedua bangunan untuk meningkatkan efisiensi ruang yang digabungkan dan meningkatkan luas sewa. 

Setelah renovasi selesai, mereka berencana untuk menyewakannya sebagai kantor dengan food and beverages di lantai dasar.

“Kami memperbarui sepasang bangunan toko yang bergandengan di Teo Hong Road dan kemudian menyewakannya sebagai kantor dan tempat makan dengan restoran dan kafe yang akan dibuka di lantai dasar bangunan,” jelasnya. 

Berdasarkan penelusuran Bisnis, saat ini shophouse milik Prajogo Pangestu telah disewakan ke Homeground Coffee Roasters, kafe populer di Singapura dengan spesialis kopi di Outram Park.

ANB Investment juga memiliki empat bangunan toko tiga lantai di 99 hingga 102 Amoy Street yang sedang direnovasi.

Mengintip Bangunan Ruko Bersejarah Milik Prajogo Pangestu di Singapura Senilai Rp328,6 Miliar

Kawasan Amoy Street Singapura

Perusahaan ini membeli properti hak sewa 999 tahun ini seharga US$32,9 juta atau yang saat ini bernilai Rp482,8 miliar pada 2012 dari manajer dana properti berbasis di Amerika Serikat, AEW.

Setelah direnovasi, bangunan ruko di Amoy Street disewakan ke operator ruang kerja bersama Found, yang merupakan hasil rebranding dari Impact Hub Singapore.

ANB Investment juga memiliki bangunan residensial seluas 30.000 kaki persegi di 6 Sarkies Road, dekat stasiun MRT Newton, yang telah disewakan ke perusahaan co-living Hmlet.

"Nyatanya kami sangat mendukung industri teknologi/start-up di Singapura. Selain itu, kami sedang mencari peluang untuk berinvestasi di industri tersebut," katanya.

Mengenal Shophouse, Bangunan Sejarah di Singapura

Mengintip Bangunan Ruko Bersejarah Milik Prajogo Pangestu di Singapura Senilai Rp328,6 Miliar

Kawasan shophouse Singapura

Prajogo Pangestu membeli beberapa shophouse di Teo Hong Road yang terletak di daerah Tanjong Pagar, Singapura. 

Sejumlah shophouse tersebut merupakan bagian dari deretan bangunan warisan kolonial yang telah dilestarikan dan berada dalam Kawasan Konservasi Bukit Pasoh. 

Jalan ini menghubungkan Bukit Pasoh Road dan New Bridge Road, dan dekat dengan Stasiun MRT Outram Park.

Shophouse memiliki sejarah yang panjang di Singapura karena bangunan ini merupakan salah satu bentuk perumahan dan bisnis yang paling umum digunakan oleh masyarakat di Singapura pada masa lampau. 

Pada awalnya, shophouse digunakan sebagai tempat tinggal dan berbisnis oleh keluarga pedagang Tionghoa di Singapura pada abad ke-19. Kemudian, shophouse menjadi populer di kalangan masyarakat Singapura dari berbagai latar belakang etnis, seperti Melayu, India, dan Peranakan.

Bangunan toko ini umumnya memiliki dua atau lebih lantai, dimana lantai bawah digunakan untuk berbisnis dan lantai atas untuk kebutuhan tempat tinggal.

Ada beberapa gaya dan desain shophouse yang berbeda, seperti the Early Style (1840-1900), the Transitional Style (1890-1910) and the Late or Chinese Baroque Style (1910-1930). The Art Deco Style (1930-1960) and Early Modernism Style (1950-1970). 

Selain itu, shophouse di Singapura juga memiliki nilai sejarah arsitektur yang penting karena menampilkan campuran antara gaya arsitektur Barat dan Timur yang khas. 

Biasanya, shophouse yang dibangun pada masa kolonial Inggris di Singapura menampilkan pengaruh arsitektur Barat seperti Georgian terrace houses, sementara elemen arsitektur Timur seperti atap bergaya Cina dengan konsep jalousie, jenis jendela yang terbuat dari kayu dan memiliki bilah-bilah horizontal yang dapat dibuka dan ditutup. 

Melansir dari Remember Singapore, fitur menarik dari sebuah shophouse di Singapura, yaitu "five foot way" atau lorong lima kaki. Fitur ini pertama kali diusulkan oleh Sir Stamford Raffles pada rencana Kota Singapura tahun 1822. 

Five foot way adalah lorong berukuran lima kaki (sekitar 1,5 meter) yang dibangun di depan bangunan toko di Singapura, sehingga mereka dapat berbagi batas bersama dengan jalan. 

Lorong ini memiliki teras atau koridor yang terus menerus dan dilindungi dari sinar matahari tropis dan hujan oleh lantai dua shophouse. Lebar lima kaki tidak konsisten, ada yang lebih lebar dan ada yang lebih sempit tergantung pada jenis dan desain shophouse.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper